Chapter 8: Dark Witch (Part 2)

5.3K 434 13
                                    

"Oww... badanku sakit semua~"

Pagi-pagi sekali diriku sudah mengeluh karena sakit yang kualami. Ingatan terakhir yang aku ingat adalah bertemu singa kemudian ditolong oleh Uriel. Aku tak yakin apakah singa itu benar-benar hilang. Aku hanya bisa percaya dengan kenyataan.

"Mimpi itu datang lagi ternyata..."

Mimpi yang kualami selama bertahun-tahun, semenjak aku bertemu sosok berjubah hitam yang memakai pedang hitam besar berlumuran darah. Mimpi itu bahkan tak pernah hilang, selalu ada di setiap saat. Semakin aku menghadapi kesialan terus menerus, semakin aku takut akan sosok itu. Sosok yang selalu menghantuiku, dalam mimpi.

*tok...tok*
"Permisi, tuanku, bolehkah saya masuk?"
"Tentu,"
"Bagaimana? Apa kau tahu siapa Aaron Mordred?" lanjutnya.
"Tidak ada informasi mengenainya, bahkan di luar negeri sekali pun,"
"Jadi, satu-satunya informasi mengenai dirinya hanya di tempat itu rupanya,"
"Tapi, tuanku, kita tidak bisa masuk ke ruang itu sembarang,"
"Harus ada izin khusus, 'kan? Orang itu ada dimana sekarang?"
"Beliau sedang berada di luar kota dan akan kembali besok,"
"Begitu, padahal katanya sedang liburan,"

Tak lama kemudian, tak sengaja mendengar pembicaraan mereka, aku memasuki ruangannya.

"Uriel?"
"Hm? Rika? Kau sudah bangun?"
"Memangnya yang kau lihat sekarang apa? Hantu?"
"Fufu... kalau saja rohmu yang lagi jalan, badannya lagi tidur,"
"Enak saja,"

Di ruangan tersebut, aku pikir hanya Uriel saja, ternyata ada Raizen disitu. Sepertinya mereka sedang berbicara mengenai hal penting dan aku telah menganggu mereka.

"Apa aku ganggu?"
"Gak kok, pas aja baru selesai ngomong.. Raizen, kau boleh keluar sekarang,"
"Baik tuanku," jawab Raizen.

Sekarang, di ruang yang didesain menyerupai ruang kerajaan abad pertengahan di Eropa, hanya ada aku dan Uriel seorang. Aku tak bisa menatap matanya karena aku mengingat kejadian terakhir.

"Dia... memelukku,"

Mengingat itu saja, pipiku langsung berubah menjadi warna merah jambu. Saking malunya, mulutku menolak untuk berbicara duluan. Dan aku serasa ingin cepat pergi dari tempat itu.

"Jadi... ada perlu apa?" tanya Uriel.
"Umm, mengenai masalah waktu itu,"
"Waktu itu? Ah... kejadian singa itu, ada apa?"
"Apa dia beneran menghilang? Soalnya aku langsung gak sadarkan diri setelah melihat dia meloncat ke arah kita,"
"Sangat menghilang kok,"
"Is that so?"

Aku hanya bisa bertanya mengenai hal itu. Aku tak berani menanyakan hal yang sedang dibicarakan Uriel dengan Raizen. Aku pun memberanikan diri untuk meninggalkan dirinya lagi.

"Kalo gitu, aku ke kamar dulu..."
"Tunggu!" Suara Uriel yang berat membuat langkahku berhenti sejenak.
"Aku ingin membawamu ke suatu tempat, besok,"
"Untuk apa?" tanyaku heran sambil mengernyitkan dahi.
"Rahasia... kau juga akan lihat nanti,"

Perkataan Uriel membuatku sangat penasaran. Apa yang nanti ia tunjukkan padaku sampai membuat wajahnya begitu serius dari biasanya. Karena wajahnya itu, aku tak berani untuk bercanda dengannya.

..........................🌲🌲🌲.......................

Keesokkan harinya...

Sekitar kurang lebih dua jam perjalanan ke tempat yang dikatakan Uriel, kami melewati hutan rimba yang sangat lebat. Sangat hijau sampai mataku terasa sangat segar. Di belakang hutan lebat tersebut, ada sebuah air terjun yang sangat besar dan tinggi, mirip air terjun Angel di Venezuela, tapi bukan itu.
Kami berhenti di depan air terjun itu dan kupikir kita berhenti disitu untuk istirahat. Ternyata tidak.

"Raizen, kau jaga di belakang Rika, dan Rika, kau di belakangku,"
"A-ada apa?" tanyaku ragu.
"Ikuti saja aku,"

Aku tak tahu kalau tujuan kami adalah, di belakang air terjun. Ketika kami mengikuti Uriel, aku tak bisa membayangkan, ada jalan masuk di belakang air terjun. Jalan yang menyerupai terowongan. Kami pun menyusuri jalan itu. Di balik terowongan itu, ada sebuah rumah di atas bukit yang dipenuhi pohon cemara dan bunga. Rumah seperti pondok kayu yang dibuat berdasarkan lingkungannya. Memasuki rumah itu, seperti terasa menyakitkan untukku, entah kenapa, aku memilih untuk menunggu di depan rumah saja.
Akhirnya yang masuk hanya Uriel dan Raizen.

"Apa tidak apa-apa, nona Rika ditinggal di luar sendirian?" tanya Raizen seraya menutup pintu rahasia yang ada di dalam rumah itu.
"Memang seharusnya begitu... lagipula ini adalah rumah pribadi dan paling rahasia milik keluarga Rayfold dan hanya orang yang mendapat izin saja yang boleh masuk,"
"Ngomong-ngomong soal izin, tuanku, anda dapat izin dari siapa?"
"Um, soal itu, aku sudah lama mendapat izin tapi aku gak pernah ke rumah ini, jadi izin itu hanya aku pake kalo lagi butuh aja,"
"Jadi, izin ini dari..?"
"Pendiri keluarga Rayfold, kakekku," jawab Uriel.

Kakek yang seharusnya mendampingi Uriel sampai dia menjadi penerus resmi keluarga Rayfold, telah meninggalkan sisi Uriel sejak ia masih berumur 8 tahun. Uriel yang anak sulung dan paling diharapkan masa depannya, sangat tidak peduli dengan urusan warisan ataupun penerus, yang ia inginkan hanya kebahagiaan saja. Tak lebih dan tidak kurang dari itu.

Kembali dalam cerita, pintu rahasia yang kami masuki adalah pintu yang mengarah pada sebuah ruangan yang penuh dengan buku, layaknya perpustakaan. Hanya saja, perpustakaan ini bukan perpustakaan biasa. Tempat dimana buku-buku mengenai hal magis, semua ada di sini. Tak terbaca dan tak ternodai. Sepertinya caretaker tempat ini, membersihkannya dengan sangat teliti. Raizen yang diperintah oleh Uriel untuk mencari informasi mengenai Aaron Mordred, memberikan berita bagus. Ia pun segera memberitahu Uriel yang sedang membaca beberapa buku yang menurutnya menarik.

"Tuan Uriel, aku mendapat informasi yang Anda minta,"
"Tentang Aaron?"
"Ya, informasinya terdapat di buku penyihir Doplegear,"
"Buku penyihir... Doplegear?"
"Benar, dikatakan kalau Aaron Mordred adalah penyihir hitam kelas atas yang menguasai banyak ilmu sihir hitam,"
"Dan ia juga yang mengendalikan dan membuat singa itu?" lanjut Uriel.
"Sepertinya begitu,"
"Apa alasannya untuk menyerang kita? Bukan, lebih tepatnya lagi, menyerang Rika?" kata Uriel yang terheran-heran sambil memainkan kertas buku penyihir itu.

Dulu, kakek Uriel memiliki hubungan khusus dengan dunia magis. Dunia yang manusia biasa tak bisa masuki dengan sembarangan. Kakeknya yang dulu seorang pengembara, diberikan buku yang khusus untuk mengenal beberapa penyihir terkuat dan yang terkenal, sehingga bila bertemu mereka, ia bisa menjaga sikap dan tidak menantangnya. Nama buku itu adalah Buku Penyihir Doplegear. Buku itu yang sekarang Uriel dan Raizen sedang observasi, untuk mengetahui biodata mengenai Aaron Mordred yang merupakan salah satu penyihir hitam terkuat di dunia penyihir.

Kini Uriel tahu tentang Aaron, ia pun berinsting, mungkin tak lama penyihir hitam itu akan menyerangku lagi. Untuk mengantisipasi kejadian buruk terjadi, Uriel memiliki ide agar aku selamat dan yang mungkin... aku tak akan setuju.

.........................🌲🌲🌲........................

The Beauty ArchangelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang