Chapter 6: Visitor

6.2K 431 6
                                    

"Uriel, ada telpon untukmu!"
"Oke!"

Uriel yang sedang memasak dipanggil karena ada panggilan mendadak. Katanya itu dari keluarganya. Entah kenapa wajahnya terlihat pucat saat bertelepon.

"Dia kenapa?" Pikirku.

Aku yang lagi mencuci piring penasaran dengan apa yang dibicarakan sampai membuat wajah tampan Uriel menjadi putih pucat dari biasanya. Dia juga berbicara dengan terburu-buru seperti ketakutan.

Plak!
Yuna mengagetkanku dari belakang sampai piring yang ada ditanganku hampir terjatuh.
"Hayo! Lagi liat siapa nih?"
"Apaan sih Yun, kau buat aku kaget aja!"
"Hahaha... aku sengaja kok. Tapi, kau ngapain sampai memandang Uriel segitu tajamnya?"
"Aku hanya penasaran,"
"Penasaran?"

Tak sengaja mendengar percakapan kami, Carl menyambung pembicaraan ini.

"Sepertinya aku tahu kenapa Uriel membuat wajah seperti itu," kata Carl.
"Siapa?"
"Orang tuanya?"
"Bukan, ini lebih ke orang yang sering membully-nya, selain sahabatnya,"

Carl menjelaskan kalau orang yang dapat membuat Uriel seperti itu adalah orang yang membuatnya bermimpi buruk dan selalu dibully. Selain sahabat dan teman, itu berarti dari keluarganya.

"Dia.... mungkin adalah kakaknya,"
"Kakaknya?!!"

Aku dan Yuna terkejut mendengar kalau Uriel memiliki kakak. Aku sampai tak habis pikir, kalau yang sedang bertelepon dengannya adalah kakaknya sendiri. Wajar kalau itu kakaknya karena dia orang terdekat, tersering dalam membully kita. Kami tidak tahu apakah kakak Uriel cowok atau cewek, yang jelas dia seorang sadist.

..........................🙈🙈🙈......................

"Kuharap dia gak terlambat,"
"Tentu tidak tuanku. Dia akan segera kesini, saya sudah memberitahukan sekolahnya,"
"Bagus... aku gak sabar ketemu anak itu,"

Senyum sinis keluar dari mulut seorang lelaki yang sangat tampan, sedang duduk di sofa dengan memakai baju jas hitam, menyilangkan tangan dan kakinya. Ia terlihat sedang menunggu seseorang yang sangat ia nantikan.
Tiba-tiba dari depan rumah, bunyi sepatu seseorang yang sedang berlari terdengar sampai ke dalam rumah.

Bam!
"Leo! Untuk apa kau kesini?!"
"Jangan jahat begitu," kata lelaki itu sambil tersenyum lebar.
"Aku kesini hanya untuk bermain,"
"Bisakah kau hentikan candaanmu itu? Gak lucu!"
"Ooh jadi sekarang adikku sudah berani melawanku rupanya... boleh juga,"

Ya, dialah kakak yang dimaksud oleh Carl. Kakak Uriel yang sangat licik. Benar, ternyata ia sedang menunggu kedatangan Uriel yang terpaksa harus izin dari sekolah. Satu hal yang sangat aku herankan.

"Uriel, kau sudah dewasa rupanya, berani membawa wanita ke rumah ini?"
"Bukan," jawabku.
"Bukan? Padahal aku berharap sekali kalau kau pacarnya, jadi aku punya alasan untuk membully-nya,"
"Leo!"

Aku dibawa paksa oleh Uriel yang katanya aku akan menjadi saksi dan juga perwakilan dari sekolah Brightston. Alasan yang benar-benar tidak masuk akal. Tetapi sekolah tetap mengizinkanku.

Padahal sama sekali gak ada hubungannya saksi dengan bertemu kakaknya!

Pikiranku kacau setelah melihat kakaknya yang begitu berbeda dengan adiknya. Mereka seperti langit dan daratan.

"Jadi... namamu siapa?"
"Aku? Namaku Rika, Rika Ainsworth,"
"Hmm... kau cantik ya, cocok sama Uriel,"
"Kak!"
"Just kidding... btw, masa tamu mau kau biarin berdiri disini sambil bawa barangnya, aku tebak dia ingin menginap di hotel, 'kan? Lebih baik ditawarkan dirumah ini," kata kakaknya menawarkan.
"Lagipula jalan dari sini ke pusat kota lumayan jauh, di rumah ini juga banyak kamar kosong, lebih baik disini saja, lebih aman," lanjutnya.
"Um... gimana ya? Haha..." tawaku seraya menggaruk kepala.
"Disini malah gak aman, banyak serigalanya," sindir Uriel.
"Wush, jangan asal ngomong! Sudah anterin ke kamarnya, pilih yang bagus lho ya, jangan yang untuk laki-laki,"
"Iye tahu..." jawabnya sinis.

Aku bahkan belum menjawab, mereka sudah mengantarku ke kamar yang dituju. Berhubung aku sudah memberitahu bibiku kalau aku pulang waktu kegiatan selesai, tapi aku malah pulang sebelum waktunya. Aku pasti tak akan dijemput. Masih ada tiga hari lagi sebelum kegiatan selesai.

"Berarti selama tiga hari ini, aku harus tinggal disini?!" Pikirku.

Selama di rumah ini, aku harus berjaga-jaga. Kalau dilihat baik-baik, memang benar rumah ini penuh dengan serigala alias banyak laki-lakinya. Mungkin mereka bodyguardnya. Tapi semuanya, tampan dan badannya berbentuk. Aku pikir rumah ini sudah mirip rumah perkumpulan para artis atau aktor karena banyak yang good-looking.

Seraya ku berjalan di koridor lantai dua mengikuti Uriel, aku melihat gambar-gambar yang ada di dinding koridor. Ada beberapa gambar yang terlihat seperti foto model. Dan aku sangat terkesan dengan satu foto sampai membuatku berhenti melangkah.

 Dan aku sangat terkesan dengan satu foto sampai membuatku berhenti melangkah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Uwaa.... keren banget...."
"Ada apa?" kata Uriel mengejutkanku.
"Kyaa!! Kau kenapa sih?! Selalu membuat jantungku mau copot!"
"Habisnya kau ngelamun terus, jadi pengen usilin deh hehe,"
"Geh!"
"Trus, ada apa dengan foto ini?"
"Itu kau dengan... kakakmu?"
"Yap, itu foto dua tahun yang lalu, sebelum kelulusannya,"
"Nya?"
"Kakakku... oiya, kau sudah tahu namanya?" tanya Uriel meyakinkanku.
"Belum,"
"Namanya... Leonard Rayfold, dipanggil Leo, seorang aktor sekaligus model,"
"Wow! Pantas aja wajahnya begitu sangat tampan darimu,"
"Apa katamu?"
"Ahaha, lupakan,"

Aku hampir saja menyindirnya. Tapi, untung saja dia tak mendengarkan. Aku mengakui, kalau baik kakak maupun adik sama tampannya, mungkin hanya karena kakaknya lebih dewasa jadi penampilannya lebih gentleman dibanding adiknya. Kalau soal sikap dan perilaku, kedua-duanya setara.

Sampai di depan kamar yang letaknya di ujung koridor sebelah kanan, Uriel membukakan pintu layaknya seorang pegawai hotel. Sambil mengatakan "silahkan, tuan Putri", ia menyuruhku masuk ke dalam kamar. Ketika aku masuk, melihat kamar yang begitu sederhana tapi elegan membuatku tertarik. Kamar yang didesain modern menambah daya tariknya. Sepertinya aku akan betah tinggal disini sementara.

"Uriel, kamar mandinya di-...?"

Saat aku membalikkan badan, Uriel telah menghilang dari depan kamar. Aku pun mengintip dari belakang pintu yang sedang terbuka mengarah keluar. Kupikir dia baru saja pergi, tapi tidak ada satu pun orang di koridor. Aku yang mulai merinding langsung masuk ke kamar dan menguncinya.

"Rumah ini kalo ditinggal sendiri ngeri juga yaa," gumamku seraya menatap seisi kamar yang begitu luas untuk satu orang.

"Jadi dia kakaknya... di foto terlihat jantan sekali. Tapi waktu ketemu, dia seperti... seorang playboy yang genit," simpulku sambil menidurkan tubuh yang sudah kelelahan.

Sedangkan di bagian Uriel...

.........................🙈🙈🙈.........................

To be continued....
Chapter 6: Visitor (Part 2)

The Beauty ArchangelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang