Chapter 13: Masquerade Ball (Part 2)

4.5K 327 5
                                    

"Bu-bukannya itu..."

Aku yang terkejut melihat sosok familiar, membuatku tak tahan ingin berteriak. Orang yang seharusnya aku hindari, muncul lagi di hadapanku.

"Para hadirin sekalian, saya, Aaron Mordred, akan menjadi pembawa acara kali ini. Sekarang, kita akan mendengarkan kata sambutan dari ketua panitia, Alden Willton, mari kita beri tepukan yang meriah!!!"

Suara tepuk tangan menggema ke seluruh penjuru ruangan. Aneh, mengapa hanya para panitia termasuk Aaron, yang tidak memakai topeng? Apa mungkin ada alasan lain di balik ini semua?

"Terima kasih karena telah hadir dalam acara yang aku impikan ini. Pesta ini dibuat untuk memperingati hari 100 tahun The Velvet Moon. Bulan dimana semua keajaiban akan terungkap,"

Terungkap? Apa yang terungkap? Keajaiban? Dari dulu aku tidak pernah tahu dan tidak akan pernah tahu, kalau bulan merah adalah pertanda baik. Aku sangat tahu itu. Karena aku selalu mendapat sial yang berupa darah setiap ada peringatan bulan itu. Entah mengapa, setiap peringatan tersebut, diriku seperti memberikan darah kepada bulan, banyak ataupun sedikit. Seperti telah direncanakan.

"Marilah kita menikmati hidangan yang telah disajikan dan berdansa bersama dalam Masquerade Ball !" teriak Alden mengakhiri sambutannya.

Jadi namanya Alden. Eh? Tunggu dulu, pria itu kan yang aku temui di taman. Jadi pria itu Alden. Kelihatannya muda kalau sudah sangat rapi seperti sekarang. Mungkin seumuran dengan Jenderal Byron. Sekitar 25 tahun ke atas. Tapi yang menjadi misteri sekarang, mengapa Tuan Alden bersama Aaron?

Ketika aku membalikkan badanku, tak sengaja aku menabrak seseorang. Aku pun terjatuh. Banyak yang melihat kami berdua.

"Apa kau tidak apa-apa? Maafkan aku, milady, "

Ketika ia mengatakan milady, aku pikir dia Jenderal Byron. Ternyata bukan.

"Um, harusnya saya yang minta maaf. Lagian, yang harus Anda khawatirkan sekarang adalah, baju Anda,"

Pria itu langsung menunduk melihat ke arah dadanya. Ternyata minuman yang ia pegang tumpah dan kena bajunya. Tapi dia malah mengkhawatirkan orang lain dari dirinya sendiri.
Tak lama para pelayan datang untuk mengajak pria itu ke ruang ganti. Mereka sudah menyiapkan jas baru. Aku pun tanpa sadar, ikut dengannya. Ketika sampai di ruang ganti, dengan santai nya ia mengganti baju di depanku.

"Um, maaf, bisakah Anda membalikkan badan Anda, saya tidak sanggup melihatnya," kataku sambil menutup mata dengan kedua tanganku.
"Oh aku juga maaf. Tapi sudah gak papa ko, aku sudah ganti,"

Ketika aku membalikkan badan, betapa takjubnya aku melihat postur tubuhnya yang atletis dan tinggi, six-pack dan tampan sekali. Tampan? Sepertinya aku mengenal orang ini lagi. Oh benar juga!

"Raizen?! Kamu ngapain disini?"

Memangnya aku mau ngomong seperti itu? Tentu saja tidak, aku sedang menyamar saat ini, jadi aku takkan membeberkan identitasku.

Setelah ia selesai mengganti baju, aku diajaknya kembali ke ballroom. Selama perjalanan, ia berbincang denganku.

"Milady, anda kesini dengan siapa?" tanyanya.
"Saya bersama seseorang. Kalau anda?"

Pastilah dia dengan Uriel. Tapi, aku sama sekali tidak melihat sosok Uriel di ballroom. Apa ia sesibuk itu kah?
Kami pun sampai di ballroom. Semua masih tetap berdansa.

"Saya sendirian, ah! terima Kasih telah menemaniku," kata Raizen.
"Tak masalah,"

Raizen langsung pergi menemui tamu yang lain. Aku pun ditinggal sendirian. Ia masih belum tahu kalau wanita ini adalah aku. Kemudian seorang pria menghampiriku dari sisi ruangan.

The Beauty ArchangelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang