Chapter 29: The Beauty Archangel

5.2K 325 12
                                    

"Rika kumohon, kembalilah ke dunia manusia."

Uriel yang merasa cemas mulai menggigit bibirnya dan mencengkeram lenganku. Apa yang akan terjadi selanjutnya, membuatnya merinding ketakutan.

"Rika, kumohon dengarkan aku. Aku gak mau terjadi apa-apa denganmu. Aku tahu aku egois tapi tolong jangan membuatku cemas lebih dari ini,"
"Berarti kamu menyuruhku untuk duduk diam dan hanya menonton seseorang yang kucintai diambang kematian? Aku gak terima itu!"
"Bukan begi-"
"Sudahlah! Kamu gak perlu mengurusku. Apa yang akan terjadi padaku adalah tanggung jawabku. Aku akan menyelamatkan orang lain, walau taruhannya adalah nyawa,"

Aku pun meninggalkan tempat itu sendirian, kemudian disusul oleh Aaron. Uriel terlihat putus asa karna tak bisa menghentikanku. Ramiel pun hanya bisa diam. Ia pun menghampiri Uriel yang tersungkur.

"Kau, aku tahu niatmu baik, tapi bisakah kau mengerti perasaan wanita?" ujar Ramiel.
"Tutup mulutmu Ramiel, aku melakukan ini bukan untuk kebaikanku, tapi untuknya,"
"Hm, tapi Uriel," Ramiel melirik Uriel dengan curiga. "Apa kau melihatnya sebagai Rika ataukah Riana?"
"...!"

Sontak Uriel terkejut mendengar kalimat itu keluar dari mulut Ramiel. Apa memang benar mata Uriel mengatakan seperti itu? Seakan melihat Riana di dalam diri Rika. Ramiel yang sudah tahu dari awal hanya terkikik kemudian berpamitan dengan Uriel. Ia berpesan untuk bersiap perang karna sebentar lagi, dentang jam akan terdengar sangat keras sampai terdengar di dunia manusia, menandakan sudah waktunya untuk perang malaikat.

Ramiel meninggalkan Uriel sendirian di dalam ruangan itu. Ia kemudian berlari mengejar Rika dan Aaron, takutnya mereka berpapasan dengan kelompok lawan. Namun sampai dentang jam itu berbunyi, Ramiel masih belum menemukan mereka.

"Mereka dimana sih? Dari tadi aku tak bisa menemukan mereka," kesal Ramiel.

Tak lama, dentang jam pun berbunyi. Sangat keras sampai membuat telingaku sakit. Aku dan Aaron melihat dari sisi Kerajaan, bahwa para malaikat sudah mulai berperang. Bahkan para penjaga gerbang juga ikut ambil alih.

Terlihat ratusan, tidak, ribuan malaikat terkujur kesakitan. Bunyi pedang yang bergesekkan terdengar. Teriakan malaikat yang berseru membela Archangel mereka. Merintih sakit dan air mata keji bercucuran. Awan-awan putih nan bersih, kini bermandikan lautan darah. Mungkin sudah banyak diantara mereka yang mati, ada juga yang sekarat. Tak kuat menahan luka namun mereka tetap mengangkat pedangnya. Perang ini mengakibatkan hujan hitam di dunia manusia, gempa, dan tsunami. Pastilah banyak manusia yang menjadi korban. Aku dan Aaron hanya melihat kejadian ini semua dari balik gerbang. Mataku mulai mencari kehadiran Uriel dalam perang itu. Hatiku gelisah ketika tahu ia terluka. Uriel sedang melawan Michael. Keduanya sama-sama menghunuskan pedangnya tanda kalau mereka siap untul duel.

*stab*
Pedang perak berlapiskan baja menusuk dada sang Archangel. Air mataku mulai bertetesan tanpa kusadari. Yang tertusuk tak lain adalah Uriel. Kakiku melemah dan tak sadarkan diri. Tanah yang kupijak runtuh. Aaron tak bisa menggapaiku yang ikut terjatuh. Sesaat aku pingsan total, sayap hitam dan awan hitam menyelimutiku. Tiba-tiba aku sudah di dunia lain.

...........................☁🌙☁.......................

"Aku dimana?"

Itulah yang kupikirkan ketika di dunia lain. Dunia antah berantah  yang putih tak ternoda.

Asap hitam mulai bermunculan. Memperlihatkan sosok yang paling aku kenal. Hanya melihatnya saja aku sudah merinding. Kakiku melemas. Dan aku tak bisa berbicara apapun.

Sosok berjubah hitam dengan sayap, dan pedang hitam yang persis dengan mimpiku.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
The Beauty ArchangelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang