"Lita, cepetan Nak sekarang udah jam berapa?! Ayo sarapan dulu nanti telat" teriak Ibuku dari ruang makan, "Sebentar Mih!" sahutku sambil menyisir rambutku yang hitam lurus panjang sedada masih belum kering benar, setelah terlihat agak rapih akupun mengambil kacamataku yang cukup tebal dan langsung berlari mengambil tasku lalu keluar menuju ruang makan.
Setelah sampai di ruang makan, akupun langsung minum segelas air putih dan melahap satu tangkap roti tawar berselai strawberry, tanpa babibu aku memasukannya kedalam mulutku besar-besar, dengan cara yang tak elegan bagi seorang cewek sepertiku aku langsung mengunyahnya cepat-cepat.
"Haduh-haduh, mana ada cowok yang mau sama kamu kalau liat kamu makannya seperti itu!" Mamiku menggeleng-gelengkan kepalanya, "Biarin! Ini Lita kan lagi buru-buru! Lagian Lita emang belum mau pacaran!" jawabku ketus disertai rasa sebal oleh perkataan Mamiku tersebut dengan mulut yang masih penuh, Mamiku hanya menggeleng-gelengkan kepalanya, Ya aku memang belum pernah berpacaran, umurku memang sudah 19 tahun, aku seorang mahasiswi di sebuah perguruan tinggi swasta yang ternama di Ibukota Indonesia ini, tapi entahlah aku memang belum punya nita untuk pacaran.
"Makanya Nak jangan suka tidur terlalu malam, makanya bangunnya jadi kesiangan!" ucap Papiku sambil membaca korannya, "Aduh Papi Lita mau gimana lagi, wong tugasku banyak banget" jawabku, "Ya sudah, kamu perginya mau Papi anter atau mau pergi sendiri?" tawar Papiku, "Aku pergi sendiri aja" jawabku sambil meneguk segelas air putih, "Mih, Pih, Lita pergi dulu ya" ucapku sambil mencium tangan mereka, kemudian akupun lari kehalaman rumahku, aku membuka gembok rantai sepedaku lalu akupun langsung 'tancap gas' mengayuh sepedaku secepat yang aku bisa, kebetulan rumahku cukup dekat dengan kampusku.
Oya perkenalkan, namaku Ferlita Margareth Tanuwihardja atau biasa dipanggil Lita, seperti yang kubilang tadi aku seorang mahasiswi di salah satu PTS ternama di Jakarta, aku berasal dari keluarga yang sangat sederhana, kedua orang tuaku membuka kedai kecil mie baso dan chinese food di rumahku yang sederhana setelah bisnis keluarga kami di Surabaya mengalami kebangkrutan, ya awalnya kami tinggal di Surabaya, Papiku asli orang Surabaya sementara Mamiku dari Malang, setelah usaha Papiku disana bangkrut akibat ditipu investor asing, kamipun memutuskan untuk memulai hidup yang baru di Jakarta, kata Papiku sekalian agar aku putri semata wayang mereka bisa sekolah dan kuliah di Jakarta.
Lalu kehidupan kampusku bagaimana? Ah tidak terlalu menyenangkan juga, malah bisa dibilang menyedihkan! Di kampus aku selalu diolok-olok dan ditindas oleh geng mahasiswi kaya yang sialnya seangkatan dan sekelas denganku, jika dibandingkan dengan mereka tentu saja aku jadi terlihat lugu dan cupu, sebab ulah mereka juga aku jadi tidak mempunyai kepercayaan diri untuk berdandan apalagi PDKT dengan cowok-cowok layaknya gadis-gadis seusia diriku, akupun tidak punya kepercayaan diri untuk menjalin hubungan pertemanan dengan para mahasiswi lain sebab ulah mereka juga. Oya aku belum menceritakan fisikku, tinggiku sekitar 167 cm, berat 44 kg, rambutku hitam lurus panjang sedada.
Sebenarnya Mamiku selalu menyuruhku untuk berdandan, menurutnya aku ini cantik, tapi aku tidak punya keberanian dan kepercayaan diri untuk berdandan apalagi kalau untuk pergi kekampus, wah bisa dibully habis-habisan aku oleh Mega dan gengnya yang borjuis itu. Maka kemana-mana, untuk kekampus ataupun untuk keluar dari rumah, dandananku sama saja, aku tidak pernah memakai make up, untuk pakaian kalau tidak memakai kemeja lengan pendek, aku menggunakan lengan panjang, bawahannya selalu celana jeans belel yang ngepas dan sepatu kets putih yang sudah agak dekil dan ada yang sobek dengan kaus kaki putih semata kaki, aku sengaja tidak bilang dan meminta pada orang tuaku sepatu baru karena tidak ingin menyulitkan mereka, maklumlah kalau ingin sepatu kets yang awet dan tahan kugenjot untuk mengayuh sepda dengan kecepatan tinggi hampir setiap hari kan cukup mahal. Selain itu aku juga menderita rabun jauh hingga aku terpaksa menggunakan kacamata yang cukup tebal dengan model jadul (maklum hasil obralan). Nah begitulah kira-kira tentang kisah hidupku.
Kembali ke perjalananku menuju kekampus, keringatku mulai keluar dari pori-pori kulitku seiring semakin cepatnya aku mengayuh sepedaku, untunglah udara pagi di Kota Jakarta ini cukup sejuk belum banyak polusi, angin pagi menyibakan rambutku dan membasuh peluh serta otomatis sedikit menurunkan suhu tubuhku.
Sejenak aku memperlambat gerakan kakiku untuk mengayuh sepedaku, aku menarik nafas sejenak "Hah... Hah... Kayanya sempet deh, aku ga bakalan telat" gumamku, ketika itu tiba-tiba....
TIIIIITTTTT!!!!!
Suara klakson dari sebuah mobil sport mewah buatan eropa mengklaksonku dari belakang mengagetkanku, meskipun aku sudah berada di pinggir jalan tak urung membuatku menepikan sepedaku, mobil itu berhenti dan jendelanya terbuka, "Lita!" panggil seorang pria yang kukenal tersenyum menyebalkan padaku, akupun memelototinya dengan perasaan geram.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Price Of Love
RomancePetualangan cinta seorang gadis yang tidak pernah merasakan cinta sebelumnya dengan seorang playboy yang selalu memperlakukan wanita hanya untuk kesenangannya. Ferlita Margareth Tanuwihardja (Lita) seorang gadis yang nyaris tidak pernah merasakan ke...