s e v e n.

2.9K 159 8
                                        

26 agustus 2018, Gereja Katedral Jakarta.

Kevin menarik napas panjang, kemudian membuangnya perlahan. Ia memantapkan langkahnya memasuki Gereja. Kevin terlihat tampan dengan setelan jas putih juga celana yang senada yang di kenakannya. Kedatangannya di sambut riuh oleh keluarga, jemaat, juga para undangan yang sudah lebih dulu berada di Gereja.

Tatapannya kosong. Pandangannya lurus ke arah altar pernikahannya dengan wanita yang belum lama akrab dengannya belakangan ini. Disana terdapat Romo juga kedua putra altar yang tengah menyambutnya. Kevin tersenyum simpul, menyembunyikan kekecewaannya.

"Gugup?" Tanya Romo saat Kevin sudah berada tepat didepannya. Kevin hanya tersenyum kembali.

"Lihat, pengantinmu sudah tiba," Ucap Romo, sambil memberi isyarat agar Kevin melihat kedepan.

Mila. Wanita itu berjalan perlahan dengan di gandeng oleh pamannya memasuki Gereja. Kevin nggak munafik. Ia terkesima melihat wanita yang sebentar lagi akan menyatu dengannya, tengah berjalan menghampirinya dengan gaun pengantin yang menjuntai panjang ke belakang sambil menggenggam sebuket bunga mawar putih, membuat Mila terlihat bak cinderela in real life. Kevin menelan salivanya, mengagumi keindahan yang terpampang jelas didepannya.

"Vin," Panggil Niko, paman Mila yang menjadi wali dalam pernikahannya. Bambang, ayah Mila sudah berpulang menghadap Tuhan sejak Mila menginjak umur 16 tahun.

Kevin menoleh, terkejut saat paman Niko meraih tangannya, kemudian menyatukannya dengan tangan Mila.

"Paman serahkan Mila sepenuhnya sama kamu. Tolong jaga dia. Cintai dan sayangi dia seperti kami mencintai dan menyayanginya. Kami percayakan Mila pada kamu, Vin. Jangan kecewakan kami," Setelah menyatukan tangan keduanya, paman Niko turun dari altar, menuju tempat duduk yang dikhususkan untuknya. Kevin mengerutkan keningnya. Jadi ini semua benar-benar akan terjadi?

Melihat gelagat aneh calon suaminya, Mila mengusap telapak tangan Kevin dengan ibu jari tangan kanannya. "Hei, kamu kenapa?" Tanya Mila sembari tersenyum. Kevin memandangnya sebentar, kemudian menggeleng. "Saya nggakpapa," Ucap Kevin dingin, namun masih terkesan lembut.

Prosesi pemberkatan nikah akhirnya di mulai. Kevin juga Mila, keduanya sama-sama gugup saat ini. Pemandangan itu ditangkap oleh Romo. Ia hanya bisa sedikit tersenyum, kemudian menggeleng pelan. "Tenang saja. Jangan gugup," Ucap Romo. Mila dan Kevin sontak melihat ke arah Romo dengan mimik sungkan keduanya.

"Maka tibalah saatnya untuk meresmika perkawinan saudara. Saya persilahkan saudara masing-masing mengucapkan perjanjian nikah di bawah sumpah," Ucap Romo, setelah mereka memasuki prosesi pengucapan janji nikah.

Kevin membuang napas perlahan, kemudian menatap lekat Mila yang juga tengah menatapnya dengan binar harapan. "....Dihadapan Imam dan para saksi, saya, Kevin Wijaya, menyatakan dengan tulus ikhlas, bahwa Kimberly--" Kevin membulatkan matanya. Begitu juga dengan Mila. Ia menoleh ke belakang, memastikan bahwa keluarganya tidak bereaksi apapun. Ia kemudian menatap Kevin kembali. "Vin," Lirih Mila.

Kevin tiba-tiba mendongakkan kepalanya, menatap lurus ke arah Mila, kemudian berganti melihat ke arah para saksi nikahnya. "Saya mohon maaf. Janji nikah saya akan saya ulangi," Ucap Kevin sedikit gemetar. "Maafin saya, Mila," Ucap Kevin, menatap Mila sendu. Mila mengangguk, kemudian tersenyum. "Yah, nggakpapa," Jawabnya.

"Dihadapan Tuhan, imam, dan para saksi, saya, Kevin Wijaya, menyatakan dengan tulus ikhlas, bahwa.. Mila Agnesia yang hadir disini mulai sekarang ini menjadi istri saya. Saya berjanji setia kepadanya dalam untung dan malang, dan saya mau mencintai dan menghormatinya seumur hidup. Demikianlah janji saya demi Allah dan Injil suci ini," Ucap Kevin, sedetik kemudian membuang napas lega sambil menatap Mila yang kini tersenyum cantik ke arahnya.

U N A B L E (Without Love)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang