Sudah hampir setengah jam menunggu, Mila masih juga belum menemukan taksi untuk pulang ke rumah. Setelah Mila dan Nania selesai makan siang, Nania yang lebih dulu menyelesaikan tugasnya dari Mila, terpaksa harus pulang lebih dulu karena Mila sendirilah yang menyuruhnya. Nania sudah memaksa Mila untuk pulang saja, namun Mila tetap menolak. "Lo duluan aja, Nan. Tugas gue masih numpuk nih," Ucap Mila pada Nania sambil menunjuk beberapa tumpukan kertas yang berada di mejanya.
"Dan akhirnya malah kayak gini," Gerutu Mila kesal. Ia beberapa kali membuang napas kasar. Mila kemudian mengambil ponselnya, mencoba untuk menelpon Nania.
"Nan, jemput gue doonggg. Ini sriusan nih gak ada taksi sama skali!"
"Ya lo juga sih! Tadi kata gue juga apa? Pulang telat?"
"Yaudah sih, Nan. Gue takut nih skarang! Ntar kalo gue di begal gimana?"
"Ya jangan dong, Mil! Lo kan satu-satunya alternatif gue kalo gue butuh traktiran! Yaudah, lo tunggu disitu aja. Jangan kemana-mana. Oke? Gue otw skarang,"
"Yee, enak aja lo! Yaudah, gue tunggu yah. Bye,"
"Iyaiyaa, bye,"
Mila memutus sambungan teleponnya. "Akhirnya ni anak ada gunanya juga," Mila tertawa kecil, sambil kemudian mengedarkan pandangannya ke arah halte bus. Ia kembali menghidupkan ponselnya, kemudian membuka whatsapp-nya.
'Nan, gue tunggu di halte yah. Awas aja kalo ga dateng!' tulisnya.
Mila kemudian berjalan ke arah halte, sambil berharap semoga Nania cepat sampai. Demi apapun, Mila takut sekarang!
Kepala Mila tak hentinya celingak-celinguk ke kiri dan ke kanan, berharap ada banyak kendaraan yang lewat demi mengurangi rasa takutnya. "Cepetan dong, Naannn," pinta Mila gelisah.
Secercah cahaya sebuah mobil yang hendak melintas di depan Mila, membuat Mila sedikit merasa tenang. Mila memperhatikan mobil itu dengan seksama. Memastikan kalau itu adalah mobil Nania. Tapi semakin dekat jarak mobil itu dengannya, Mila malah mendesah kecewa. Itu bukan mobil Nania.
Tapi tunggu!
"Ya Tuhann, ini mobilnya kok berhenti sih?" Dewi batin Mila menjerit ketakutan. Apakah seseorang sedang mencoba untuk menculiknya?! "Nggak, nggak. Nggak mugkin," batinnya lagi.
Pintu kaca mobil perlahan diturunkan. Menampakkan wajah si pria asing yang siang tadi memberinya sepeda. 'Eh, ya ampun sepedanya!'
"Kamu?!"Ucap Mila kaget. Pria didepannya itu hanya tersenyum menatap Mila.
"Hai," Sapa Glenn sambil menahan tawanya melihat ekspresi terkejut Mila. "Kayaknya ini udah jalan Tuhan deh. Kita bisa dipertemukan lagi skarang," Ucap Glenn tersenyum sambil memperlihatkan deretan giginya yang tersusun rapi.
"Ngaco!" Elak Mila.
"Widih galaknya. Mau kemana malem-malem gini?"
"Bukan urusan anda," Ucap Mila dingin, membuat Glenn mengulum senyumnya.
"Mau pulang yah? Mau saya anterin?" Tanya Glenn. Sontak Mila pun menatapnya tajam. Ini orang kenapa sih?! Kenal juga enggak!
KAMU SEDANG MEMBACA
U N A B L E (Without Love)
RomantizmKehilangan adalah fase tertinggi mencintai kamu. U N A B L E (Without Love) a/n : _tezaloffical
