Chapter 9: Ad Hoc (Part 2)

5.2K 401 8
                                    

"Kau mau kemana?"

Seseorang berbicara padaku dari arah ruang tengah. Suara berat yang membuat langkahku terhenti di depan pintu keluar. Ya, itu Uriel yang sedang menonton TV.

"Bukan urusanmu, 'kan?"
"Kalau keluar, harusnya kau membawa Raizen,"
"Untuk apa aku membawanya? Lagipula, sejak kapan kau jadi perhatian seperti ini?"
"..."

Perkataanku sepertinya membuatnya menutup mulut dan memasang tatapan serius seketika. Ia ingin mencegahku, tapi ia tak akan mencegah, mungkin karena perkataanku tadi.

Apa aku sedikit kasar?

Pikiranku sudah kacau sejak kemarin. Aku pun segera pergi dari hadapannya tanpa tahu bagaimana ekspresi terakhirnya.
Sejak tahu bahwa diriku sedang diincar, aku semakin waspada dengan sekitar. Aku bahkan melihat kesialan dimana-mana sepanjang perjalanan. Dan juga semakin banyak burung gagak berada di sekitarku.

"Jangan takut"

Suara itu lagi. Suara yang menuntunku. Suara seorang pria tua yang bijaksana. Aku selalu bertanya-tanya, suara siapakah ini. Di pikiranku, selalu muncul bayangan sosok jubah hitam yang selalu menghantui di dalam mimpi. Harusnya setelah bermimpi, pasti akan langsung melupakan mimpi itu. Tapi, berbeda dengan kejadianku. Mimpi itu semakin nyata. Aku bahkan tak ingin mengingatnya.

"Halo tuan Putri, apa kabar?"

Suara pria terdengar di telingaku, membuatku tersigap dari kursi cafe yang letaknya tak jauh dari apartemenku. Suara itu bahkan bukan suara yang sering aku dengar. Penasaran dengan itu, akhirnya aku bertanya balik padanya.

"Kau siapa?"
"Jahat... masa kau tidak tahu siapa diriku?"
"Apa maumu?"
"Gak banyak kok, hanya satu saja... aku hanya ingin dirimu,"
"Apa?!"

Pernyataan itu membuatku tersipu malu. Apa maunya dari diriku yang hanya perempuan biasa, yang hidup dalam kesialan dan kesendirian.

"Kau kebingungan ya, sweetheart? Jangan panik, aku akan selalu mengawasimu,"
"Mengawasi?"
"Kulihat kau sedang mencariku, apa kau menemukanku?"
"Kau ada dimana?"
"Fufu... itu rahasia, berusahalah untuk mencariku, Putri,"

Aku melirik kesana kemari hanya untuk mencari orang misterius itu. Aku semakin panik walau ia menyuruhku untuk tidak panik. Ternyata dia berwujud manusia, tapi entah kenapa, suatu hal mengganjal pikiranku.
Kenapa ia bisa bertelepati denganku? Seperti bukan manusia biasa?

"Sepertinya kau belum menemukanku... aku beri kau hint, tapi kau harus bisa langsung menemukanku,"
Kata pria itu yang sepertinya kesal karena aku belum menemukannya sekian menit.

"Aku berada di balik bis merah yang melewati zebracross sebelah Timur, aku yang memakai telepon genggam,"

Segera setelah ia memberitahukan keberadaannya, aku langsung tahu lokasi itu. Di kelilingi oleh ratusan orang yang berkeliaran, aku harus mencari satu orang yang misterius bagiku. Bukankah itu terlalu sulit?
Lalu, sebuah bis merah melintasi zebracross yang dimaksud. Selintas bis itu lewat, seseorang yang memakai setelan jas warna cream terlihat berdiri seperti mengarah padaku. Sambil memegang telepon ia tersenyum.

"Akhirnya kau menemukanku, tuan Putri,"

Gerakan dari mulutnya itu, membuatku takut dan akhirnya berlari dari hadapannya. Gerakan itu sesuai dengan apa yang aku dengar. Ternyata ia menggunakan telepon untuk melabuhi semua orang. Jadi, ketika ia berbicara tidak ada yang curiga atau menganggapnya gila. Demi menghilang darinya, aku pun berlari sekuat tenaga sampai aku tidak melihat sosoknya lagi.

.........................🌹🌹🌹.........................

The Beauty ArchangelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang