"Papa! Kapan Mama ulang tahun?" Ujar Ashley tiba-tiba padaku. Cukup kaget memang, karna tak biasanya ia penasaran mengenai mamanya.
"Oh bener juga ya.." ujarku sambil mengingat tanggal. "Ah! Bulan ini, Minggu depan (?)"
Aku tak cukup yakin dengan ulang tahun Rika karna biasanya setiap kali aku ingin merayakan ultahnya dia selalu bilang "Untuk apa dirayakan, buang-buang uang saja!"Dengan muka tak pedulinya. Well, jujur memang benar kalau pesta akan menguras uang banyak tapi...bukankah itu hari yang spesial? Aku sampai heran kenapa Rika bisa lebih beda dari wanita lain. Dan lagi, ia terlalu workaholic. Nyaris tidak ada waktu baginya untuk berkumpul dengan kami. Tapi tunggu, ini ulang tahunnya yang ke berapa?
"Will, apa kamu tahu Rika tahun ini umurnya berapa?" Tanyaku kepada pelayan setiaku.
"Harusnya yang ke 34 tahun tuan,"
"Apa?! Serius?!"
"Minggu depan adalah ulang tahun yang sama seperti sweet 17, tuan,"
"Oh,jadi anggapannya seperti, kembali muda?" Aku mulai bingung. Will mengangguk.Kalau memang begitu, harusnya pestanya akan lebih meriah dari ulang tahun biasa. Aku perlu persiapan lebih banyak. Tapi cukup kah waktuku? Aku hanya punya satu Minggu untuk mempersiapkan segalanya.
"Papa?"
Terbawa pikiranku sendiri, aku sampai meninggalkan Ashley yang dari tadi terengah-engah melihatku sibuk sendiri. Satu kalimat yang tadi kuucapkan cukup membuatku ragu. Habisnya, kalau kalimat 'kembali muda', agak tidak cocok dengan Rika. Karena mau sampai umur berapapun, wajahnya akan tetap sama seperti waktu ia SMA. Bahkan ada yang salah sangka dengan penampilannya. Itu karna ia mendapat umur kekal dari Zehel. Well, aku juga sebenarnya. Wajahku akan tetap sama beribu-ribu tahun pun karna aku memang hidup abadi sebagai the Archangels.
"Ashley, apa kamu mau ikut dengan papa?"
"Kemana?" Sembari menggendong Ashley.
"Kita akan ke tempat paman Raizen."Bagaimana kalau aku minta tolong pada Raizen dan kawan-kawan untuk membantuku mempersiapkan pesta. Aku sudah memikirkan semua dan baru saja terlintas di kepalaku.
Seraya menyetir, terlihat wajah Ashley yang tidak sabaran. Aku tahu dia sangat dekat dengan Raizen, tapi kalau sampai ia dewasa, rasa sukanya berubah jadi cinta, aku sebagai ayah tak bisa tinggal diam. Insting seorang ayah selalu kuat. Apalagi itu Raizen, yang memiliki paras tertampan di deretan penjaga gerbang. Jelas saja dia ketuanya. Selain paras, teknik bertarungnya pun top class. Wajar kalau banyak wanita yang ingin bersamanya. Tapi tak akan ku biarkan dia menyentuh Ashley.Sampai di depan rumah Raizen, terlihat ia sedang berdiri menunggu kami.
"Selamat datang tuan Uriel, lama tak jumpa,"
"Hoho, lama gak jumpa juga Raizen, kamu gak banyak berubah ya?"
"Tuan juga sama,"
"Heh, makasih banget kritikannya,"
"Oh iya, aku panggil kamu apa? Raizen atau Merrick? Bukankah Merrick nama aslimu?"
"Terserah tuan saja,"Kemudian Raizen mengantar kami ke dalam rumah. Dan menawarkan teh. Ashley sedaritadi menempel dengan Raizen membuatku sedikit was-was.
"Kalau Ashley dewasa, jangan jatuh cinta padanya ya" ujarku tiba-tiba.
"Ha? Tentu saja tidak akan. Apalagi dia anak dari the Archangels dan Ketua Malaikat Maut. Aku lebih tidak berani lagi." Balas Raizen jujur.
Kita sudahi basa-basinya dan menuju ke topik inti. Aku mengeluarkan secarik kertas dari saku celana dan menunjukkannya kepada Raizen.
"Ulang...tahun? Siapa?" tanya Raizen.
"Rika, yang ke 34 tahun,"
"3...34 tahun tuan?! Sungguh tak terasa semenjak perang itu,"
"Aku juga sama. Shock memang tapi itu kenyataan,"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Beauty Archangel
Fantasi"Beautiful...but...dangerous, that's me. Aku tidak terlalu suka dengan keadaan disekitarku, mungkin karena aku sudah tahu semuanya, seperti sudah melihat masa depan" Bercerita tentang seorang siswi SMA yang selalu hidup menyendiri. Namun dalam kesen...