t h i r t y t h r e e

873 66 13
                                        

HAPPY READING!!

“Aku masih mencintaimu.Tapi tidak lagi mengejarmu

. . . .

Rintik hujan mulai berjatuhan. Kevin melajukan mobilnya dengan kecepatan rata-rata. Dibelakangnya terdapat Mita dan Kim yang sedari seolah enggan untuk membuka suara. Yang terdengar hanya suara air hujan yang membentur atap dan kaca mobil. Kevin yang masih tersesat dengan pikirannya, berusaha untuk tetap fokus menyetir. Ia tak mau mati konyol hanya karena kurang berhati-hati.

"Vin, apapun yang udah terjadi, ingat terus pesan Papa. Tetap berdoa, dan yakin aja. Niat baik selalu ada jalannya. Itu kuncinya. Jangan cepat putus asa. Karena sejatinya, setan merasa puas kalo kita berputus asa. Jangan jadiin ini semua sebagai lampu merah kamu. Jadiin ini awal dari semuanya. Papa akan selalu mendukung kamu, selama kamu memang bersungguh-sungguh dengan tekat kamu,"

Kevin memijat pelipisnya. Ia menjadi tak semangat untuk melakukan apa saja. Seperti halnya kehilangan gairah. Kalau saja tak sedang menyetir, tatapannya hanya akan kosong melompong. Setelah hari ini, lalu besok ia harus apa lagi? Seperti hilang tujuan. Bukannya ingin menjilat ludah sendiri. Hanya saja, melupakan tak semudah mengenal. Sosok Mila sudah sangat melekat dihati, dan dihidupnya. Entah setelah ini ia harus apa. Ia buntu, dan hilang arah.

Kevin masuk kedalam rumah dengan langkah perlahan. Setelah mengantar Kim dan Mita pulang, ia akhirnya sampai dirumah. Senang ternyata Bi Nah sudah berada lagi dirumah. Kevin hendak menaiki anak tangga menuju ke kamar. Tapi entah kenapa tangga yang semula lurus, sekarang malah terlihat berkelok. Pandangannya tiba-tiba buram. Begitu juga dengan tubuhnya yang terasa ringan. Kevin menutup matanya perlahan, saat ia mulai kesusahan menghirup oksigennya.

"Mas Kevin, bangun, Mas," Samar-samar suara Bi Nah terdengar memanggil-manggil namanya.

Kevin merasa ada sesuatu yang basah menempel pada dahinya. "Bi?" Lirihnya.

"Mas Kevin? Puji Tuhan, Mas udah siuman," Ucap Bi Nah tersenyum, sembari menghapus bulir air matanya yang sudah sedari tadi membasahi wajahnya.

"Bi," Panggilnya lagi.

"Iya, kenapa, Mas? Mas mau Bibi bikinin apa? Bilang aja nggak pa--"

"Mila mana, Bi?" Kevin menatap Bi Nah lirih. Air matanya kembali luruh. Bibirnya berkedut menahan sakit hatinya. Ia mencurahkan semuanya didepan Bi Nah. Bahkan suara tangisnya pun terdengar memilukan.

"N-non Mila?" Tanya Bi Nah. Kevin dengan cepat memeluk Bi Nah, sosok ibu kedua untuknya, setelah Liana.

"Mila mana, Bi?" Tangis Kevin. Ia terus-terusan menanyakan hal yang ia sendiri tau jawabannya.

"Mas, dengerin Bibi. Non Mila kan sudah lama pergi, Mas? Non Mila sudah nggak tinggal disini lagi," Jelas Bi Nah. Tangis Kevin semakin menjadi. Ia menyayangkan semuanya. Hal berharga yang sudah ia sia-siakan. Dan sekarang, Kevin benar-benar mebutuhkan hadir Mila.

Tapi, hanya sekedar mengucapkan. Untuk melihatnya kembali, Kevin bahkan sudah berjanji untuk tak akan pernah melakukannya lagi. Ia teramat menyayangi Mila.
.
.
.
.
.
.
Kevin dengan gagahnya berdiri, tersenyum sembari saling menjabat tangan dengan client-nya yang berasal dari Singapura. Rasa kehilangan itu akhirnya membuat Kevin menjadi sosok yang lebih tegar, dan berkembang seiring berjalannya waktu. Setahun sudah ia tak lagi melihat, ataupun menemui Mila. Palingan, hanya mendengar kabarnya saja dari Nania. Mila sudah memblokir semua akses untuk Kevin dapat memghubunginya. Semuanya termasuk Instagram, whatsapp, dan twitter milik Mila. Ia benar-benar menghilangkan bayang Kevin dari dalam hidupnya. Facebook yang dulunya menjadi satu-satunya akses untuknya bisa mengobrol dengan Kevin, sekarang tinggal sebuah akun bernama, tanpa foto dan postingan apapun lagi. Kevin tersenyum miris, mengetahui usaha Mila untuk menjauhi, dan melupakannya. Tapi apapun itu, Mila pernah dan akan tetap menjadi sosok wanita terbaik dalam hidupnya. Kevin memilih untuk mengerti, tanpa harus membalas. Ia tau betul alasan Mila melakukan ini. Setidaknya demi kebahagiaan Mila, Kevin tak apa jika harus benar-benar menghilang dari dalam diri seorang Mila Agnesia.

U N A B L E (Without Love)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang