Chapter 5: Betrayed Love

7.3K 495 14
                                    

*Chirp...chirp...*
Bunyi kicauan burung pagi terdengar, membangunku yang tertidur dengan pulasnya. Sudah sebulan semenjak kejadian Nathan, aku tidak melakukan apa-apa, hanya rutinitasku sebagai pelajar. Karena kebosanan itu, aku hampir lupa kalau hari ini, akan ada school camping khusus kelas 11. Hal yang menarik minat banyak siswa ikut dalam kegiatan itu adalah keikutsertaan sekolah ternama lain yang bekerja sama dengan sekolahku. Nama sekolahnya adalah Ludwig de Vincent Catholic High School. Nama yang cukup panjang menurutku untuk sebuah sekolah.
Menurut rumor yang beredar, sekolah itu terkenal bukan hanya siswa siswinya yang kaya raya, tapi juga penuh dengan orang-orang yang tampan dan cantik. Dan yang paling disenangi baik siswi sekolahku maupun sekolah itu adalah kelima anggota OSIS-nya. Dikatakan kalau anggota-anggotanya memiliki paras wajah good-looking , pintar, kreatif, multitalent, dan yang terpenting... bagaikan malaikat yang jatuh dari surga. Tak heran dengan kategori seperti itu, jelas kalau banyak siswi yang akan mengagumi mereka layaknya idol. Terutama ketua OSIS nya. Tapi dia juga yang menjadi paling misterius di antara yang lain. Entah kenapa, yang paling eksis hanya keempat anggota lainnya. Ketua OSIS-nya seperti dirahasiakan. Ada yang bilang kalau ketua OSIS-nya orang yang perfeksionis, jadi lebih dianggap seperti raja di sekolah itu.

"Hey, Rika, kau ngelamun apaan?" kata Yuna sambil menepuk bahuku.
"Hah? Oh, gak ada kok,"
"Tuh' anak-anak pada nyorakin anak OSIS sekolah Ludwig,"
"Trus? Aku gak peduli,"
"Yakin nih gak peduli? Kali ini ketua OSIS nya tampil loh..."
"Emang kenapa sama ketua OSIS-nya?"
"Katanya ketua OSIS -nya yang paling ganteng di antara yang lain... Ah! Speak of the devil..."

*Kyaaa!!!*Suara para siswi menyoraki kedatangan anggota OSIS yamg dipopulerkan itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*Kyaaa!!!*
Suara para siswi menyoraki kedatangan anggota OSIS yamg dipopulerkan itu. Aku bahkan tak kenal dengan mereka. Lagipula aku juga tak ada niat untuk berkenalan dengan orang asing.

"Rik! Itu loh ketua OSIS-nya, ya ampun ganteng banget!!!"
"Apaan sih? Biasa aja,"
"Rik! Jangan komentar dulu sebelum kau lihat,"
"Walaupun aku lihat juga mereka gak akan lihat kita,"
"Rik! Dia kesini!"
"Siapa yang kesini?!"

"Angkuh sekali cara bicaramu,"
Suara laki-laki yang sangat lembut dan terdengar bijaksana benar-benar terdengar di belakangku. Segera aku membalikkan badanku. Dan yang aku lihat adalah seseorang yang memiliki rambut silver dan sangat tinggi.

"K-kau kan?!"
"Gak nyangka bakal ketemu kau lagi, penyihir,"

Di antara semua laki-laki, cowok ini yang paling aku benci dan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di antara semua laki-laki, cowok ini yang paling aku benci dan...
"...yang paling gak ingin kutemui,"

"D-dia ketua OSIS yang dimaksud?" bisikku pada Yuna.
"Yaa... di antara anggota yang lain, hanya dia yang gak ku kenal, terlebih lagi dia berjalan paling depan dari anggota lain. Kayak pangeran yang lagi dikawal,"
"Imajinasimu terlalu tinggi, Yun,"

Ternyata Uriel salah satu murid LDV, apalagi dia ketua OSIS nya. Misterius? Apa tidak salah? Aku sering melihatnya, kenapa dia dibilang misterius.

"Mohon kerja samanya selama 5 hari ini, yaa, Rika Ainsworth," kata Uriel tersenyum manis seraya meninggalkanku dan Yuna.

Ingatan sebulan yang lalu, saat pulang dari rumah itu, terngiang di kepalaku. Saat ketika... Uriel memberiku setangkai bunga mawar.

"Apa maksudnya memberikan itu padaku?" Pikirku.

Pada akhirnya, bunga itu aku anggap sebagai hadiah dari Nathan, bukan dari Uriel. Walaupun aku tahu Uriel memiliki alasan lain kenapa dia memberikan bunga itu padaku, aku sama sekali tidak malu ketika ia memberikanku itu. Hanya saja rasa heran tertulis di wajahku.

Camping kali ini kuharap yang paling asyik dibandingkan camping tahun lalu. Wali kelasku bilang kalau lokasinya kali ini akan lebih bagus dan indah. Jadi kalau mau foto-foto, scenery nya lebih menjanjikan.

Lima jam kemudian...

Kami pun sampai di lokasi. Untung saja kami memakai kereta cepat. Kalau pakai bis, kira-kira sepuluh jam baru sampai lokasi. Sesampai di lokasi, aku benar-benar dibuat kagum dengan pemandangannya. Benar apa yang dikatakan guru, kalau lokasinya lebih menjanjikan.

Tapi, walaupun dibilang menjanjikan, kalau ada orang itu -Uriel- tetap saja camping kali ini akan menjadi camping terburuk yang pernah kuikuti

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tapi, walaupun dibilang menjanjikan, kalau ada orang itu -Uriel- tetap saja camping kali ini akan menjadi camping terburuk yang pernah kuikuti.

"Kuharap kau gak tersesat dalam hutan nanti hehe..." bisik Uriel di telingaku.
"Apaan coba, gak mungkin lah aku tersesat!"
"Masa?"
"Iih! Sudah sana, kau dipanggil guru!" tegurku seraya mengusirnya.

"Rika, kau kelihatannya deket banget dengan ketua OSIS SMA Ludwig itu?" sindir Yuna.
"Dekat apanya? Lagipula, aku heran, kenapa kau seperti baru pertama kali melihatnya?"
"Hah? Apa maksudmu?"
"Dia itu, orang yang mendatangiku, yang pakai baju berkelas, dan nunggu di depan pagar sekolah, masa kau lupa?" (Baca chapter 3)
"Waktu itu? Eh... dia?! Yang kayak celebrity itu?!"
"Baru sadar sekarang,"

Tak kusangka, sahabatku sendiri bisa lupa dengan Uriel. Well, memang sudah satu setengah bulan semenjak Yuna pertama kali bertemu Uriel. Wajarlah dia lupa. Yang dia ingat mungkin...

"Aku pacarnya,"

Pasti kata-kata itu yang diingat Yuna. Kata-kata yang menganggapku seperti pacar asli Uriel.

"Tapi jujur, aku lebih menyukai wakil ketua OSIS-nya dibanding ketuanya," curhat Yuna.
"Wakil? Kok bisa?"
"Well, di antara anggota yang lain, dia lebih berpenampilan cool dan sikapnya dingin. Itu yang membuatnya disukai banyak cewek,"
"Sikap buruknya?!" Pikirku.
"Itu dia," tunjuk Yuna kepada wakil ketua OSIS yang dimaksud.

"Itu dia," tunjuk Yuna kepada wakil ketua OSIS yang dimaksud

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Penampilan dan ekspresi yang seperti itu... aku tak bisa menilainya. Dia tersenyum, tapi senyum kosong, bukan senyum yang tulus. Entah kenapa, setiap melihat wajah itu, rasanya hampa sekali.

"Dia seperti... kehilangan sesuatu,"
"Ha?"

Aku keceplosan berbicara di depan Yuna. Aku harus bisa menjaga kata-kata di camping ini. Itu karena kata-kataku selalu to the point. Jika aku tak bisa menjaganya, maka akan banyak yang menjauhiku, sama seperti dulu.
Aku hanya bisa berharap Yuna supaya tidak jatuh cinta padanya, kalau sampai iya...

"Yuna pasti akan menyesal sekali,"

.........................💔💗💔........................

to be continued...😀

The Beauty ArchangelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang