Melihat apa yang sekarang ada di depanku, membuatku tak bisa melupakan kejadian dimana cinta pertamaku dikuasai malaikat maut. Keluarga Ainsworth sudah sejak lama menjadi wadah dari malaikat terkuat itu. Mereka memiliki kontrak darah yang membuat mereka menjadi sasaran banyak malaikat yang ingin membunuhnya. Dari awal aku sudah punya firasat kalau Rika bukan gadis biasa yang kutemui di jalanan. Ketika aku mendengar nama lengkapnya, akhirnya aku tahu siapa dia sebenarnya.
"Ternyata dia keturunan wanita itu, pantas saja aku merasa pernah melihat wajah itu,"
Apa yang ada di depanku sekarang benar-benar sesuatu yang tak bisa kulupakan bahkan hingga jutaan tahun. Ya, Rika yang sudah meminum ramuan yang telah kubuat berdiri di dalam lingkaran darah, dimana ritual berlangsung. Tanpa perlu waktu lama ramuan itu bereaksi, asap hitam mulai menggebu disekitarnya, dan semakin ke atas asap-asap itu mulai menggumpal menjadi satu. Ya, asap itu adalah Zehel sendiri yang keluar dari tubuh Rika. Lingkaran darah perlahan bercahaya, perlahan keluar cairan seperti darah, kemudian terdengar teriakkan orang-orang yang sengsara seperti sedang dihukum berat. Aku tak kuat mendengar suara itu, hatiku terasa berat. Angin kuat menerpa bangunan dengan sangat keras membuatku hampir tak bisa melihat apa yang ada di depan. Segera sebelum angin itu bertambah kuat, aku meminta Raizen untuk membuat pelindung di luar kastil.
"Raizen, cepat buat pelindung setebal mungkin. Aku gak yakin kalau Zehel hanya mengeluarkan angin badai saja, pasti ada yang lain!"
"Baik tuanku!"Raizen segera berlari keluar bangunan dan membentangkan sayapnya. Ia terbang tinggi ke atas kastil dan membuat sebuah pelindung. Sementara aku dan Pak Eric masih ada di ruangan itu tanpa bisa melihat apapun. Ternyata dugaanku benar. Setelah angin badai, keluarlah pusaran api yang begitu kuatnya memenuhi ruangan. Bersatu dengan angin tadi, membuat api membara lebih besar .
"Pak Eric! Cepat kesini! Lebih baik anda berlindung di belakangku!"
Beliau segera berlari ke arahku dan bersembunyi. Aku menutupi pandangan dengan telapak tanganku dan membuat api yang melewati kami terbelah dua.
"Apa Yang Mulia Zehel sedang marah?" tanya Pak Eric.
"Aku gak tahu, tapi mungkin Zehel mengenal tempat ini dan ingin melarang kita melakukan ritual,"Itu hanya persepsi saja. Aku tak tahu kalau itu memang alasannya. Tapi, kenapa? Itu yang membuatku terheran-heran. Sekian lama akhirnya semua bencana itu reda. Kemudian terlihat tangan Zehel menunjuk pintu besar itu. Dari telunjuknya, keluar cahaya hitam yang mengarah pintu besar itu lalu masuk. Rantai-rantai yang membelit pintu mulai terlepas dan duri-durinya mulai terbakar. Lapisan es yang menyelimuti pintu itu pun juga ikut meleleh. Alhasil, pintu yang sebenarnya pun terbuka. Hawa panas bagaikan neraka menyelimuti seisi ruangan. Apa ini keluar dari pintu?
Tanpa sadar, Rika berjalan mengarah pintu yang terbuka diikuti bayangan Zehel. Aku tak bisa mengikutinya karena ini sudah dalam pelaksanaan ritual. Aku hanya bisa berdoa dia baik-baik saja selama di dalam dimensi lain. Tak lama, wujud Rika menghilang di kegelapan dan pintu pun tertutup dengan rapat. Keadaan menjadi sunyi kembali.
"Apa nona tidak apa-apa tuanku?" tanya Raizen yang telah kembali.
"Aku harap begitu."..............................................................
Sekumpulan awan-awan terlihat begitu jernihnya di depan mataku. Aku berada di dunia dalam pintu itu. Entah itu pintu apa, tapi aku merasakan hawa panas di dalam tubuh. Sebercak cahaya terang menyilaukan mataku membuatku tak bisa memandangnya. Kemudian aku mendengar suara seseorang.
"Oy, hoyy.... Bangunlah malaikat tampan, waktunya bekerja!"
Perlahan mataku terbuka. Malaikat tampan? Aku perempuan dan lagi, bukan malaikat. Tapi kenapa? Perlahan kubuka mataku dan terlihat pandanganku yang agak rabun.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Beauty Archangel
Fantasy"Beautiful...but...dangerous, that's me. Aku tidak terlalu suka dengan keadaan disekitarku, mungkin karena aku sudah tahu semuanya, seperti sudah melihat masa depan" Bercerita tentang seorang siswi SMA yang selalu hidup menyendiri. Namun dalam kesen...