5 Juli 2018,
Mila duduk meremas ujung pakaiannya. Moses dan Liana kini berada dihadapannya dengan wajah memelas menatapnya. Aneta melihat anaknya yang terlihat gelisah disampingnya. "Mil, kamu kenapa cuma diem? Dijawab dong, kasian itu Tante Liana sama Om Moses udah nungguin jawaban kamu," Aneta mengusap sayang pundak anak gadisnya itu.
Mila menatap lirih dua orang didepannya sambil menarik napas panjang, membuangnya kemudian...menggeleng perlahan. "Maaf, Om, Tante. Mila nggak bisa," Mila menunduk. Aneta sontak menatap anaknya tak percaya. "Mila?" Bidiknya pelan.
Liana menatap sedih ke arah Moses yang terlihat kecewa. "Mil," Liana terduduk bersimpuh didepan kaki Mila. Kedua tangannya memegang erat tangan Mila, membuat gadis itu terkejut dan langsung menatap Liana.
"Tante mohon, Mil. Mila mau ya nikah sama Kevin? Cuma Mila yang bisa Tante sama Om percaya," Ucap Liana menangis didepan Mila.
"Mila nggak bisa, Tante. Kevin nggak cinta sama Mila. Mana mungkin Mila bisa tinggal serumah dengan orang yang nggak pernah cinta sama Mila?" Mila menggeleng. "Mila bener-bener nggak bisa, Tan," Mila menarik tangannya, melepas genggaman Liana. "Mila minta maaf," Ucapnya. Saat ini ia ingin menampar dirinya sendiri. Ia sudah membuat dua orang yang sudah ia anggap sebagai orang tua keduanya itu kecewa.
Liana memelas, sambil berdiri dari tempatnya. Ia menarik napasnya, dan membuangnya pelan. Liana menghapus air matanya sembari menarik dua ujung bibirnya keatas. "Baiklah. Kalau Mila emang nggak bisa, Tante sama Om nggak bakal maksa Mila. Mungkin udah saatnya Tante sama Om lepas tangan pada Kevin. Sekarang terserah dia saja mau dengan siapa dia menjalani hidupnya nanti. Kami sudah menyerah," Liana tersenyum menatap ke arah Mila. "Tapi yang pasti, Mila akan selalu jadi anak Tante Liana sama Om Moses ya, nak?" Liana mengusap puncak kepala Mila. "Besok, Tante sama Om akan berangkat ke Jerman. Tante pengen, kamu sama Kevin anterin tante sama om ke bandara yah?"
"Ke..ke Jerman, tan?" Mila menatap Liana sedih.
Liana mengangguk. "Iya, sayang. Kamu mau yah anterin om sama tante?" Ucap Liana sembari mengelus pelan surai rambut Mila.
"Tapi kenapa harus ke Jerman, tan? Trus Kevin gimana?" Mila menggenggam tangan Liana yang tengah mengelus kepalanya.
"Jerman itu kampung halaman om Moses, Mila. Tempat kelahiran om Moses. Kedua orang tua om Moses udah nggak ada. Rumah peninggalan mertua tante itu udah nggak ada yang nempatin, dan juga om Moses punya tanggung jawab yang harus dikerjakan disana. Jadi, daripada disini tante sama om harus makan hati tiap hari, lebih baik kami menetap disana, Mila. Dan soal Kevin, sedari kecil dia udah biasa ditinggal. Jadi tante pikir dia nggak akan kenapa-kenapa kalo nggak ada om sama tante,"
"Tapi, tante..."
"Udah, tante sama om pamit pulang yah? Net, aku sama Moses pulang dulu yah?"
Aneta mengangguk pelan. "Iya, Na. Hati-hati ya kalian dijalan,"
"Iya, Net. Sampai jumpa besok ya, Mil?" Liana mengelus pipi Mila sesaat, kemudian berjalan keluar.
Air mata Mila luruh. Pikirannya kembali mengingat kata-kata Aneta barusan. Dan soal Kevin, apa bener dia nggak apa-apa?
Aneta meletakkan telapak tangan kanannya diatas bahu Mila. "Mil, sebelum semuanya terlambat, lebih baik cepat kamu kejar tante Liana sama om Moses. Mama yakin kamu bisa membuat keputusan yang tepat,"
"Tapi, ma.."
"Ucapan tante Liana tadi, itu permintaan seorang ibu, Mil. Dan semua ibu tau mana yang terbaik untuk anaknya. Dan tante Liana memilih kamu untuk anaknya,"
KAMU SEDANG MEMBACA
U N A B L E (Without Love)
RomanceKehilangan adalah fase tertinggi mencintai kamu. U N A B L E (Without Love) a/n : _tezaloffical
