Aneta memegang selembar foto yang ia ambil dari laci nakas disamping tempat tidurnya. Ia mengusap pelan foto itu dengan jarinya. "Maafin mama ya, pa? Mama gagal membuat anak kita bahagia," Ucap Aneta pelan. Air matanya jatuh tepat diatas foto mendiang suaminya.
"Ma, nanti anak kita mau mama kasih nama siapa?"
"Emm, kita kan sudah cek USG. Dan hasilnya, bayi kita perempuan," Aneta tersenyum sembari mengelus pelan perut besarnya. "Mama mau kasih dia nama Mila. Gimana, pa? Cantik kan?" Tanya Aneta sembari menatap suaminya.
Pria itu tersenyum, kemudian mengecup dahi istrinya. "Bagus, ma. Nama yang manis untuk anak manis kita nanti," Ucapnya sembari ikut mengusap perut istrinya. "Nanti, kalo Mila udah lahir, Mila tumbuh jadi gadis yang cantik, akan papa pastikan, Mila mendapat laki-laki yang akan menggantikan papa untuk membahagiakan Mila ya, nak?"
Aneta memanyunkan bibirnya, sembari memukul pelan bahu suaminya. "Anaknya juga belum lahir, udah mikir kesana kemari,"
"Loh, apa salahnya, ma? Itu cita-cita papa. Bahagia Mila, itu prioritas papa sekarang,"
"Mila doang? Mama gimana?"
"Emm, gimana yah?" Pria itu tampak berpikir, membuat istrinya jengkel. "Enggak ah, mama kan udah bahagia sama papa sekarang," Lanjutnya. Pria itu tersenyum kearah istrinya yang juga tersenyum malu menatapnya. "Malu tuh," Pria itu tertawa, dan langsung menutup dirinya dengan selimut saat istrinya mulai mengambil ancang-ancang untuk memukulinya.
Aneta tersenyum mengingat kenangannya dengan almarhum suaminya yang sudah beberapa tahun tak lagi berada disampingnya setelah sebuah kecelakaan yang akhirnya membuat ia kehilangan orang yang dicintainya untuk selamanya. Ia akhirnya gugur sebelum mewujudkan cita-citanya.
Membahagiakan Mila, dan mempertemukan anak gadisnya dengan laki-laki pilihannya, sekarang tinggal sebatas wacana yang berantakan. Mila harus menerima kenyataan pahit dimana suaminya masih mencintai kekasihnya yang dulu.
Aneta semakin menangis. Ia merasa gagal. Gagal mewujudkan impiannya dan suaminya. "Mama minta maaf, nak. Mama sudah keliru memilih Kevin untuk kamu," Ucapnya. Ia beranjak dari tempatnya, dan mulai berjalan mendekat kearah lemari pakaiannya. Sebelah tangannya meraih sebuah kotak putih yang sudah lama ia simpan. Aneta mengingat sesuatu yang pernah ia taruh didalam kotak itu.
Tangannya perlahan membuka tutup kotak putih itu. Jam tangan almarhum suaminya nampak lebih dulu saat ia membuka kotak itu. Aneta menggeser jam itu pelan, kemudian mengambil selembar kertas foto yang ia cari. Foto yang diambil saat ia masih dirawat dirumah sakit saat itu. Mila terlihat tersenyum sambil memeluk Aneta yang juga tengah tersenyum dengan keadaan masih terbaring lemah diatas tempat tidur. Dan disampingnya, ada Kevin yang tersenyum sumringah sambil merangkul seorang wanita yang ia yakin, wanita itu adalah Kimberly yang Mila dan Cara maksudkan hari itu.
Ia mengambil tasnya, dan memasukkan foto itu kedalamnya. Ia meraih ponselnya, dan mencari sesuatu disana. Aneta membuang napasnya perlahan. Ia meyakinkan dirinya. "Mama harus bertemu dengannya, Mila,"
Glenn membuang napas pelan sambil menatap layar ponselnya. Ia baru saja keluar dari toko kue favorit mamanya. Disana ia bertemu dengan Nania. Wanita itu masih sama seperti saat keduanya pertama kali bertemu. Ia terlihat jutek, namun Glenn tau kalau dibalik sifatnya yang seperti itu, Nania adalah sosok teman yang baik.
"Nania kan?" Ucap Glenn saat ia menghampiri Nania yang tengah melihat-lihat beberapa pilihan kue didepannya.
Glenn sedikit tersenyum mengingat keterkejutan Nania saat wanita itu membalik tubuhnya, melihat siapa yang memanggilnya barusan. Lambat laun, Glenn semakin mengerti sosok wanita yang saat itu berada didepannya. Nania ingin melindungi Mila darinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
U N A B L E (Without Love)
RomanceKehilangan adalah fase tertinggi mencintai kamu. U N A B L E (Without Love) a/n : _tezaloffical
