Hallo para readers, Author senang banget karena yg baca cerbung ini sudah tembus 600 lebih! Yah walaupun banyak banget silent readers yang enggak ngasih vote & komen, tapi Author udah seneng banget dan ini nambah semangat author buat nulis terus nyelesein cerbung ini yg kayanya masih agak lumayan panjang... Voting & komennya masih tetep ditunggu author dan makasih banget buat yg udah ngasih voting dan komen di cerbung "The Price Of Love" ini, thanks juga buat para silent readers walaupun author harap kalian bisa ngasih voting atau komen buat masukan, saran, atau kritiknya ya :)
Oya maaf yg part ini agak pendek, maklum authornya mau malmingan dulu hihihi... Nanti part2 selanjutnya kembali normal deh :)
Perlahan kubuka mataku, pandangan mataku yang redup perlahan menjelas, aku melihat ruangan serba putih, dengan kepalaku yang masih terasa pusing aku membalikan kepalaku, disebelahku duduk seorang wanita cantik yang masih mengenakan gaun berwarna biru donker, dia tersenyum ketika melihatku bangun.
"Lita kamu sudah bangun?" tanyanya.
"Ci Rani? Dimana aku?".
"Di rumah sakit, tadi kamu pingsan pas mau kabur dari pesta pertunangan Fariz dan Tiffany, jadi aku sama Julius bawa kamu kesini" terang Rani.
"Maaf ya Ci, aku jadi ngerepotin Cici sama Ko Julius".
"Udah ga apa-apa kok, oya tadi aku juga udah menghubungi orang tuamu, mereka sedang dalam perjalanan kemari".
Baru saja Ci Rani menutup mulutnya, masuklah Papih dan Mamiku disertai dengan Julius "Lita kamu kenapa Nak?" tanya Papiku.
"Aku juga belum tahu Pih, tadi Lita tiba-tiba pingsan, ga tahu kenapa".
"Akhir-akhir ini kamu sering banget pingsan karena kecapean, kamu ini kenapa Nak? Terus terang firasat Mami gak enak banget akhir-akhir ini" ucap Mamiku.
Aku langsung merasa khawatir dengan ucapan firasat Mamiku itu, aku takut sekali akan ketahuan kalau aku sedang hamil, dan benar saja, pada saat itu masuklah dokter yang memeriksaku.
"Dokter bagaimana keadaan anak saya?" tanya Papihku dengan khawatir.
"Anak Bapak Ibu tidak apa-apa, dia hanya kecapean dan tekanan darahnya tinggi sekali, mungkin karena stress, Itu hal yang wajar bagi seorang yang sedang hamil... sebaiknya dia banyak beristirahat dan jangan terlalu banyak pikiran" jawab Dokter.
"HAMIL?! APA MAKSUD DOKTER?".
"Iya itu hal yang wajar bagi seorang Ibu hamil, menjadi mudah capek, stress berlebih, hingga menyebabkan tekanan darah naik, apalagi kalau usia kandungan putri Bapak Ibu sudah enam bulan keatas nanti".
"Tidak maksud saya apakah dokter tidak salah diagnosa? APAKAH ANAK SAYA HAMIL?!".
"Lho Bapak tidak mengetahuinya? Usia kandungan putri Ibu sudah 4 bulan! Sebentar lagi perutnya akan mulai membesar!".
"APA?!" seru Papih dan Mamiku berbarengan, sementara Ci Rani dan Julius hanya melotot memandangiku.
"Bapak dan Ibu, maaf saya tidak tahu apa ada masalah dengan kehamilan putri Bapak Ibu, tapi sebaiknya Bapk dan Ibu memberi tahu suaminya agar tidak menjadi beban bagi putri Bapak Ibu... Maaf, saya permisi dulu" Dokter itupun lalu meninggalkan kami.
"Kamu..." Papih memelototiku dengan nafas tersenggal-senggal, tangannya mengepal seperti ingin memukul sesuatu, aku takut sekali melihatnya, seumur-umur aku belum pernah melihat Papih seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Price Of Love
RomancePetualangan cinta seorang gadis yang tidak pernah merasakan cinta sebelumnya dengan seorang playboy yang selalu memperlakukan wanita hanya untuk kesenangannya. Ferlita Margareth Tanuwihardja (Lita) seorang gadis yang nyaris tidak pernah merasakan ke...