Mila menarik napas panjang, kemudian dihembuskannya perlahan. Ia menatap ke arah langit-langit kamarnya. Bayangan wajah Kevin berada disana. Tepat diatasnya. Gadis itu memejamkan matanya sesaat, kemudian dibukannya lagi. Kevin tak berada lagi disana. Tertinggal rasa sakit yang sedari tadi hinggap dihatinya. Mila sadar ia bodoh. Bodoh karena mencintai Kevin. Laki-laki yang awalnya ia kira di kirim oleh Tuhan untuknya, tapi ternyata itu hanya sebatas khayalannya saja. Ia sudah terlalu jauh berpikir, dan membuatnya akhirnya sadar kalau selama ini ia sudah keliru. Keliru dalam mengartikan sikap Kevin selama ini padanya.
"Bodoh!" Umpatnya dalam hati.
Sebelah tangannya terulur menyentuh dadanya. "Sakit, Tuhan!" Batinnya. Mila menumpahkan rasa sakit hatinya dengan menangisi dirinya dalam diam. Air matanya meleleh begitu saja tanpa dihirauhkan olehnya.
Mila terperanjak kaget saat mendengar suara langkah kaki Aneta yang tengah berjalan ke arah kamarnya.
"Sayang? Nggak mau makan dulu baru tidur?" Ucap Aneta dari balik pintu.
"Nggak, ma! Mila udah makan di rumah Kevin!" Balas Mila dari dalam kamarnya.
"Yaudah, mama ke kamar dulu yah! Kamu juga langsung tidur aja. Nggak usah main hp dulu!"
"Iya, ma!"
"Oke, good night ya, sayang! Jangan lupa berdoa!"
"Iya, ma. Good night," Gadis itu membuang napas lega. "Hampir aja!" Ucapnya pelan. Mila segera memperbaiki posisi tidurnya, berdoa, kemudian menutup matanya.
Aneta mengernyitkan keningnya menatap sang anak yang terlihat lesu menyantap sarapannya. "Kamu kenapa, Mil? Kalo ada masalah, ceritain ke mama dong. Biar mama bantu cari jalan keluarnya," Ucap Aneta.
Mila membuyarkan lamunannya, kemudian menatap ke arah mamanya sambil menggeleng. "Mila nggak papa kok, ma. Sedikit nggak enak badan aja,"
"Kalo gitu hari ini kamu jangan dulu ngantor yah? Ini pasti karna kamu sering lembur belakangan ini. Jangan dipaksain dong, sayang. Mama takutnya kamu sakit. Tuh, skarang aja udah nggak enak gitu badannya. Nggak usah masuk dulu yah? Mama juga hari ini mau ijin dulu buat ngurusin kamu. Yah?"
"Nggak usah, ma. Mila nggak papa kok. Minum obat sekali palingan juga sembuh. Lagian project Mila juga harus selesai hari ini. Tinggal dikit doang kok. Habis itu Mila nggak lembur lagi,"
"Tapi kan..."
"Ma, udah. I'm ok. Mama nggak usah khawatir. Mila bisa kok jaga diri. Yaudah kalo gitu Mila berangkat dulu ya, ma. Bye!"
"Tapi kamu mau naik apaan, sayang? Motor kamu kan masih di Kevin?" Tanya Aneta. Mila sontak memukul jidatnya.
"Yaampun, kenapa bisa lupa sih? Yaudah, Mila bareng mama aja yah?"
"Iya. Mama juga udah selesai. Kalo gitu kita berangkat skarang, yuk?"
"Iya, ma,"
Tak berbanding jauh dengan Mila, Kevin juga kedua orang tuanya tengah menyantap sarapan pagi mereka. Moses menyikut lengan Liana beberapa kali, membuat Liana menatapnya dengan tatapan bertanya.
Moses memberi kode dengan menunjuk ke arah Kevin dengan matanya. "Maksud papa apaan sih? Mama nggak ngerti," Bisik Liana.
Moses membuang napasnya kasar. Kesal dengan respon istrinya yang low connection. Ditatapnya lagi Kevin yang tengah menyantap nasi goreng spesial buatan Liana. "Vin," Panggil Moses.
KAMU SEDANG MEMBACA
U N A B L E (Without Love)
RomansaKehilangan adalah fase tertinggi mencintai kamu. U N A B L E (Without Love) a/n : _tezaloffical