Pagi harinya seperti janjinya Fariz mengantarkanku pulang, aku memintanya menurunkanku di jalan depan tidak didepan rumahku sebab aku tidak mau ada pertanyaan macam-macam dari kedua orang tuaku. Untunglah hari ini hari sabtu, kuliah pun libur hingga aku bisa beristirahat setelah semalam keperawananku dirampok oleh Fariz.
Sambil menahan sakit diselangkanganku, aku berjalan langsung masuk kekamarku setelah memberi salam pada Papi dan Mamiku. Didalam kamar tangisku pecah, butir-butir air mata kini menganak sungai membasahi pipiku, aku menangis, menangis dan menangis mengingat kejadian semalam. Tadi dijalan Fariz berulang kali membesarkan hatiku agar aku pasrah dan tidak terlalu memikirkan hilangnya keperawananku, tapi aku tidak bisa! Penyesalan memang datangnya belakangan.
Selain menyesal, aku juga merasa sangat takut jika Fariz akan meningalkanku. Aku takut Fariz akan berubah dan melanggar janjinya padaku yang menyebutkan ia akan selalu berada disisiku, aku khawatir dia hanya mengincar keperawananku saja, bagaimanapun juga aku sangat sulit untuk mempercayai Fariz karena ia seorang playboy sejati, aku yakin ia sering mengucapkan janji manis seperti ini kepada setiap gadis yang ia tiduri, celakanya aku seolah terhipnotis, percaya begitu saja pada rayuan gombalnya! Oh Tuhan, aku sungguh sangat menyesal telah mempercayai rayuan gombalnya itu.
Papi dan Mamiku tanggap pada perubahan yang terjadi pada diriku, mereka menanyakan ada apa dan apa yang terjadi padaku, tapi tentu saja aku berbohong, aku bilang cuma kecapean dan cukup stress dengan tugas-tugas kuliahku, untunglah mereka percaya.
Esok lusanya, aku berangkat kekampus dengan persaan gelisah dan gundah gulana, yang aku pikirkan hanya soal Fariz dan apa yang telah ia lakukan kepadaku, aku terus memikirkan semua tentang Fariz sejak sabtu kemarin. Selama dirumah aku terus memikirkan dirinya, sampai-sampai aku ngestlak semua media social yang ia punya, ya aku kangen berat padanya, aku ingin bertemu dengannya, tapi aku tak berani memulainya, aku terus gelisah menatap layar HPku menunggu ia menghubungiku, tapi ia tak kunjung menghubungiku... Oh Tuhan, apakah aku telah jatuh cinta pada pria bejat yang telah merampas kesucianku?
Sesampainya di kampus aku menggembok sepedaku, ada rasa kecewa karena dijalan aku tidak bertemu dengan Fariz, seandainya tadi bertemu, aku tidak akan menolak lagi jika ia mengajakku bareng kekampus. Aku terus melangkah gontai dengan isi kepala hanya memikirkan Fariz, apakah ia benar telah memutuskan hubungannya dengan Mega? Aku sangat berharap ia benar telah memutuskan Mega!
Tiba-tiba seseorang menarik kerah baju belakangku "Hello cewek kampung gimana kabarmu?" Tanya cewek angkuh yang tak lain adalah Mega.
"Eh buset! Ga liat! Setelah kemarin kita ceburin mukanya ke kloset sekarang dia berani dandan! Pake make up lagi!" tunjuk Mutia. Hari itu aku memang agak dandan dan memakai makeup minimalis, entah kenapa aku terdorong untuk berani berdandan setelah terus kepikiran Fariz.
Mega memelototiku "eh iya bener! Hey Lo dandan mau godain Fariz lagi ya? Berani bener lo ngelanggar pantangan gue!". Godain? Berarti Fariz belum memutuskan Mega! Pikirku, brengsek emang dasar ular tuh playboy!
"Hey! Ditanya diem aja lo?! Apa lo budge juga?" bentak Mega, aku terdiam, aku berusaha sekuat tenaga agar air mataku tidak meleleh, bukan karena takut pada Mega, tapi karena kecewa pada Fariz!
"Sayang! Disini kamu rupanya?" seorang pria tinggi tegap berkulit putih menghampiri kami, dia tak lain adalah Fariz, Fariz langsung memeluk Mega hingga Megapun melepaskanku, Fariz melirikku sambil tersenyum sinis "Ada apa sayang?" tanyanya pada Mega, hatiku benar-benar sakit mendengarnya.
"Ini si cewek kampung yang miskin ini berani-beraninya dandan kekampus, padahal udah aku larang! Kayanya dia mau ngegoda kamu lagi deh" jawab Mega, "Apa ngegoda aku? Ahahaha...." Fariz tertawa lebar "Biarin aja sayang, ga mungkin aku tergoda sama cewek kampung murahan gini!", dadaku benar-benar sesak mendengarnya, mataku melotot menatapnya dengan tajam "Udah biarin aja sayang" lanjut Fariz yang kemudian mencium bibir Mega dengan mesranya, kemudian mereka meninggalkanku.
Dadaku benar-benar sesak, dua butiran bening akhirnya jatuh dari sela-sela mataku, inilah yang kutakutkan, aku bagaikan habis manis sepah dibuang! Setelah dia merenggut kesucianku, setelah ia membuatku gila 2 hari kemarin, ternyata dia tidak ada perasaan sedikitpun padaku, dia hanya mengincar tubuh dan keperawananku saja! Sekarang aku sadar, aku tidak berarti bagi Fariz, aku bukan siapa-siapa bagi Fariz!
Aku benar-benar tak kuasa menahan kesedihanku, menahan deburan kekecawaan didadaku, nafasku semakin sesak seiring isak tangisku, air mataku terus membanjir, akupun berlari kedalam toilet perempuan. Disana aku menangis sepuasnya, sampai aku mendengar suara seorang wanita dan seorang pria "Sudah kamu kunci pintunya?" Tanya si wanita, "Sudah dong, kau ga sabaran amat si? Kangen berat ya ama dedeku hehehe" jawab si pria, "Iihhh... PD banget si lo?" sahut si perempuan dengan manja.
Aku kenal betul suara itu, mereka tak lain Mega dan fariz, mau apa lagi mereka? Tanyaku dalam hati, mereka lalu masuk ke bilik sebelahku, dengan jantung berdebar aku terus menungu apa yang mereka lakukan.
Aku mendengar Mega melengguh dan mendesah-desah, aku beranikan diri mengintip lewat celah antara bilikku dengan bilik sebelah, "Ougghhhh Riz gue ga tahan oohhhh!" racau Mega ketika Fariz menciuminya dengan hebat, perlahan Fariz membuka kemeja Mega dan celananya, lalu membuka Bra Mega, langsung ia menjilat dan menciumi payudara Mega yang tidak seberapa besar bila dibandingkan dengan punyaku itu.
Mega lalu membuka risleting celana Fariz, burung Fariz langsung keluar tegak berdiri, ternyata Fariz tidak menggunakan cd hari ini, Megapun langsung melahap burung Fariz. Sungguh pemandangan yang sangat menyakiktkan buatku, aku menghentikan kegiatan mengintipku, aku berusaha menahan isak tangisku agar tidak terdengar oleh mereka, hatiku sangat perih, bagaikan diiris-iris!
Aku terus mendengar desahan mereka berdua sampai aku mendengar suara HP bordering, terdengar Fariz mengangkat HPnya, berbicara sebentar lalu "Ga, kita harus udahan dulu, Aku harus jemput Mamiku ke bandara" ucap Fariz, "Yah gimana si? Kita kan baru aja mulai" protes Mega, "Kita lanjutin aja lain kali ya" sahut Fariz, merekapun mengenekan pakaiannya kembali dan keluar dari Toilet, aku menarik nafas lega, akhirnya aku juga bisa keluar dari toilet itu, aku langsung berlari ke tempat parkir, mengambil sepedaku dan pergi meninggalkan kampus, ya aku memutuskan untuk membolos hari ini, karena terlalu berat beban yang aku pikul saat ini!
KAMU SEDANG MEMBACA
The Price Of Love
RomancePetualangan cinta seorang gadis yang tidak pernah merasakan cinta sebelumnya dengan seorang playboy yang selalu memperlakukan wanita hanya untuk kesenangannya. Ferlita Margareth Tanuwihardja (Lita) seorang gadis yang nyaris tidak pernah merasakan ke...