Part 32

6.7K 126 11
                                    

Malam harinya, setelah tadi siang kami menikah, Mami memanggilku "Lita sini sebentar Nak!".

"Iya Mih ada apa?" aku menghampiri Mami yang sedang berada di kamar mandi belakang mencuci pakaian.

"Lita sebenernya Mami penasaran banget, selama ini Mami belum pernah nyuci celana dalam atau boxernya Fariz, apa kamu pernah nyuci?" tanya Mami penasaran.

Aku pun mengingat-ngingat, aku memang belum pernah mencuci celana dalam atau boxer Fariz selama ia tinggal disini "Eh LIta juga belum Mih, ga tahu kalau dia nyuci sendiri karena malu CDnya dicuciin".

Mami mengangguk-ngangguk "Ya udah sana temenin suamimu, Mami cuma penasaran aja... Oya kalau mau main jangan terlalu kasar ya, kasihan bayimu, perutmu juga udah besar" ucapnya sambil tersenyum.

Aku pun tersipu "Ah Mami bisa aja", aku lalu kembali ke kamarku.

"Ada apa Beb?" tanya Fariz setelah aku masuk kekamar.

"Enggak ada apa-apa kok, tadi Mami cuma nanya dia belum pernah liat atau nyuci celana dalem kamu... eh aku juga belum pernah liat Kosay nyuci atau ngejemur celana dalem atau boxer deh" jawabku.

Fariz tersenyum mesum padaku "Ya aku mau nyuci celana dalem atau boxer gimana? Toh aku memang ga pernah pake cd atau boxer selama tinggal disini!".

Aku terkejut mendengarnya "Apa?! Ih dasar mesum! Jorok!".

Fariz memperlihatkan tonjolan didalam celana pendeknya "Tuh liat Beb, nonjol gini, gara-gara kamu bahas soal aku ga pake cd jadi bangun deh!" godanya mesum.

Aku langsung menggenggam dan meremas-remas tonjolan yang sudah memanjang dan mengeras dicelananya itu dengan keras dan gemas hingga Fariz meringis kesakitan "Hei pelan-pelan Beb! Sakit tahu! Lagi konak gini kamu remas keras-keras gitu!".

"Biarin! Lagian kamu ga malu kalau lagi keluar atau lagi bantu di kedai dedemu ini tiba-tiba bangun? Kamu ga takut kejepit risleting celanamu?!".

"Adududuhh... enggaklah! Ujiannya kan disitu! Aduh Sakit Beb! Stop!" Fariz meringis ketika aku semakin mengeraskan meremas tonjolannya.

Aku lalu melepaskan remasanku, lalu berbaring membuang muka darinya, Fariz menepuk pundakku "Beb kamu marah aku ga pake cd? Kalo kamu ga suka besok aku beli boxer deh, dan bakalan pake boxer" bisik Fariz.

Aku lalu membalik dan menatap wajahnya sambil cemberut "enggak! Justru aku mau kamu ga pake cd! Kamu ga boleh cd!" pekikku sambil tersenyum mesum.

"Kamu suka ya aku ga pake cd?" mesum Fariz.

"Iya suka, jadi aku bebas ngeremes-remes burung Kosay kaya gini!" aku tertawa sambil meremas-remas burungnya Fariz sekuat tenaga sampai dia mengaduh-aduhan dan meringis kesakitan.

Fariz lalu mencium keningku dan membellai kepalaku "Beb kamu mau malam pertama ga?" tanyanya.

"Ogah!" jawabku sambil cemberut dan membuang muka, aku jual mahal.

"Beb please, sekarang kita kan udah nikah, jadi bebas mau ngapain juga, ini malam pertama kita! please aku udah konak nih" rengek Fariz.

"Ogah! Aku capek!" aku makin jual mahal.

Fariz lalu turun dari tempat tidur, dia berlutut sambil memegang kakiku "Beb please... Selama tidur sekamar denganmu aku stress nahan konak dan nafsuku, sekarang Konakku udah pool masa harus ga jadi juga? Beb nahan konak tuh sakit banget tau..." rengeknya.

"Enggak Kosay! Aku capek! Anak kita juga harus istirahat!" tolakku sambil duduk di tempat tidur yang ingin melihat apa yang akan dia lakukan selanjutnya untuk merayuku.

The Price Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang