Fariz memelototkan matanya menatapku yang sedang kepayahan menahan sakit dan mulas di perutku "Sayang apa ini waktunya? Lho kata Dokter kan tanggal 17 besok, ini kan masih jam 1 malam sayang, lagian aku masih ngantuk, capek banget!".
Plakkk!!! Dengan sekuat tenaga aku menampar Fariz saking jengkelnya pada suamiku yang hidung belang itu "DASAR GOBLOK! EMANG KALAU MAU MELAHIRKAN HARUS LIAT-LIAT JAM DULU GITU?! TOLOLNYA KAMU! PERUT BINIMU INI UDAH KESAKITAN GINI! ANAKMU UDAH MAU BROJOL! KAMU MALAH ENAK-ENAKAN MAU TIDUR LAGI! DASAR BEGO! AYO CEPET ANTERIN GUE KE RUMAH SAKIT! BURUAN SIAPIN MOBILNYA BEGO! BEGO KOK DIPIARA?!" dampratku saking kesalnya pada suamiku ini.
"Iya! Iya! Aduh dimana lagi kunci mobilnya?" jawab Fariz dengan panic sambil mencari-cari kunci mobil di lemari pakaian kami.
"DUH DASAR TOLOL! BURUAN AKU UDAH GA TAHAN!" Makiku.
"Nah ketemu! Sorry aku kan jadi panic Beb! Udah ayo cepet!" Fariz pun menggendongku, masuk kedalam mobil, Papi dan Mamiku pun ikut mengantarkan aku ke rumah sakit.
Diantara rasa sakit dan mulasku, aku dapat melihat kepanikan di wajah suamiku yang sedang menyetir dengan mengebut menuju ke rumah sakit, ada campuran rasa haru, rasa senang tapi ada juga rasa marah melihat wajah Fariz yang panic sambil menyetir "Bego dipiara! Istri mau melahirkan malah disuruh ditunda! Coba elo yang jadi cewek! Haisshhh!!! Dasar cowok payah! Suami yang ga bisa diandelin!" omelku sambil menatap Fariz yang yang sedang menyetir dengan wajah yang panic, suamiku itu hanya diam saja tak menjawab, hanya Mama yang mengusap kepalaku "Ssttt! Jangan gitu ah sama suamimu, jangan marah-marah terus, ntar malah makin mules lho!".
Fariz P.O.V.
Akhirnya kami sampai ke rumah sakit, dengan panic aku langsung membawa istriku ke intansi gawat darurat, aku sangat panic melihat Lita yang sangat kesakitan, perasaanku bercampur aduk, ada perasaan sedih dan perasaan senang, aku merasa sedih dan khawatir melihat istriku yang terus mengerang kesakitan dengan sekujur tubuh basah bermandikan keringat, tapi aku juga merasa senang bahwa akhirnya buah hati kami akan segera hadir di muka bumi ini. Aku dan kedua mertuaku pun duduk menunggu dengan jantung berdebar.
Setelah Lita dibawa masuk kedalam ruang operasi, beberapa saat kemudian, seorang suster menghampiriku "Maaf dengan suami dan keluarga Nyonya Lita?".
"Iya betul" jawabku.
"Suaminya boleh ikut kedalam, istri anda akan segera melahirkan!".
"Segera melahirkan? Tidak menunggu... Hmm... Apa itu namanya?".
"Maksud Bapak bukaan? Ini sudah saatnya istri anda melahirkan, karena sudah bukaan ke sepuluh!".
"Apaaaa?! Baiklah Sus!" aku pun langsung mengikuti suster ke ruang operasi.
Aku segera memegang tangan istriku tercinta yang sedang mengerang menahan sakit sekaligus mendorong-dorong apa yang akan segera keluar dari perutnya, ia terus menjerit-jerit menyebut namaku "Sayang, kamu tahan ya! Kamu pasti bisa! Fighting!".
"BEGO! KAMU NGOMONG GAMPANG! KAMU MAH ENAK JADI COWOK! ENAK BIKINNYA AJA! LHA GUE YANG JADI CEWEK, UDAH PAS DIPERAWANINNYA SAKIT! DITAMBAH NGANDUNG DAN LAHIRANNYA!" teriak Lita. Aku tidak bisa menjawab kalau sudah diserang secara gender seperti ini, aku hanya bisa terus menyemangatinya sambil menggenggam tangan kanannya erat-erat!
"Ayo Bu! Tarik nafas yang dalam! Lalu hembuskan secara perlahan! Terus dorong! Itu kepalanya sudah mulai kelihatan!" ucap Dokter.
Lita pun terus ngeden dan melakukan apa yang dokter katakan, sambil sesekali menjerit "Aduh Fariz!!! Sakit!!! Sakittt!!! Sakit banget Riz! HHuuuuuu!!!", aku hanya bisa terus menyemangitinya, tangan kananku menggenggam erat tangan kanan istriku sedang tangan kiriku terus mengusap dan mengelap keringat di kening Lita.
"Ayo Bu! Sekali lagi! Tarik nafas lalu hembuskan sambil dorong sekuat tenaga!" perintah Dokter. Lita melepaskan tanganku dang anti menjambak-jambak dan mencakar-cakar wajahku! "FARRRRIIIZZZZZZ!!!!" jeritnya panjang, Soorrrrr! Eeaaa! Eeaaaa!!! Terdengarlah jerit tangisan bayi yang keluar dari dalam perut istriku.
"Beb bayi kita udah keluar Beb! Bayinya cewek!" pekikku kegirangan, tapi Lita nampaknya masih ngeden dan kesakitan.
"Belum keluar semuanya Pak! Ini ada satu lagi! Kembar!" sanggah Dokter.
"Apa?! KEMBAR?! Farizzz!!! Dasar Bajingan kamu! Kamu mau membunuhku ya?! KENAPA KASIH AKU ANAK BANYAK?!" Jerit Lita.
"Lha aku mana tahu Beb? Ini kan udah jadi takdir dari Tuhan kalau anak kita bakalan kembar!".
"AH SIAL! SOK BIJAK LO PLAYBOY BAJINGAN! ADUUUHHHH! JESUS!!!" jerit Lita sambil terus ngeden, dokter pun kembali memberikan instruksi yang sama, setelah ngeden beberapa saat sambil terus mejambak dan mencakari wajahku juga terus menjerit-jerit memaki diriku, akhirnya untuk kedua kalinya ruangan operasi ini kembali diramaikan oleh suara jerit tangis bayi kedua yang keluar dari Rahim istriku.
"Bapak dan Ibu, selamat, bayi bapak dan ibu kembar, dua-duanya berjenis kelamin wanita!" ucap dokter sambil menunjukan kedua bayi kembar yang memang dua-duanya perempuan yang digendong oleh dua orang suster.
Aku pun tersenyum puas sambil memeluk Lita istriku tercinta, aku lalu mencium kening istriku "Makasih ya Beb, telah melahirkan mereka berdua".
"Iya Kosay! Eh mana kedua putri kita? Aku pengen memeluk mereka berdua!" jawab Lita dengan nafas yang masih tidak karuan, sambil berusaha untuk menormalkan pernafasannya. Aku pun tersenyum bahagia melihat istriku yang memeluk kedua putri kami yang canti-canti tersebut, Ya Tuhan terimakasih Engkau telah memberiku dua putri sekaligus, aku benar-benar bahagia melihat kedua putriku yang cantik-cantik ini, Terimakasih pula Engkau telah mengizinkan istriku untuk melahirkan dengan selamat!
Saat itu masuklah kedua mertuaku, Mamaku, dan Tiffany yang memberi selamat pada kami dan melihat bayi kami, tapi tiba-tiba aku dan semua yang ada disini kaget teramat sangat ketika melihat seorang pria paruh baya masuk kedalam ruangan ini "Papah?!" seruku tertahan dengan tenggorokan tercekat, "Suamiku?!" seru Ibuku yang bagaikan melihat hantu dengan tenggorokan bagaikan tercekik!
jW8y
KAMU SEDANG MEMBACA
The Price Of Love
RomancePetualangan cinta seorang gadis yang tidak pernah merasakan cinta sebelumnya dengan seorang playboy yang selalu memperlakukan wanita hanya untuk kesenangannya. Ferlita Margareth Tanuwihardja (Lita) seorang gadis yang nyaris tidak pernah merasakan ke...