Part 27

4.2K 118 4
                                    



Author P.O.V.

Fariz nampak sedang duduk termenung seorang diri di café itu, sesekali tangannya mengaduk-ngaduk kopi dalam cangkir dihadapannya itu, lalu ia menyeruput kopi panas itu, ia lalu mendesah, matanya menerawang jauh keluar dari kaca jendela café itu.

"Lita... Lita... Kenapa aku tidak bisa melupakan dia? Kenapa aku tidak bisa bersikap seperti pada gadis lainnya untuk Lita? Biasanya aku bisa meninggalkan seorang gadis tanpa memikirkannya, tapi kenapa sekarang aku tidak bisa? Kenapa Lita terus bermain dalam pikiranku?".

Fariz lalu mengingat-ngingat sikap Lita padanya akhir-akhir ini "Kenapa belakangan ini aku sering melihat Lita mengelus dan memegangi perutnya? Hmm... akhir-akhir ini juga dia sering marah-marah padaku, sering besikap menyebalkan, sering minta makanan yang asam, dan sering mengeluh badanku bau... Ada apa sebenarnya dengan dia?" tanyanya dalam hati.

Sedang melamun seperti itu datanglah seorang wanita berambut coklat panjang mengenakan tanktop super ketat yang kependekan berwarna putih dan hot pants jeans belel menghampiri Fariz "Hai udah lama?" sapanya.

"Rani Kamu telat! Aku udah setengah jam disini!" sahut Fariz.

"Sory deh sory hahaha" tawa Rani, dia lalu memesan segelas es caffe latte dan menyalakan rokoknya.

"Sebenernya kamu mau apa ngajak ketemuan disini? Si Julius tahu gak kamu nemuin aku? Aku gak mau berurusan sama bodyguardnya!" tanya Fariz.

Rani menyesap rokoknya terlebih dahulu sebelum menjawab "Tenang aja, si Julius tahu kok aku nemuin kamu disini".

"Terus kamu mau ngobrolin apa?".

Rani tersenyum aneh sambil menatap tajam mata Fariz "Riz lu masih inget kejadian waktu kita kemping pas ospek dulu? Lu pas gue ajakin lu nolak, gue terus paksa lo sampe lu mau, terus lu ngaku kalau waktu itu takut banget gituan".

Fariz mengangkat alisnya karena merasa heran kenapa tiba-tiba Rani membicarakan hal tersebut "Apa maksud lu ngungkit hal itu?".

"Ga ada maksud apa-apa, cuma kalo diinget lagi lucu banget pas lu gue paksa buat gituan sampe akhirnya lu nyerah dan mau gituan sama gue, tapi yang paling lucu tuh pas kita gituan lu masih polos banget ga tahu apa-apa dang a ngerti harus ngapain, sampe akhirnya gue yang ajarin lo buat gituan!".

Fariz terdiam karena tidak faham mengapa Rani membicarakan perihal pertama kalinya Fariz ML dengan seorang wanita, memang Rani lah wanita pertama yang mengajaknya untuk ML dan mengajari semuanya tentang ML, hingga akhirnya menjadi ahli dalam hal ML lalu mereka pun putus.

Rani menyeringai, lalu menghisap rokoknya dan meniupkan asapnya pada Fariz hingga pria dihadapannya itu terbatuk kecil "Gue emang yang ngajarin Lo tentang ML, tapi gue gak pernah ngajarin lo jadi playboy kaya sekarang!".

"Ran lo lagi ngelindur ya? Gue gak ngerti kenapa lo ngomongin soal ini!" protes Fariz.

"Riz, lu masih inget sama si Grace?".

"Grace..." ucap Fariz perlahan, angannya melayang membayangkan sosok seorang gadis yang ia sukai sewaktu SMA dulu.

"Tuh kan lo langsung ngelamun... Gue tahu sampe sekarang lu masih kepikiran soal Grace, temen kita waktu SMA dulu yang elo taksir itu" ucap Rani, Fariz dan Rani memang teman satu kelas sewaktu SMA dan kebetulan mereka kuliah di kampus yang sama.

"Lita yang dulu mirip Grace kan?" lanjut Rani.

Fariz menutup matanya, bayangan seorang gadis berambut panjang, berkaca mata, dan berbehel yang penampilannya sangat kutu buku hadir di pelupuk matanya.

The Price Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang