"Jadi ini rumah yang dimaksud paman?"
Kataku sambil menatap sebuah rumah megah di sudut jalan, yang tak berpenghuni, namun seperti masih dirawat.Dua hari yang lalu, pamanku, Ron Ainsworth, memintaku menolongnya membereskan sebuah kasus. Dan itu mengenai rumah yang sedang aku kunjungi. Rumah tersebut awalnya dilelang dan kemudian dibeli oleh seorang milioner. Namun ternyata, di rumah itu ada kejadian aneh, salah satunya adalah bunyi suara piano. Aku mendengar cerita dari warga setempat yang mengatakan kalau rumah itu dulunya milik keluarga bangsawan yang dibunuh bersamaan. Tapi ada juga yang mengatakan, kalau rumah itu milik sepasang kekasih yang baru saja menikah, dan kemudian meninggal karena sakit. Kedua rumor itu beredar, namun sampai sekarang, tidak ada yang tahu kepastian mengenai rumor tersebut. Satu-satunya cara agar dapat membuktikan kebenaran dibalik rumah itu hanya satu. Kebetulan si milioner ini, ingin tahu bagaimana sejarah rumah itu sebenarnya. Jadi, intinya, paman ingin aku untuk menginvestigasi rumah itu.
"Wah, rumahnya gede juga..." kataku seraya membuka pintu depan rumah.
"Kenapa rumah ini bersih sekali, padahal sudah terbengkalai?"(Mainkan video ini)
Suara piano yang mengalun dengan indahnya, mengiringku ke sebuah ruangan yang berada di sudut lorong. Ruangan yang hanya berisi satu buah rak buku besar dan juga sebuah...piano. Piano putih yang mulus tak ternodai, menghiasi tengah ruangan dengan disinari sinar rembulan. Pemandangan yang sangat menawan.
"Mawar?"
Mataku tertuju pada sebuah bunga yang diletakkan tidak sengaja di atas piano. Juga terdapat kertas bertuliskan, "I'll always be with you". Tanpa sadar, sejak awal aku memasuki ruangan tersebut, suara piano tetap mengalun lembut. Dengan hati-hati, aku berjalan ke arah tuts piano dan menatapnya. Tuts piano itu..."Gak gerak?"
Tanpa seseorang menekan, suara piano mengalun.
"Padahal gak ada yang main,"Walaupun kelihatan menyeramkan, aku tidak takut karena aku sudah terbiasa dengan hal ini. Melihat kejadian yang seperti dikatakan warga, akhirnya aku pulang dengan sebuah kesimpulan.
"Ada seseorang di rumah itu,"
Beranjak keluar dari halaman rumah, seseorang memanggilku dari belakang.
"Rika!"
"Hah?"
"Kau ngapain disini?" Tanya Uriel.
"Aku pikir siapa, ternyata kau, cuma lihat-lihat doang,"
"Gak mungkin cuma lihat-lihat, lagipula yang lebih aneh lagi itu kau,"
"Hm? Kenapa aku aneh? Kita juga baru ketemu kan?"
"Kau keluar dari rumah ini dengan perasaan tenang, dan juga... gak mungkin kau gak tau mengenai rumah ini,"
"Aku tahu kok, aku tenang karna aku sudah terbiasa."Aku tak mengira kalau bakal bertemu dengan Uriel. Ternyata dia tinggal di daerah situ. Aku tak ingin Uriel tahu untuk apa aku di rumah itu, jadi aku memilih diam jika dia bertanya.
Keesokkan harinya
Aku kembali menelusuri sejarah rumah itu melalui buku. Siang hari aku mengunjungi perpustakaan daerah. Aku mencari banyak buku yang mengenai sejarah sebelum rumah itu dibangun. Beberapa buku mengatakan kalau dulu rumah tersebut digunakan sebagai tempat konferensi maupun tempat rapat para bangsawan. Pemilik rumah bernama, Nathan Quincy. Beliau adalah seorang pianis profesional yang menyembunyikan diri di rumahnya.
Artikel-artikel tersebut membuatku makin penasaran. Pada malam harinya, aku kembali ke rumah itu, menuju ke kamar dengan piano tersebut."Kok gak ada bunyi?"
Aku sama sekali tidak mendengar adanya suara bunyi-bunyian piano. Dan sekali lagi, aku melihat setangkai bunga mawar dengan surat dibawahnya, namun kali ini, terdapat lilin didekatnya."Lilin herbal?"
Aku mencium lilin itu berulang kali. Baunya harum namun terasa seperti harum yang menyesakkan.
Plak!!!
Tiba-tiba seseorang menepukku dari belakang.
"Kau sedang apa disini?"
"Apa? Uriel? Harusnya itu pertanyaanku!"
"Aku sudah bilang tempat ini berbahaya,"
"Tempat ini gak berbahaya! Lagian kenapa kau bisa tahu kalo aku disini?"
"H-hanya firasat saja,"
"Bohong!"
"Oke aku bohong, aku lihat kau di perpustakaan siang tadi, dan aku lihat buku yang kau baca, sebenarnya ini hanya tebakanku saja kalo kau berada di rumah ini, dan aku gak ngira firasatku benar," jelas Uriel.
"Yang benar yan--"Seketika lampu ruang mati, kemudian sebuah lilin menyala. Ya, itu adalah lilin yang aku lihat tadi. Bau lilin aromaterapi menyelimuti seluruh ruangan. Aku dan Uriel dihadapkan dengan sebuah meja bundar yang diatasnya terdapat sekuntum mawar, lilin, dan juga... cincin.
Kemudian muncul sosok bayangan putih yang perlahan menyerupai anak laki-laki. Perlahan ia mendekati kami dan bertanya kepada kami.
"Apa yang ingin kalian katakan?,"
"Apa?"
"Tunggu Uriel, biar aku yang urus," bisikku pada Uriel.
"Aku kesini ingin memintamu pindah dari tempat ini," tukasku.
"Segitu inginkah kalian agar aku pergi dari tempat ini? Ini rumahku." Jawabnya dengan tenang.
"Aku tahu, tapi sadarlah, bahwa kau sudah tiada,"
"Kau tak perlu mengingatkanku,"
kata sosok itu.Aku terkejut ketika bertemu dengan hantu ini, responnya sangat tenang. Karakter yang sangat berbeda dari yang biasanya aku temui. Ketika aku memintanya untuk pergi dari rumah itu, ia tidak marah maupun tidak ramah. Dia hanya bermuka datar ketika menanggapi permintaanku.
"Ada satu syarat jika kalian ingin aku pergi," kata hantu itu.
"Kau harus mengikuti cerita yang kubuat, kalian pahami dan resapi, kalau kau bisa, aku akan mengabulkan permintaanmu," lanjutnya.
"Baiklah, akan aku coba,"
"Aku akan menuntun kalian dengan sebuah lagu," tambah hantu itu.Ia lalu terbang mengarah ke piano dan duduk disana. Kemudian ia memainkan pianonya dengan lemah gemulai.
"Ternyata dia yang selama ini bermain piano?" Pikirku.
Tak lama terdengar bunyi piano ditambah bunyi cello, meluruskan nada.
(Mainkan video ini)
To be continued...
KAMU SEDANG MEMBACA
The Beauty Archangel
Fantasy"Beautiful...but...dangerous, that's me. Aku tidak terlalu suka dengan keadaan disekitarku, mungkin karena aku sudah tahu semuanya, seperti sudah melihat masa depan" Bercerita tentang seorang siswi SMA yang selalu hidup menyendiri. Namun dalam kesen...