Epilogue

5.7K 343 16
                                    

Sinar matahari menyinari seisi rumah. Kicauan merdu burung memecahkan keheningan. Suara seruan mereka yang nakal menggelitik telingaku. Membuatku terasa geli mendengarnya. Namun itu juga yang membuatku tenang. Mereka terlihat bahagia bermain bersama di ladang bunga itu. Aku hanya bisa menatapnya dari balik jendela kamar.

"Tuanku,"

Pelayan setiaku, muncul seketika ia tahu kalau aku akan memanggilnya.

"Bisa kau panggilkan dia? Kelihatannya yang satunya dipanggil sama tetangga," ujarku sambil menunjuk.
"Baik, tuanku,"

Segera ia memanggilnya yang sedang bermain ayunan. Tingkahnya yang licah membuatnya terlihat lebih imut dari biasanya. Sesampainya di depan kamarku. Ia memanggilku dengan suara lembutnya.

"Papa!"

Ia berlari kepangkuanku. Sambil berteriak, menandakan kalau ia selalu energik. Mengingatkanku dengan dia.

"Kamu mau dengar cerita?"
"Mau!"
"Tentang apa?"
"Hmm," cara ia berpikir sangatlah lucu. Aku sampai tak kesampaian ingin mencubit pipinya yang kenyal.
"Bagaimana papa dan mama bisa bertemu!"
"Oh tentang itu, haha..."
"Papa kenapa ketawa?"
"Ah enggak," hanya saja aku benar-benar tak sanggup mengingat kenangan yang penuh canda, suka dan duka bercampur aduk.

"Baiklah. Dengarkan baik-baik ya,"
"Iya!"

Ia lalu memperbaiki posisinya seperti sedang ingin mendengarkan dongeng. Aku tertawa kecil melihat tingkah lakunya yang menggeliat itu.

"Dulu, kami bertemu tanpa sengaja. Dan saat itu, wajah ibumu judes banget,"

Memang dulu waktu bertemu, kami tak sengaja bertabrakan satu sama lain. Justru dari situlah, akhirnya kami kenal satu sama lain. Sekian lama, kami menghadapi berbagai masalah, sampai akhirnya ia tahu identitasku dan juga siapa dia sebenarnya.

"Bahkan terkadang ia mengeluarkan sihir yang gak terduga sama sekali," ujarku dalam hati.

Saat aku tahu bagaimana ia sebenarnya, aku malah semakin jatuh Cinta padanya. Tindakan, ucapan, maupun perlakuannya terhadap orang lain, membuatku tak ingin melepaskannya satu senti pun dari sisiku. Tubuhnya yang ramping membuatku ingin sekali memeluknya dengan erat. Kecantikannya melebihi kecantikan yang lain. Benar-benar seperti mahakarya yang luar biasa. Aku tak habis pikir untuk memilih wanita lain, aku seperti menganggapnya wanita yang tidak ada duplikatnya di dunia ini, hanya dia seorang.

"Sampai perang malaikat terjadi, dia benar-benar ceroboh. Memberikan seluruhnya kepada malaikat tua itu."
"Kenapa memangnya?"
"Ah itu, dia terlihat lebih...bagaimana ya...sangat indah dan bahkan papa kira gak bisa digapai karna dia terlihat berbeda level denganku."

Dia terlihat lebih mulia sebagai malaikat. Namun, kenyataan kalau dia adalah manusia tak tergantikan. Setelah perang, aku menciumnya, dan ia pun tersenyum. Senyumannya meluluhkan hatiku hingga aku memeluknya erat. Sampai disitu, perasaanku akhirnya tersampaikan padanya. Bahkan setelah perang selesai, terjadi lagi keributan di dalam Kerajaan Langit. Penasehat perang, Nocty, berubah menjadi abu. Tak ada jejak satu pun. Tapi aku yakin saat itu Zehel tidak membunuhnya, melainkan melahirkan roh baru pada reinkarnasi berikutnya. Karna aku tahu, hawa rohnya masih belum padam.

"Papa, kalau misalkan mama meninggalkan kita, apa yang akan papa lakukan?"

Pertanyaan itu cukup mengejutkan. Tapi, apa boleh buat.

"Dia...gak akan meninggalkan kita,"
"Kenapa papa bisa tahu?"

Tentu saja aku tahu. Jelas ketika sebelum perang, dia blak-blakan ngomong kalau dia tak terima membiarkan orang yang dicintainya di ambang kematian. Aku tahu yang ia maksud aku, karna saat ia mengatakan itu, ia tersipu malu. Karena malu, dia langsung pergi meninggalkanku.

"Aku sangat mencintai wanita yang ada di hadapanku sekarang, walaupun wanita itu adalah reinkarnasi cinta pertamaku dulu. Aku akan menghabiskan waktu untuk menyimpan kenangan terindah bersamanya. Hingga ku tertidur untuk selama-lamanya dan yang akan teringat hanya senyuman manisnya yang menyinari duniaku."

Anak itu terlihat malu-malu setelah mendengar aju berkata demikian. Tapi itu memang kuakui, tiada yang lain selain dirinya.

Tak kama kemudian, seseorang memanggil dari balik pintu.

"Papa, apa dia bersamamu?"
"Ah, dia disini,"

Seketika ia masuk, aku seakan melihat malaikat yang saat itu seolah adalah pemimpin.

"Ashley, kupikir kamu tadi diculik orang,"
"Enggak. Daritadi Ashley sama papa!"
"Harusnya kamu bilang aku, Uriel,"
"Untuk apa, kamu saja tadi dipanggil tetangga. Masa kamu mau suruh aku panggil pas ibu-ibu lagi gosipan?"
"Dasar kamu!"
"Papa! Mama! Jangan kelahi!"

Cara dia menghentikan kami benar imut. Jari-jari kecilnya menhentikan kami.

"Papa sama mama gak bakal kelahi hanya karna hal kecil sayang."

Dia menggendong Ashley. Kemudian berjalan keluar kamar.

"Makan malam sudah siap. Cepat turun, Uriel,"
"Ah! Tunggu Rika!"
"Ayolah, nanti makanannya dingin,"
"Hehe, papa jalannya lambat,"

Dari sinilah kehidupan kami berdua dimulai. Bersama kami hadapi segala masalah yang ada dan mengambil resiko yang ada. Karna aku percaya, hanya kau yang bisa merubah hidupku. Hanya kau yang bisa menghentikanku. Karna Cinta sejati lah yang dapat mematikan kutukan abadi itu.
          
                     [THE END]

                                 [THE END]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

..........................💖💖💖........................

Hai teman-teman!!! Akhirnya The Beauty Archangel mencapai cerita terakhirnya. Terima kasih sudah mengikutinya dari awal. Nah, sekarang aku lagi membuat season 2 jadi ditunggu ya... Season 2 juga gak bakal serunya dengan yang season 1 karna akan melibatkan banyak cogan di dalamnya. Penasaran? Mohon bersabar ya... 😊👋🙌👏

 😊👋🙌👏

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
The Beauty ArchangelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang