Sekembali dari tower, aku sangat terkejut dengan keadaan seluruh tamu. Entah apa, suasana menjadi menyesakkan. Bulan sebentar lagi akan menjadi merah. Perlahan seluruh baju para tamu berubah seketika menjadi hitam mengikuti Bulan yang berubah menjadi merah. Aku pun tak sadar bahwa bajuku juga menjadi hitam.
"Jenderal Byron, apa yang terjadi?" bisikku.
"Sttt, dengarkan saja tuan Alden berbicara,"Aneh, ada sesuatu yang menggangguku. Sesuatu yang tak bisa aku simpulkan kalau aku tidak melihat ataupun merasakannya.
Tinggal seperempat bulan akan menjadi merah, sang ketua pun menaiki panggung dan suatu hal pun terjadi."Wahai tamuku, berdansalah di bawah The Velvet Moon. Mari kita mulai, acara tengah malam ini, diiringi musik Danse Macabre,"
Semuanya menari dialuni musik klasik Danse Macabre. Entah mengapa, ketika mereka berdansa, tak ada hawa kebahagiaan sekalipun. Apa ini? Apa yang menggangguku?! Musik ini, seperti mengikatku, menjeratku, mengurungku ke dalam sebuah penjara yang tak bisa disentuh siapapun. Ah, aku melupakannya. Danse Macabre sama dengan Dance of Death. Siapapun yang mendengar dan melakukan dansa ini, semua akan mati. Ingat kronologisnya Rika! Kamu pasti bisa! Oh, benar juga. Danse Macabre, prosesi dimana suatu kerangka manusia mengarahkan kerangka lain atau manusia hidup ke kuburan. Kenapa tak terlintas arti lagu itu. Pantas saja semua tamu tak memiliki hawa, mereka sekarang adalah mayat hidup! Tatapan mereka kosong dan tidak memiliki perasaan. Bagaimana ini, aku tak ingin hal mematikan lagi menimpaku. Tolong aku!
"Tenangkan dirimu, Rika,"
Suara pria tua yang telah lama tak kudengar, kini menggema lagi di kepalaku. Ia memintaku untuk tenang karena semua akan baik-baik saja.
"Trögeús Fœrgùs," gumamku.
Tanpa sadar mulutku bergerak mengatakan kata-kata itu. Aku bahkan tak tahu apa arti kalimat tersebut. Namun, satu hal yang dapat kupastikan. Aku terbebas dari ikatan musik kematian itu.
"Apa ini? Aku merasakan aura yang kuat sekali. Apa ada yang lolos dari mantraku?" kata Alden.
"Sepertinya ada, gadis itu, dia yang mengeluarkan aura besar tadi. Apa jangan-jangan dia," pikir Aaron.Kemudian perlahan, Alden turun dari panggung dan kulihat dirinya menuju ke arahku.
"Lepaskan topengmu, gadis kecil. Aku ingin melihat wajah aslimu," ujar Alden.
Tangannya mulai perlahan meraih wajahku. Namun seketika, sebuah bayangan hitam menutupi pandanganku terhadap Alden dan mendorong Alden dengan keras.
"Jadi ini yang dikatakan sebagai Penjaga yang Bijaksana dari Tanah Surgawi?"
Suara berat seorang pria yang melawan Alden terdengar. Ia memakai baju hitam laksana tentara yang gagah perkasa. Berdiri dengan tegap dan kuat menyatakan kalau dirinya bukan seseorang yang lemah.
"Siapa kau?! Ah, ternyata kau. Aku tak menyangka akan bertemu denganmu, Raizen!"
Ya, pria itu adalah Raizen. Ternyata dia juga terbebas dari belenggu musik itu. Aku terasa sedikit tenang karena ada dirinya.
"Jujur saja, kau tak pantas mendapat gelar penjaga bijaksana. Seperti inikah caramu untuk membunuh manusia?"
"Aku melakukan ini demi mencari keberadaan algojo, Merrick!"Merrick? Siapa dia? Pria ini bernama Raizen, mengapa Alden memanggil Raizen, Merrick?
"Tutup mulutmu, Alden. Tidak di depan Rika," tegur Raizen.
"Merrick, aku penasaran, kau tak memiliki tugas untuk melindungi gadis ini. Yang harus kau lindungi adalah sang algojo bukan dia. Ah, apa jangan-jangan gadis ini... "
"Diam, Alden!"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Beauty Archangel
Fantasy"Beautiful...but...dangerous, that's me. Aku tidak terlalu suka dengan keadaan disekitarku, mungkin karena aku sudah tahu semuanya, seperti sudah melihat masa depan" Bercerita tentang seorang siswi SMA yang selalu hidup menyendiri. Namun dalam kesen...