Mila hendak turun dari atas kasurnya. Namun pintu tiba-tiba terbuka. Mila sontak menoleh, mendapati Cara yang berdiri menatap kearahnya disana. Cara perlahan mendekat, dan mengambil posisi duduk disampingnya. Sebelah tangannya menarik pelan tubuh Mila, membuat keduanya saling berpelukan. "Gue minta maaf buat yang kemaren ya, Mil? Gue sadar nggak seharusnya gue kayak gitu ke lo. Gue kesel, Mil. Gue nggak terima lo kayak gini," Cara melepas pelukan itu. "Gue nggak terima," Ucapnya sambil menggeleng kepalanya. Air matanya luruh begitu saja. Cara menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Wanita itu terisak didepan Mila yang kini diam tersenyum didepannya.
Mila mengangkat sebelah tangannya, mengelus pelan bahu Cara. "Udah, Car nggak papa. Lo jangan mikirin itu lagi. Gue sama skali nggak marah, dan lo nggak perlu minta maaf ke gue. Gue tau lo ngelakuin itu karena lo peduli sama gue," Ucap Mila tersenyum.
Cara kembali memeluk Mila, kini lebih erat. "Lo diciptain untuk kuat menghadapi semua ini, Mil. Gue tau itu. Lo hebat karena lo mau melepas orang yang lo cinta untuk bahagia dengan pilihannya," Ucap Cara. Ia mengambil jeda untuk menghapus air matanya. "Lo nggak usah sedih ya? Lo yang terbaik. Gue doain lo bisa ngedapetin yang lebih baik dari yang udah pernah lo punya,"
Aneta hendak membawa segelas susu untuk Mila. Namun langkahnya terhenti melihat anak dan keponakannya yang kini tengah saling berpelukan. Ia tersenyum melihat pemandangan didepannya.
"Jangan cuma kebahagiaan laki-laki itu aja yang lo perjuangin, Mil. Kebahagiaan lo juga harus lo perjuangin, lo prioritasin. Gue nggak mau kalo lo terus-terusan mikirin dia,"
Mila mengangguk cepat. Dan Cara dapat merasakan itu. "Gue sayang sama lo," Ucapnya.
"Gue juga sayang sama lo, Car," Balas Mila. Pelukan keduanya terlepas. Mereka saling menatap, kemudian tertawa. Sampai akhirnya, Aneta masuk kedalam, berdiri didepan keduanya. "Wah wah, ada yang akur nih," Ucap Aneta sambil meletakkan segelas susu yang sedari tadi ia pegang keatas nakas. "Mama seneng banget ngeliat kalian berdua kayak gini," Lanjutnya. Tatapannya menatap kearah Cara. "Tante seneng liat Cara nggak kayak monster lagi," Ucap Aneta sambil terkekeh. Begitupun dengan Mila.
"Tante tuh yang monster. Kalo marah nyeremin!"
"Kamu!"
"Tante!"
"Kamu!"
"Tan--"
"Udaaahhhh! Udah! Mama ih kayak anak kecil aja. Kamu juga, Car! Ngalah dong sama orang tua. Kayak tom and jengkol aja," Mila menengahi pertengkaran konyol dua orang kesayangannya itu.
"Jerry, pinterr!" Ucap Cara.
"Terserah gue! Mulut-mulut gue juga!"
"Ya kalo salah harus dikoreksi lah biar mulus dikit tuh otak!"
"Kalo mau mulus ya tinggal pake skincare-lah. Gitu doang ribet pake koreksi-koreksi segala,"
"Lo tuh ya! Bener-bener bik--"
"HEI UDAH-UDAH! KENAPA MALAH BERANTEM GINI SIH?!" Teriak Aneta. Keduanya terdiam kikuk ditempat masing-masing.
"Mila, sekarang abisin susunya, trus pergi mandi. Dan Cara, ikut Tante ke bawah nyiapin sarapan,"
"Loh, kok Mila nggak bantuin juga?" Protes Cara.
Aneta membuang napas pelan. "Nanti Mila yang nyuci piring,"
"Kok Mila?!"
"Eits eitss, nggak boleh protes. Sekarang Mila mandi, trus kebawah kita sarapan bareng. Ayo, Cara," Ucap Aneta, sembari mulai berjalan keluar. Cara yang mengikutinya dari belakang, sibuk mengejek Mila yang terlihat kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
U N A B L E (Without Love)
RomanceKehilangan adalah fase tertinggi mencintai kamu. U N A B L E (Without Love) a/n : _tezaloffical
