t h i r t y t w o

867 74 34
                                        

Eitss sebelum baca part ini, aku saranin bacanya sambil dengerin lagu diatas. Ga tau kenapa, belakangan ini lagi suka banget dengerin lagu ini. Kayak yang... gimana yah? feelnya tuh dapet aja gtu. Cobain deh XD..

HAPPY READING!!

Seperti halnya tertusuk sesuatu, melepaskannya memang sakit. Tapi, membiarkannya takkan membuatnya sembuh. - AK

. . .

Kevin duduk bersandar pada sandaran kursi yang didudukinya. Kepalanya menghadap keatas. Matanya terpejam dengan nafas naik turun perlahan. Moses duduk diam ditempatnya, dengan tatapannya yang fokus menatap kearah Kevin. Semenjak pengakuannya tadi, Kevin harus menelan kecewa karena Aneta sama sekali tak memberikan reaksi dan tanggapan sedikitpun. Wanita itu hanya diam, dan meminta untuk jangan dulu mengungkit tentang yang sudah berlalu. Ia terlalu pusing dengan anaknya yang masih membutuhkan pertolongan dokter, dan sekarang Kevin malah mengejutkannya dengan pernyataan yang bahkan tak Aneta sangka-sangka.

"Sabar. Nggak semua masalah bisa terselesaikan dengan cepat. Yakinin diri kamu, dan terus berdoa. Papa yakin Kevin bisa memenangkan hati Mila dan Tante Aneta lagi. Karena niat baik akan selalu ada jalannya," Ucap Moses. Ia menepuk pelan pundak anak laki-lakinya itu beberapa kali.

Kevin membuka matanya. Ia perlahan menoleh kearah Papanya, dan melempar senyumannya. "Makasih, Pa. Tapi Papa percaya kan dengan ucapan Kevin tadi?"

"Saat ini Papa belum bisa begitu percaya, Vin. Semuanya terjadi dengan tiba-tiba," Ucap Moses. "Tapi yakinkan niat kamu, Vin. Papa selalu ada buat kamu," Lanjutnya. Ia mengelus puncak kepala anaknya perlahan. "Hati Mila masih untuk kamu. Papa yakin itu,"

Kevin beralih menatap pintu ruang rawat Mila yang kini tertutup rapat. Selain Kevin dan Moses, yang lain masih berada didalam. Termasuk Kim. Ia kini harap-harap cemas. Semoga dengan kedatangan Kevin, Mila bisa cepat mendapatkan kebenarannya. Dan masalah ini segera berakhir. Ia tak sabar ingin segera beranjak dari tempat ini. Karena sungguh, ia tak nyaman dengan posisinya sekarang. Cara sedari tadi menatapnya tak bersahabat. Membuat Kim merasa seolah-olah ia adalah peran antagonis dalam skenario ini. "Sabar, Kim. Sebentar lagi," Bisik Mita. Seolah ia tau apa yang kini tengah dirasakan oleh sahabatnya. Kim mengangguk pelan. Kalau bisa menghilang, sudah sedari tadi ia melakukannya. Tapi sayangnya, realita tak sesuai dengan fantasinya.

Sudah hampir 24 jam, Mila masih tetap memejamkan matanya. Wajah cantik itu terlihat lemas dalam tidurnya. Aneta, Liana, Moses, dan Glenn, mereka terpaksa harus pulang lebih dulu untuk membersihkan diri. Cara dan Nania akan menggantikan mereka setelah mereka kembali ke rumah sakit. "Vin, aku sama Mita, kita berdua mau nyari hotel. Kamu nggak papa kan kita tinggal bentar?" Ucap Kim.

"Iya, aku nggak papa. Kalian bisa make mobil aku. Hati-hati yah,"

"Hm. Makasih, Vin," Kim dan Mita pergi dari tempat itu. Tersisa Kevin, Cara dan Nania. Ia mengambil tempat menyendiri diluar. Ia tak mau membuat Nania dan Cara merasa tak nyaman dengan kehadirannya didepan mereka.

Kevin menoleh sesaat pintu disampingnya terbuka. Nania dan Cara menatapnya datar. "Kita mau nyari makan diluar. Lo jagain Mila didalam. Cuma sebentar," Ucap Nania.

"Gue nggak segan-segan buat matahin tulang-tulang lo, kalo sampe terjadi satu hal sama Mila!" Ancam Cara. Tatapannya menghunus tajam Kevin yang berdiri didepannya.

Kedua wanita itu berlalu dari tempat itu. Tersisa Kevin yang perlahan menarik kursi disamping ranjang tempat Mila terbaring. Pria itu duduk disitu, sambil matanya terpaku memandang wajah polos Mila. Tangannya meraih tangan wanita itu dengan hati-hati. "Hey," Sapanya. Bahu Kevin bergetar hebat. Bahkan hanya dengan melihat wajahnya saja, sudah cukup membuatnya menangis. Bayangan Mila yang terluka karenanya sungguh menyayat hatinya. "Maafin aku," Ucapnya. "Aku bener-bener minta maaf," Lanjutnya.

U N A B L E (Without Love)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang