HAPPY READING!!
Malam ini, sama halnya seperti yang kemarin. Pekat, tak memberikan kesan apapun. Mila meyeruput segelas coklat panasnya, sembari menikmati keramaian kota Jakarta dari atas balkon apartemennya. Mila membuang napasnya perlahan. Setahun sudah ia lewati tanpa melihat Kevin lagi. Bukannya membenci. Tapi semenjak saat itu, entah kenapa dadanya terasa sangat sakit saat melihat Kevin. Hal ini yang mendongkrak niat Mila untuk benar-benar melupakan pria itu.
Em, bukan melupakan.
Hanya ingin menghilangkan rasa. Sehingga nanti kalau pun harus kembali bertemu, Mila akan merasa biasa saja. Tak lagi ada sebuah rasa yang membuatnya terus menutupi luka itu dengan alasan melupakan. Mila hanya benar-benar ingin kembali dimasa dimana perasaan itu belum tumbuh dalam dirinya. Menganggap Kevin orang asing yang sudah berbaik hati menolong Mamanya saat insiden kecelakaan beberapa tahun lalu. Ia hanya ingin menjadi dirinya yang dulu, sesaat sebelum Tuhan mempertemukannya dengan Kevin.
Selama setahun berjalan itu, Mila beberapa kali drop, dan harus berulang-ulang dilarikan kerumah sakit. Tapi berkat doa dan semangat dari orang disekitarnya, Mila akhirnya menjadikan sakitnya sebagai kekuatannya. Dan akhirnya, ia sudah benar-benar lepas dari penyakitnya. Tapi walaupun begitu, ia harus tetap menjaga kesehatannya. Mental maupun fisik. Untuk dirinya yang sudah pernah mengidap penyakit seperti itu, bukan tak mungkin Mila akan kembali mengidap penyakit itu lagi.
Untuk itu, keputusan yang benar untuk saat ini adalah sendiri dulu. Tanpa harus ada drama percintaan yang membuatnya pusing jika harus memikirkannya.
Mila mendesah kecewa. Tak terasa, coklat panasnya tak lagi tersisa pada gelasnya. Wanita itu kemudian memutuskan untuk masuk kedalam, dan tidur. Besok kantor mereka kedatangan tamu dari Walden Furniture. Ia harus memberi kesan terbaiknya besok. Mila tidak ingin terlambat untuk besok hari. Bagaimana pun, ini adalah kesempatan terbesarnya untuk memperkenalkan produk dari perusahaannya kepada pemilik perusahaan mebel ternama di Indonesia. Sebelumnya, yang ia tau, Wijaya Furniture, perusahaan mebel milik keluarga Kevin adalah yang menduduki peringkat pertama perusahaan dalam bidang interior di seantero nusantara. Tapi, sekarang kemana perusahaan itu? Mila bahkan tak pernah mendengarnya lagi. Apa mungkin posisinya tergeser dengan hadirnya Walden Furniture?Mila mengusap kasar wajahnya. Apa susahnya untuk menutup mata tanpa harus memikirkan hal yang semestinya tak harus ia pikirkan?! Mila memaksa untuk menutup matanya. Berharap besok semuanya akan berjalan dengan lancar.
.
.
.
.
.
Kevin melajukan mobilnya dengan kecepatan rata-rata. Ia tak ingin terlalu terburu-buru. Lagi pula, ia masih memiliki waktu yang cukup untuk sampai ke kantor milik Ko James. "Jangan dihafal. Cukup dipelajari saja," Ucap Kevin, saat ia melihat Aurel yang sedari tadi terliha serius membaca pokok pembahasan untuk persiapan meeting sebentar."Iya, Pak," Ucap Aurel tersenyum, sambil pandangannya terus fokus pada apa yang tengah ia baca.
Kevin hanya tersenyum kecil, sembari menggelengkan kepalanya melihat tingkah Aurel disampingnya. Wanita itu terlalu serius. Padahal sebentar ia hanya sekedar memperkenalkan dirinya, dan duduk manis saja disamping Kevin tanpa harus mengucapkan apa-apa. Karena nanti, Kevin yang akan mengambil andil dalam pembahasan itu, tanpa harus meminta Aurel untuk membantunya.
Mila merapikan pakaiannya. Ia ingin tampil sebagus mungkin, tanpa mengecewakan perusahaannya sedikitpun. Mila menoleh kearah Nania yang terlihat diam sedari tadi. "Nan," Panggil Mila. Namun Nania tidak menggubris panggilannya.
Mila perlahan mendekat, dan menyentuh lengan Nania. "Hey,"
"Y-ya, kenapa Mil?" Tanya Nania terkejut.
![](https://img.wattpad.com/cover/61492322-288-k439741.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
U N A B L E (Without Love)
عاطفيةKehilangan adalah fase tertinggi mencintai kamu. U N A B L E (Without Love) a/n : _tezaloffical