Part 20

4.5K 102 0
                                    



Fariz pun membawaku keliling mall di Jakarta ini, Fariz membelikan aku pakaian-pakaian yang aku inginkan, tapi aku sengaja hanya memilih kemeja, kaos dan celana jeans biasa tidak memilih baju untuk pesta sepeti dulu karena aku ingin tampil sederhana. Kini suasana kembali cair berkat kehebatan Fariz yang selalu berhasil menarik hatiku seperti yang selama ini ia lakukan, perlahan rasa dongkol dihatiku mulai tenggelam berganti rasa senang karena bagaimanapun sudah cukup lama kami tidak jalan bareng seperti ini, aku sangat merindukan momen-momen bersama seperti ini.

Setelah cukup lelah berjalan sambil shoping di mall ini, Fariz mengajakku untuk makan siang disebuah cafe yang ada di mall itu. Tapi mendadak suasana hatiku jelek lagi melihat Fariz duduk dan tersenyum padaku, "Sayang aku kangen banget sama kamu" ucap Fariz.

"Gitu? Baguslah kalo begitu!" jawabku ketus.

"Kamu masih marah soal kemarin?".

"Enggak tuh!".

"Kalo begitu aku boleh nanya satu hal ke kamu ga Beb?".

"Tanya aja! Ga usah basa-basi gitu!".

"Beb kok akhir-akhir ini kamu bersikap agak aneh padaku? Tadi waktu aku jempput kamu galak banget ke aku, marah-marah ga jelas gitu, terus tadi di jalan dan pas belanja baju kamu kembali tersenyum, sekarang kok cemberut lagi, ada apa sebenarnya?".

"Idih! Suka-suka gue dong mau cemberut atau mau ketawa, mau marah atau mau nangis!".

"Itu bener Beb, tapi aku ini cowokmu, aku sayang banget sama kamu, aku ingin tahu kalau ada yang ga berkenan dihatimu".

"Suka-suka gue lah!".

Obrolan kami terhenti ketika seorang pelayan menghampri kami, "Sudah siap untuk pesan?" tanyanya ramah.

"Kamu dulu deh Beb" ucap Fariz.

"Hmm... Aku pingin susu murni hangat tanpa gula!" jawabku tanpa melihat buku menu.

"Susu murni hangat? Ada ga Mas?" tanya Fariz pada pelayan.

"Ada Pak, lalu makannya?".

"Beb kamu mau makan apa?" .

"Aku ga mau makan, aku mau minum susu murni hangat tanpa gula itu saja!".

"Yakin? Bukannya tadi kamu bilang lapar?".

"KAMU BUDEG YA? AKU BILANG ENGGAK YA ENGGAK!" bentakku yang aku juga tidak mengerti mengapa emosiku tiba-tiba melonjak pada Fariz.

"Oke, oke, kalau gitu aku juga ga jadi makan, aku mau minum aja, Mas saya pesan Caffe Latte panas satu ya".

Pelayan itupun mencatat pesanan kami lalu pergi, setelah pelayan itu pergi Fariz kembali bertanya padaku "Beb, kamu kenapa sih? Aneh banget tahu ga, ngebentak aku sekeras itu di tempat umum kaya gini, apa aku punya salah lagi?".

"Gue ga kenapa-napa kok, gue cumin ga suka dipaksa lo!" jawabku ketus.

"Ya sudah aku minta maaf ya kalau keadaanmu sekarang lagi serba ga enak" ucap Fariz dengan lembut yang mengira aku sedang PMS.

Aku tersentuh juga mendengar ucapannya dan tatapan matanya yang lembut "Maafin aku Riz, aku juga ga ngerti kenapa aku jadi sensitive banget, emosiku jadi labil banget, susah buat aku control" gumamku dalam hati.

Tak lama kemudian pesanan kami pun datang, Fariz mulai menyesap caffe lattenya, sedangkan entah kenapa aku tidak bernafsu untuk meminum susu murni hangat pesananku "Beb kok susunya ga diminum?".

"Jadi males, sekarang ga pengen minum".

"Lha? kok gitu? Ayolah minum sedikit saja ya".

"Aku bilang enggak ya enggak! Sekarang aku pingin makan yang asem-asem! Aku pingin makan asem-asem Iga!" bentakku.

The Price Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang