Mila beberapa kali mengerjapkan matanya. Ia agak terkejut tak percaya mendengar Kevin memanggilnya dengan panggilan yang seketika membuat kakinya lemas. Mila berusaha memasang senyumannya, berusaha terlihat biasa saja agar dua orang didepannya tak merasa curiga.
"Hai," Mila menoleh ke arah Kevin dengan senyum terbaiknya. "Maaf ya, tadi aku ke kamar bentar. Ohya, gimana kerjaan kamu hari ini?" Lanjutnya. Dalam hatinya, Mila merasa agak tak nyaman melakukan ini. Bukannya nggak mau, hanya saja Mila ingin mereka seperti ini karena sama-sama saling mencintai. Bukan berpura-pura seperti ini.
Kevin menangkup sebelah pipi Mila dengan sebelah telapak tangannya, mengusapnya dengan ibu jarinya. "Capek sih. Tapi aku puas dengan hasilnya. Dan pas ngeliat kamu, capeknya langsung nguap gitu aja," Ucap Kevin sembari tersenyum manis.
"Mulai deh gombalnya. Malu tau sama mama sama Cara," Mila terkekeh. Begitu juga dengan Aneta dan Cara. Keduanya tak berhenti tersenyum menyaksikan kemesraan dua sejoli didepan mereka.
"Nggak papa kali, Mil. Gue juga biasa kayak gini keles bareng doi dipojokan," Ucap Cara, yang sontak membuat Aneta geleng-geleng kepala.
"Udah-udah. Vin, mending skarang kamu bersih-bersih, trus kita makan malam bareng," Ucap Aneta, yang kemudian dibalas anggukan oleh Kevin.
"Iya, ma. Sayang, aku ke atas dulu yah," Kevin mengelus pelan surai rambut Mila, kemudian mulai menaiki anak tangga setelah mendapat anggukan dari Mila.
"Mesra amat lo berdua. Bagi tipslah," Ucap Cara, sambil menyikut pelan lengan Mila.
"Tips apaan?" Tanya Mila dengan wajah polosnya.
Cara memutar malas bola matanya, sambil membuang napas perlahan. "Tips biar lengket kek lo berdua, Mil," Jawab Cara. Mila spontan mengatup mulutnya. Pipinya merona merah. "Lo nggak tau aja, Car. Ini semua cuma rekayasa," Mila membatin.
Cara mengernyit bingung. "Mil, lo kenapa?" Tanya Cara, sambil mengguncang pelan tubuh Mila.
"Nggak papa, Car. Ya tipsnya itu nggak ada acara make pelet-peletan segala kok. Cukup saling mencintai, menyayangi, sama saling percaya. Pasti deh lo sama doi langgeng sampe kakek-nenek," Jelas Mila.
"Cie gitu," Goda Cara. Giliran Mila yang memutar malas kedua bola matanya.
"Tadi katanya minta tips?" Ucap Mila. Cara terkekeh.
"Wanita yang digambar itu, dia disini, bu," Ucap Glenn pada wanita paruhbaya itu. Wanita itu menatap Glenn sambil menggeleng pelan. Ia melangkah perlahan mendekat ke arah tirai yang menutupi orang yang dibilang Glenn adalah anaknya.
Tirai dibuka. Lutut itu seketika rapuh melihat siapa yang tengah terbaring lemas dengan perban putih yang melingkar dikepalanya.
"Ya Allah, Kim," Ucap wanita paruhbaya itu, seraya memanggil nama anaknya.
Glenn mengernyit. "Jadi namanya Kim?" Batinnya.
"Kamu kenapa sampe kayak gini, nak?" Tanya wanita itu dengan air mata yang mulai luruh. Tangannya mengelus lembut puncak kepala anaknya itu.
"Bangun, Kim. Ini ibu. Ibu disini, nak," Ucap wanita itu.
Glenn menyapu pelan sudut matanya. Batinnya terusik melihat pemandangan yang ia tengah saksikan saat ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
U N A B L E (Without Love)
RomanceKehilangan adalah fase tertinggi mencintai kamu. U N A B L E (Without Love) a/n : _tezaloffical