Chapter 15: Crimson Eyes

4.7K 358 7
                                    

"Kau sudah baikkan, Rika?"

Suara berat nan lembut menyapaku di pagi hari yang cerah. Sambil mengelus kepalaku, ia tersenyum hangat.

"Aku... sudah berapa lama aku tertidur?"
"Dua hari,"

Yang benar saja. Aku tertidur selama itu? Apa saja yang aku lewatkan? Apa mimpi itu... Tapi, jujur mimpi itu terasa sangat nyata bagiku. Seperti... aku melihat sebuah penglihatan.

"Ah,"

Tiba-tiba suara Uriel seperti ia terkejut terdengar olehku. Ada apa?

"Rambutmu... dan matamu..."

Rambutku? Kenapa dengan rambut dan mataku? Ada yang salah? Aku bahkan tidak merasa ada yang aneh dalam diriku.

"Coba kau lihat sendiri di cermin,"

Aku lalu turun dari tempat tidur selagi masih memakai piyama, pergi menuju cermin panjang yang ada di samping meja rias.

"Apa... yang terjadi?" ujarku seraya memegang rambut.

Rambutku berubah menjadi warna silver dan iris mataku berubah menjadi merah darah alias crimson. Aku seperti orang bodoh ketika melihat diriku sendiri di cermin yang terlihat seperti orang lain.

"Apa telah terjadi sesuatu?" tanya Uriel ketika berdiri tepat dibelakangku.

Ia menatapku bingung dan sedikit raut cemas terukir di wajahnya.

"A... aku tidak tahu apa yang terjadi. Tapi..."

Aku mengingat kembali kejadian sebelumnya. Oh benar juga. Zehel mengambil alih kontrol diriku dan menggunakannya untuk berbicara dengan... Alden?

"Oh iya, Uriel, ada pesan untukmu,"
"Pesan? Pesan apa?"

Tunggu sebentar, malaikat api itu apa benar Uriel yang berada di depanku? Aku ingat ada yang mengatakan padaku kalau malaikat api itu, Uriel. Tapi, aku tak yakin. Masa yang di depanku sekarang adalah Uriel si malaikat?

"Rika, pesan apa yang kau maksud?" tanya Uriel.

Aku tak sadar tangannya telah menggenggam pergelangan tanganku.

"B-bukan, sepertinya aku salah orang," ujarku memalingkan muka.
"Jangan lari dariku."

Tangan Uriel semakin lama semakin mencengkeramku dengan kuatnya. Sampai hampir terlihat bekas kemerahannya.

"Rika, apa pesan untukku?" ujar Uriel pelan dan halus.

Ia mendekatkan mulutnya di dekat telingaku. Ia membisikkan pertanyaan itu dengan sangat lembut. Suara seorang pria tampan yang dapat meluluhkan hati para gadis.

"H-hanya pesan singkat,"
"Apa itu, Rika?"

Lagi-lagi suaranya terdengar begitu menggoda sampai membuatku tak tahan untuk mendengarnya. Ingin rasanya untuk mendorong pria ini dengan kuat tapi tidak bisa. Tanganku terlalu dicengkeram kuat.

"P-persiapkan pasukan terkuat, karena sebentar lagi adalah waktunya," ujarku gemetaran.

Uriel langsung tersegap mendengar pesan itu. Tanpa berbicara apa-apa, ia melepas genggamannya dan pergi ke luar. Ada apa dengan Uriel? Ia tampak terkejut mendengar pesan itu. Apa benar kalau Uriel memang malaikat api? Soalnya dia tidak ada sama sekali memberi komentar. Rika, jangan terlalu percaya hal itu, karena diam bukan berarti kebenaran bukan juga sebuah kebohongan. Diam adalah suatu hal yang dapat menyembunyikan seribu bahasa.

Keesokkan harinya

Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan dengan penampilan ini. Rambut silver dan mata yang merah. Aku tampak seperti seseorang yang misterius. Sejak pagi, aku sama sekali tidak bertemu dengan Uriel. Hanya Raizen. Dan ia tidak begitu terkejut melihat penampilanku seolah-olah ia sudah tahu kalau hal ini adalah hal biasa. Akhirnya aku harus merelakan penampilan, walau pada akhirnya aku harus berbohong.

The Beauty ArchangelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang