t w e n t y e i g h t

729 68 7
                                    

Pulang. Setelah lama berkutat dengan pekerjaan, kini tiba saatnya untuk kembali beristirahat dirumah. Sore ini jalanan terlihat lebih ramai dari biasanya. Entah kenapa, Kevin pun malas untuk mencari tau. Ia hanya pasrah membiarkan dirinya terjebak dalam kemacetan. Ia membiarkan bunyi klakson kendaraan-kendaraan di sekelilingnya berbunyi sesuka hati. Ia tak mau banyak mengeluh. Ia sudah terlalu banyak mengeluh selama ini. Jadi, diam dan pasrah adalah pilihannya saat ini. Meski kepalanya terasa ingin pecah, mode bodo amat tetap setia dipasang Kevin.

Dunia sepertinya sangat sempit. Baru saja menoleh kesamping, ia malah melihat Kim yang berada didalam taksi dengan jendela terbuka. Wanita itu tengah memainkan ponselnya, dan tak menyadari jika Kevin tengah melihat kearahnya.

Kevin memalingkan wajahnya kedepan. Terbesit keinginan untuk lebih lama melihat Kim dari balik jendela mobilnya. Tapi lagi-lagi ia teringat dengan Mila, yang membuatnya tertohok saat membayangkan Mila yang menatapnya lirih. Kevin mengusap wajahnya. Meyakinkan kalau ia benar-benar sudah melupakan dan melepaskan Kim dari hidupnya. Ia hanya menginginkan Mila sebagai pelengkap hidupnya. Bukan Kim lagi. Wanita itu tinggalah masa lalunya. Masa lalu yang tidak seharusnya ia kenangkan saat ia bahkan sudah memiliki seseorang yang sudah terikat dengannya.

Tatapan Kevin beralih menatap kedepan. Mobil didepannya mulai berjalan maju. Ia segera menjalankan mobilnya, enggan untuk melihat Kim yang belum juga mengetahui keberadaanya. Sudah cukup untuk Kevin menengok kebelakang. Sudah bukan saatnya lagi. Semuanya sudah berakhir. Kim bukan lagi bagian dalam hidupnya. Wanita itu bukan siapa-siapa lagi. Ia hanya seorang wanita yang kebetulan sempat singgah, dan tinggal, setelah itu pergi. Tidak lebih.

Kevin terus memajukan mobilnya, mengikuti arusnya saja. Ia terlalu lelah untuk komplain. Bahkan hanya memencet klakson saja ia malas. Cukup ikuti alurnya saja. Toh ujung-ujungnya juga bakal nyampe dirumah.

Tepat jam 7 malam. Dua jam sudah Kevin terjebak macet, dan setelah malam tiba ia baru sampai dirumahnya. Ia bahkan heran bagaimana ia melewati kemacetan tadi dengan sangat sabar. Biasanya nggak gini. "Udahlah," Ucapnya sambil melepas jasnya.

Rumah terasa semakin sepi karena Bi Nah masih berada dikampungnya. Entah kepada siapa Kevin membagi lelahnya saat ini. Menceritakan tentang apa saja yang terjadi hari ini. Kali ini ia benar-benar membutuhkan Liana dan Moses. Dua orang yang sempat ia anggap tak penting lagi dalam hidunya. Mereka terlalu memaksa, dan mengatur kehidupannya. "Dan sekarang Kevin sadar kalau kalian hanya ingin yang terbaik buat Kevin, Ma, Pa," Kevin bersandar diatas sofa diruang tengah. Ia terlalu letih untuk naik kekamar.

Ia menatap tv didepannya, sambil sebelah tangannya mengambil ponsel disakunya. Semenjak ia menikah, Kevin tak pernah menelpon atau pun menerima telepon dari Moses dan Liana. Mereka sudah lama tidak saling mengobrol. Kevin menutup semua akses yang bisa membuat orang tuanya bisa menghubunginya. Dan sekarang, dua kontak itu terpampang jelas didepannya.



Mama



Kevin meremas pelan ponselnya. Ia belum yakin harus menelpon mereka saat ini. Ia terlalu malu. Malu dengan perbuatannya. Dan jika keduanya tau tentang perpisahannya dengan Mila, bagaimana reaksi mereka nantinya? Kevin mengerang kesal. Ia tak ingin memperkeruh suasana. Ia baru saja kehilangan Mila dan Aneta. Apa ia juga siap jika ia harus kehilangan Moses dan Liana?

Air matanya mengalir perlahan. Kenyataan ini sangat menyiksanya. Sekarang ia bukan hanya seorang pembangkang. Ia juga seorang pengecut dalam rumah tangganya. Rumah tangga yang gagal pada akhirnya. Kedua tangannya meremas kencang rambut nya. Kenapa penyesalan harus selalu datang diakhir? Ia ingin menggapai Mila kembali. Berada disampingnya lagi. Memulai semuanya dengannya. Tapi kenyataan saat ini menamparnya. Bayang pria yang mendekati Mila itu menghantuinya. Apa benar ia harus merelakan cintanya untuk kedua kalinya?



U N A B L E (Without Love)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang