Hari sudah semakin larut. Kevin melajukan kecepatan mobil senormal mungkin, memastikan istrinya tidur dengan nyaman. Begitu juga calon buah hatinya yang sama sekali tak ia sadari sudah hadir didalam kandungan istrinya. Perasaan campur aduk memenuhi pikiran Kevin. Pria itu menyeka air mata yang mulai turun membasahi pipinya. Diliriknya istrinya sesaat. Sebelah tangannya mengusap lembut puncak kepala wanita itu, kemudian pindah beralih menggenggam tangannya. Senyum Kevin mengembang, terpasang disepanjang perjalanan pulang. Ia memarkirkan mobilnya begitu mereka sampai dirumah. Ia turun lebih dulu, bergerak membuka pintu Mila. Wanita itu masih tertidur. Ia bahkan tak terusik sama sekali saat Kevin menggendongnya keluar dari dalam mobil, dan membawanya sampai ke dalam kamar.
Kevin turun ke bawah, mengambil segelas air. Diminumnya tak tersisa. Ia menarik kursi dekat meja makan. Duduk disitu sembari merenungkan apa yang sudah terjadi. Sebelah tangannya meraih ponselnya pada saku celana yang dikenakannya. Kedua sudut bibirnya tertarik keatas begitu ia menghidupkan ponselnya. Wajah Mila terpampang cantik pada layar benda itu. Kevin mengusapnya dengan ibu jarinya. Tak ada kata lain selain Terima Kasih, Tuhan atas hadirnya wanita ini dalam hidupnya. Semuanya terasa sempurna saat Mila berada disisinya. Dan sekarang kesempurnaan itu semakin lengkap dengan kehadiran si kecil pada perut istrinya. "Terima kasih, Bapa," Ucapnya. Ia mengecup layar ponselnya, dimana wajah Mila berada disana. "Terima kasih untuk segalanya," Lanjutnya tersenyum.
Mila mengerjapkan mata cantiknya beberapa kali. Dilihatnya Kevin yang tak lagi berada disampingnya. Kini hanya tertinggal secarik kertas putih yang terlipat dua diatas tempat Kevin tidur. Mila meraihnya, kemudian membukanya perlahan. "Filipi 1 ayat 3?" Gumam Mila. Ia membuka nakas disamping tempat tidurnya. Diambilnya alkitab yang ia letakkan didalam sana. Dibukanya, dicarinya kitab yang tertulis pada kertas itu.
Aku mengucap syukur kepada Allahku setiap kali aku mengingat kamu.
Mila mengulum senyumnya. Layaknya remaja yang baru saja jatuh cinta, Mila tak henti tersenyum melihat apa yang baru saja dibacanya. Pandangannya teralih pada ponselnya saat benda itu tiba-tiba berbunyi, menampilkan tampilan panggilan video dari Kevin. Mila buru-buru mengangkatnya, mendapati Kevin yang kini tengah tersenyum manis menatapnya. "Good morning, istriku," Sapa pria itu.
"Good morning, raja gomballl," Mila terkekeh. "Ini apaan coba?" Mila memperlihatkan secarik kertas yang Kevin siapkan untuknya. Pria itu tersenyum. "Udah dibaca belom?" Tanyanya.
"Udah. Skill gombalnya udah meningkat yaa," Ucap Mila.
"Ohiya jelas dong. Semua orang emang harus ada peningkatan. Termasuk cinta dan sayang aku ke kamu hehe,"
"Huu, gombal aja terus! inget umur!"
"Loh, gaada salahnya dong, Yang. Yang penting gombalnya ke kamu bukan ke cewek lain,"
"Ya awas aja kalo sampe kamu beneran gombalin cewek lain. Jangan mikir buat pulang lagi!"
"Widih sensinyaa. Bumil jangan marah-marah dong, nanti anaknya juga ikutan marah sama Ayahnya,"
Mila terdiam. Ia sontak meraba perutnya. "Aku beneran lagi hamil," Gumamnya. Mengabaikan Kevin yang kini bingung karena tak bisa mendengar apa yang diucapkannya barusan.
"Apa, Yang? kamu ngomong apa?" Tanya Kevin.
Mila membuyarkan lamunannya. "Nggak ada. Kamu lanjut kerja gih, aku mandi dulu,"
KAMU SEDANG MEMBACA
U N A B L E (Without Love)
רומנטיקהKehilangan adalah fase tertinggi mencintai kamu. U N A B L E (Without Love) a/n : _tezaloffical
