Chapter 10: Love Interest

5.5K 417 10
                                    

"Ada apa denganmu, anjing penjaga? Menghalangi saja,"
"...?!"
"Raizen?"

Ekspresi Raizen berubah seketika ia menegur kami. Kesal karena perbuatan Raizen, Aaron bertanya apa yang terjadi dan apa masalahnya. Aku yang tersungkur di belakang Raizen pun juga bertanya-tanya ada apa dengannya. Tak lama, Raizen kembali pada dirinya sendiri.

"Ehem, maafkan atas kelancanganku, tapi keberadaanmu benar-benar membuatku muak,"
"Hoho, akhirnya sikap aslimu keluar juga. Sekarang kau punya inisiatif untuk membunuhku?"
"Tentu saja kalau aku memang diperbolehkan,"
"Hmph! Sombong sekali, tapi jujur aku gak ada niat buat bertarung denganmu. Aku juga gak nyangka bakal ketemu dengan "ketua" yang dirumorkan itu,"
"..."

Mendengar mereka berdua berbincang, aku bisa tahu kalau mereka sedang mempermasalahkan keadaan Raizen. Tapi, mengapa sejak mendengar Raizen menegur kami, perasaanku jadi semakin tak mengenakkan. Perasaan apa ini yang menyerangku?

"My Lady, untuk hari ini aku harus pass denganmu, lain kali aja!"
"...!"

Suara Aaron mengagetku yang terbawa lamunan. Aku lupa kalau Aaron masih ada di hadapanku.

"Tak ada lain kali untukmu!" kata Raizen.
"Tentu saja ada, karna yang mengincar tuan Putri bukan hanya aku saja," balas Aaron sambil tersenyum sinis.

Mendengar kata "bukan hanya aku saja", badanku semakin terasa dingin. Hawa apa ini? Hawa mengerikan ini, seperti ingin menyerang seseorang. Apakah ini wujud "itu"?

"Asal kau tahu saja, di luar sana masih banyak yang sepertiku sedang mengincar Rika. Berterimakasihlah padaku, karna aku sudah menahan diri dan membeberkan rahasia ini,"
"Bagiku itu sebuah ancaman,"
"Terserahlah, aku gak peduli caramu menanggapiku, tapi aku sudah memberimu peringatan agar selanjutnya kau bisa lebih berhati-hati,"
"..."

Aku dan Raizen pun saling bertatapan, bingung dan cemas mencampuri suasana yang begitu canggung. Aaron musuh kami, tapi mengapa dia menolong kami? Banyak sekali pertanyaan yang ada di pikiranku yang tak bisa ku keluarkan dengan kata-kata. Melihat kami berdua yang sepertinya tidak mengerti dengan penjelasannya, Aaron pun mulai mengangkat suaranya.

"Oke! Dengan begitu clear kan? Aku harus pergi. Jadi, sampai bertemu lagi..."
"Tu-"
"Oiya, untuk anjing penjaga, kuharap daritadi kau gak bergurau, berikutnya akan banyak halangan untukmu sebagai penjaga," pesan Aaron.
"Untuk Putri... semoga kemurnian hatimu gak termakan oleh keserakahan ego-mu," lanjutnya.
"Eh?"

Ada apa dengan pesan yang diberi Aaron. Diriku seperti ingin menghentikan perkataannya.

"Camkan perkataanku ini, kau akan selamanya terikat oleh hukum, selama ke tujuh dosa mematikan masih ada, kau akan selalu terpaut dan tak akan bisa lepas. Ini sudah menjadi hak dan kewajibanmu sebagai salah satu petinggi langit. Ini takdirmu,"

Seraya dirinya menghilang, tubuhku sangat gemetar ketakutan dengan apa yang akan terjadi selanjutnya. Seakan tubuhku menolak untuk kukendalikan. Raizen yang melihatku terduduk pucat di belakangnya, mencoba untuk menenangkanku dengan membawaku seperti gendongan Putri, dan memberiku teh hangat.

"Apa yang dikatakannya, lupakan saja,"
"...!"
"Dia hanya bercanda, jadi gak usah dianggap serius.  Lagipula, kau gak ada hubungannya dengan langit,"

*deg!*
Jantungku berdegup keras setelah mendengar kata yang terakhir diucapkan Raizen dengan senyuman kecil namun tatapannya kosong. Tatapan yang seakan-akan mengatakan "tak ada pilihan lain, tak akan kubiarkan". Kuharap Raizen tak mendengar degupan tadi. Tersipu malu, aku memeluk diriku yang diselimuti, sambil menyembunyikan ekspresi memalukan yang kubuat.

..........................💚💙💚........................

"Aku pulang!"
"Selamat datang kembali, tuanku,"

Suara Uriel menggema di seluruh ruangan membangunkanku yang tertidur. Kamar yang berdinding tipis ini bahkan bisa membuatku mendengar suara kecil yang dibuat dari luar dengan mudahnya.

"Tuan, ada sesuatu yang perlu anda ketahui,"
"Hm, apa?"

Bahkan suara pelan yang dibuat Raizen pun, terdengar olehku. Penasaran dengan perbincangan mereka, aku mencoba untuk menguping dari balik pintu.

"Kita kedatangan tamu yang menarik sekali,"
"Siapa?"
"Aaron Mordred,"
"Aaron?!"

Lagi-lagi suara Uriel yang keras membuatku terkejut dan membuatku menyenggol salah satu hiasan kamar hingga terdengar oleh mereka yang ada di luar.

"...!"
"Lebih baik kita bicara pelan-pelan saja tuan, jangan sampai membangunkan Rika,"
"Dia tidur?"
"Habis bertemu dengan Aaron, dia kelelahan sekali. Akhirnya kutemukan dia sudah tertidur di atas sofa,"
"Kamu gak ada ngapa-ngapain dia, kan!?"
"Tenang saja tuan, aku tidak tertarik dengan perempuan bego mirip dia,"
"Pffft"

Kudengar mereka membicarakanku yang hal buruk. Sepertinya aku akan mulai membenci mereka sedikit-sedikit karena sudah membicarakan hal buruk tentang dan di belakanganku.

"Jadi, ngapain Aaron kesini?" tanya Uriel penasaran.
"Dia sepertinya hanya ingin melihat Rika,"
"Cuma lihat?"
"Dia sama sekali tidak ada motif membunuh, dan dia hanya memberi warning,"
"Warning? Seperti apa?"
"Banyak yang mengincar Rika, bukan hanya aku. Berterimakasihlah karna aku sudah memberitahumu supaya kedepannya kau lebih berhati-hati, seperti itu,"
"Menurutku itu lebih ke ancaman dibandingkan saran,"
"Saya juga berpikir begitu,"

Raizen menjelaskan seluruh kejadian yang terjadi ketika Urie tidak ada. Mendengar penjelasan itu, Uriel terdengar kebingungan.

"Kita harus bagaimana tuanku?"
"Apa ada lagi informasi yang diberikan Aaron?"
"Dia tahu tentang kondisinya,"
"Dia tahu?! Terus, dia bilang apa?"
"Sebenarnya ini sebuah pesan untuk Rika, tapi tak sengaja aku dengar, jika Rika bisa melihat "itu" walau hanya sebentar,  itu adalah sebuah pertanda kebangkitan si juru kunci gerbang langit,"
"...!"

Uriel semakin cemas mendengar penjelas Raizen yang terasa semakin nyata. Aku pun semakin merinding mendengar kembali kata-kata itu. Apakah yang dia maksud "itu" adalah Zehel? Atau mungkin yang lain? Aku tak mau mengingat hal itu, tapi tak bisa aku hilangkan dari ingatanku. Seperti melekat dibenakku selama aku masih bermimpi tentang mimpi buruk itu.

"Kalau dia tahu tentang "itu", ada kemungkinan dia juga tahu kau, apa tebakanku benar?" Tegas Uriel.
"Um, sangat benar tuan, dia hampir membeberkan identitasku di depannya,"
"Jadi begitu rupanya. Kalau begitu, kau tingkatkan penjagaanmu dan jangan sampai dia tahu siapa kau sebenarnya,"
"Baik tuan,"

Mendengar perbincangan mereka, sepertinya pilihanku salah untuk menguping mereka. Perbincangan yang mereka lakukan menyangkut keselamatanku. Tapi perbincangan mereka membuatku penasaran karena daritadi mereka membicarakanku. Tiba-tiba Raizen bertanya tentang suatu yang tidak masuk akal untuk ditanyakan ketika keadaan sedang sangat seriusnya.

"Tuan Uriel,"
"Hm, apa?"
"Apa tuan tidak sengaja..."
"Tidak sengaja apa?"
"Punya perasaan terhadap Rika dalam artian lain, menyukai Rika?" Tanya Raizen blak-blakan.
"Hah?"

.........................💙💚💙.........................

Notes:
Teman-teman, untuk chapter ini kebanyakan percakapan semua, jadi maaf atas ketidaknyamanannya dalam membaca chapter ini, tapi sekali lagi thanks sudah baca chapter ini. Oiya sekalian aja, chapter ini ada kelanjutannya, jadi ditunggu yaa! 👋

To be Continued
Next Chapter: Love Interest (Part 2)

The Beauty ArchangelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang