"Kuharap hari ini aku gak sekelompok sama cowok brengsek itu,"
"Cowok brengsek?"Uriel tiba-tiba berdiri di belakangku sambil mendengarkan ocehanku. Sambil menaruhkan tangannya dipundakku, ia mulai mengeluarkan candaannya. Sekaligus mencubit pipiku.
"Segitunya kah kau membenciku?"
"Tentu saja,"
"Kenapa? Apa aku ada salah? Kita bahkan jarang bicara, apalagi ketemu,"
"N-nggak banyak sih,"
"Fufu... kau kelihatan gak bisa bohong,"
"Gak niat,"Saat kami sedang bercandaan, wakil ketua OSIS datang dan memanggil Uriel. Setelah Uriel pergi, Carl mengajakku berbicara untuk pertama kalinya.
"Maaf ya, Urielnya aku pinjam sebentar,"
"Eh? Gak papa kok, dia juga bukan siapa-siapaku,"
"Benarkah? Tapi kalian dekat sekali, aku pikir kalian pacaran,""Pacaran?! Itukah yang dilihat orang selama ini?!" Pikirku.
"Oh bukan kok, hehe, hanya sebatas teman,"
"Begitu yaa, padahal kalian serasi. Oh iya, kita belum kenalan, namaku Carl Hudson, salam kenal ya!"
"Rika Ainsworth, salam kenal juga,"
"Kalo gitu aku permisi dulu ya, Uriel manggil 'tuh,"
"Eh iya, silahkan,"Dari analisis yang kudapat, gaya bahasanya kelihatan kalau dia dari keluarga yang berkelas. Lalu, dia anak yang sangat sopan, taat peraturan, dan bertanggung jawab. Sosok yang masuk kategori gentleman kalau menurutku. Hanya saja, aku penasaran dengan kisah cintanya. Dikatakan kalau dulu ia jatuh cinta pada seseorang. Namun cintanya dikhianati. Well, cintanya memang cinta terlarang, antara murid dan guru. Pada akhirnya si guru menikah di usia muda yaitu 25 tahun.
Setelah mendengar kabar bahwa gurunya telah menikah, Carl putus asa dan hampir bunuh diri. Sampai sekarang, tidak ada yang tahu apakah traumanya terhadap cinta sudah pulih atau tidak. Masalahnya, cintanya yang dikhianati adalah cintanya yang pertama dan paling istimewa. Pasti akan susah untuk menghilangkannya. Solusi yang dipakai dalam kasus Carl adalah....
Membuatnya jatuh cinta lagi dengan orang yang berbeda dan tulus mencintainya."Tapi siapa?" Pikirku.
Susah untuk mencari perempuan yang cocok dengan kriteria Carl. Kalau sampai salah dalam memilih, aku bisa dicurigai.
Setelah beberapa jam menunggu pengumuman dari sekolah, akhirnya guru angkat bicara. Kami akan dikelompokkan menjadi beberapa grup. Grup itu akan sampai hari kelima. Satu kelompok terdiri dari dua murid dari SMA Brightston dan dua murid dari SMA Ludwig. Entah hari ini keberuntunganku atau malah kesialan, aku dikelompokkan dengan Uriel dan Carl. Apalagi Yuna juga ikut kelompokku. Aku yakin selama kegiatan lima hari ini, suasananya pasti akan sangat canggung."Ketemu lagi sama penyihir jelek, dan kali ini satu kelompok," sindir Uriel.
"Berisik!" Omelku.Kami berempat diberi misi oleh sekolah. Yaitu mencari sayur mayur untuk makan nanti malam. Kami pun menelusuri hutan rimba yang sangat luas.
"Kau takut?" tanya Carl kepadaku.
"Ah, enggak kok," jawabku.
"Alah, alesan, jangan bohong, bilang aja, dasar cengeng," sindir Uriel lagi.
"Grrrrr!!!"
"Sudah, sudah... daritadi kalian berantem terus, kalian pacaran?" kata Yuna.
"Amit-amit!" jawabku dan Uriel serentak.Tak sengaja aku melihat Carl tertawa kecil di depan kami. Mungkin untuk Uriel, hal ini sudah biasa, tapi untuk Yuna, itu luar biasa langka. Wajah yang dibuat Yuna sangat memalukan. Ia dengan wajah bengong menatap Carl terus-menerus. Bahkan aku bicara pun ia tidak menoleh maupun menjawab. Akhirnya aku mencoba untuk menjahilinya.
"Hayoo pelongok apaan?" kejutku dari belakang.
"Rika! Kau buat aku jantungan,"
"Lagian siapa suruh kau melamun? Justru kau yang gak sopan, masa teman sendiri diabaikan,"
"Ahahaha maaf,"
"Kau juga gak bisa menyembunyikan rahasia dariku,"
"Apa coba?"
"Emang cuma aku yang tahu kalo kau suka sama Carl? Uriel juga loh," godaku.
"Apa?! Kau pasti lagi ngejahilin aku kan? Ayoo ngaku,"
"Emang bener kok, tertulis di wajahmu, kalo kau daritadi melototin dia terus, dan wajahmu langsung memerah. Gimana coba kalau orang gak bakal tahu? Jelas-jelas kau memberikan kami kode keras daritadi," jelasku.
"Sungguh?"Yuna benar-benar anak yang keras kepala. Ia tak bisa mempercayai perkataan sahabatnya. Ia lebih mempercayai fakta yang dia dengar langsung dari pakarnya. Menjengkelkan sih, tapi itu kenyataan nya.
Beberapa kilometer telah kami tempuh dengan berjalan kaki. Lumayan pegal, tapi kalau dengan pemandangan seperti itu, bawaannya ingin berlama-lama terus. Seketika ada cahaya berkilau terang mengarah mataku seperti mengajakku agar pergi ketempat itu. Karena penasaran, aku menelusuri darimana arah cahaya itu. Uriel, Carl, dan Yuna awalnya kebingungan, aku ingin pergi kemana. Pada akhirnya, mereka semua mengikutiku. Sesampai disana, betapa kagumnya diriku. Sebuah air terjun yang indah berada di dalam sebuah gua. Air-airnya jatuh diantara tebing.
"Oh wow, indahnya~" sanjung Yuna.
"Iya benar," tambah Carl.
"Kalau dilihat bener-bener, kok sepi yaa?"
"Soalnya belum dijamah, lihat aja tempatnya segini bersih,"
"Benar juga sih,"Anehnya, lokasi air terjun ini, seperti bekas tempat tinggal seseorang. Ada tangga, juga penataan dan pemahatan dinding tebing yang sangat rapi. Aku pastikan kalau selain kami, ada yang sudah pernah datang kemari. Ketika kami keluar dari gua tersebut, suasana menjadi sedikit hidup karena Carl dan Yuna sudah bisa akrab.
"Ngomong-ngomong, kalian ada melihat seseorang tadi?" kata Carl.
"Huh?"
"Tadi ada cewek, kayak duduk di atas kayu,"
"Serius Carl, jangan bikin kita takut,"
"Aku serius,"keingintahuan kami mulai menjadi-jadi ketika Carl bercerita tentang dirinya melihat seorang wanita yang sedang duduk di atas kayu.
.........................💔💗💔.....................
To be continued....
Chapter 5: Betrayed Love (Part 3)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Beauty Archangel
Fantasy"Beautiful...but...dangerous, that's me. Aku tidak terlalu suka dengan keadaan disekitarku, mungkin karena aku sudah tahu semuanya, seperti sudah melihat masa depan" Bercerita tentang seorang siswi SMA yang selalu hidup menyendiri. Namun dalam kesen...