Part 11

9.1K 207 4
                                        



Sesampainya di rumah sakit aku langsung menuju ke ruangan tempat Papiku dirawat, Fariz mengikutiku "Mih, gimana keadaan Papi?" tanyaku dengan penuh rasa gelisah.

"Papimu harus segera dioperasi By Pass Nak".

"Apa?! Tapi kenapa tiba-tiba Mih?".

"Namanya juga serangan jantung Nak, Papimu memang sudah lama menderita sakit jantung, sekarang sedang kumat".

"Berapa biayanya?".

"Kita harus tunggu dokter yang meriksa Papimu.".

Tak lama kemudian dokter yang memeriksa Papiku datang, dengan perasaan gelisah yang teramat sangat akupun bertanya pada dokter itu "Dok, gimana keadaan ayah saya".

"Kondisi Ayah Nona kritis dan harus segera dioperasi malam ini juga!".

"Apa lalu bagaimana dengan biayanya?".

Dokter menyebutkan sejumlah biaya yang membuat aku dan Mami kaget, kami sedang tidak memegang uang sebanyak itu!

"Mami gimana ini?".

"Celaka Mami tidak memegang uang sejumlah itu, Jumlah itu sama dengan jumlah tabungan kita yang kita kumpulkan selama membuka kedai Bakmi kita, itu tabungan untuk biaya kehidupan kita sehari-hari dan untuk biaya kuliahmu, tapi cuma Papimu yang tahu nomer rekeningnya, dan kita tidak bisa mengambilnya tanpa tanda tangan Papimu".

"Terus gimana dong?!" tanyaku dengan panik.

"Mami tidak tau Nak, Mami tidak tau!" jawab Mami sambil menangis.

Fariz terdiam tidak mengeluarkan sepatah katapun, dia lalu memelukku, akupun menangis dalam pelukannya, menyandarkan kepalaku pada bahunya, sungguh nyaman terasa, pelukannya membuatku merasa aman, hatiku terasa hangat, cukup untuk sedikit mengurangi beban didadaku. Inikah rasanya bersandar kepada seorang pria?

Ketika dokter itu melangkah meninggalkan kami, Fariz melepaskan pelukanku, dia lalu berlalu menuju kearah dokter itu berlalu.

Sekitar sat jam kemudian Fariz kembali menghampiriku, aku tidak berkata apa-apa hanya menangis meratapi nasib kami, aku dan Mami bingung harus berbuat apa, aku merasa seolah Takdir selalu tidak memihak pada kami. Fariz pun duduk disebelahku dan mendekap erat tubuhku "Sabar Lita" ucapnya membesarkan hatiku.

"Tapi gimana ini Riz? Kami ga bisa bayar biaya operasinya!" sahutku sambil terisak.

"Tenang, Tuhan pasti akan memberi kita jalan".

Saat itu dokter yang tadi menangani Papi menghampiri kami, "Nyonya kami akan segera mengoperasi suami Nyonya" ujarnya pada Mamiku.

"Apa? tapi bagaimana dengan biayanya dok?".

"Nyonya tenang saja, masalah biaya sudah beres, ada sponsor yang akan membiayai operasi ini".

Mami dan aku keheranan mendapati tiba-tiba ada sponsor yang hendak membiayai operasi Papi, tapi setelah kuingat tadi Fariz sempat menghilang selama satu jam, tidak bisa tidak pasti Fariz yang turut campur untuk membiayai operasi ini.

"Riz kamu kan membiayai operasi ini?".

Fariz hanya terdiam menatapku dengan wajah datar "Jawab Riz!". Mami segera ikut membuka suara "Benarkah itu Nak Fariz?".

The Price Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang