Chapter 25: The Meeting

4K 296 7
                                    

"Ramiel, ada yang ingin kutanyakan padamu," ujarku sesaat melihat Ramiel yang berdiri di depan pintu gerbang kerajaan.

"Hm? Lebih baik bertanya nanti saja," Ramiel terlihat cemas. Entah kenapa ia gelisah tak bisa diam.
"Ada apa?"
"Kamu gak baca pesanku pagi ini?"
Aku menggelengkan kepala.
"Ya tuhan, ada rapat dadakan mengenai keturunan Ainsworth, kaum manusia yang memiliki kontrak darah dengan Raja kematian."
"!!!"

Tentang keluargaku? Kenapa harus diadakan rapat segala? Bukankah ini masalah pribadi antara manusia dan malaikat?

"Harusnya sih ini rahasia," ujar Ramiel. "Makanya yang nanti hadir cuma the Archangel dan Raja Langit. Oh, tentu saja tokoh utama dalam kasus ini, yaitu Raja Kematian sendiri,"
"dia datang?!"
"Tentu saja! Yang menawarkan kaum manusia itu untuk melakukan kontrak darah adalah dia sendiri. Jadi Raja Langit gak menyalahkan manusia itu."

Kupikir Raja Langit akan menghukum keluargaku. Tapi, mungkin karena Raja Langit masih sayang dengan manusia, jadi dia memilih untuk memihak manusia.

"Speak of the devil..."

Ramiel kemudian menunjuk ke arah pintu gerbang. Tadi selama kami berbincang, kami sudah berjalan setengah perjalanan menuju ruang rapat. Seseorang turun dari kereta kuda yang bagiku adalah horor sekali. Kereta kuda itu dikusir oleh seorang malaikat maut. Dengan ukiran gothic di sisi keretanya, mengantarkan seseorang yang barusan kami bicarakan.

"Yang Mulia, Zehel. Selamat datang di Kerajaan Langit."

Sapa seluruh pelayan kerajaan yang berada di sekitar situ. Raja yang kupikir sama rupanya dengan malaikat maut, ternyata turun dari kereta sebagai manusia tampan. Bajunya juga terlihat manusia. Apakah dia baru dari dunia manusia?

"Hm, biasanya dia memang memakai baju manusia setiap kali berkunjung ke dunia. Tapi kalau enggak, ya dia juga memakai wajah manusia kalau ke Kerajaan Langit. Soalnya dia bukan dari Kerajaan jadi dia tidak memiliki semacam aura yang membuatnya bisa memakai wujud aslinya." jelas Ramiel.

Saat Raja kematian itu hampir mendekati kami, ia melihat kami dengan santainya.

"Memangnya wujudnya harus lelaki tampan ya?" sindirku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Memangnya wujudnya harus lelaki tampan ya?" sindirku.
"Hm, kan dari sananya sudah tampan, Raja kematian itu." jawab Ramiel.
"Hah?"

Melihat kami berdua saling bercanda, Zehel hanya tersenyum kecil.

"Ayo masuk. Bukankah kalian salah satu dari the Archangels? Nanti kalian terlambat."

Bagaimana dia bisa tahu? Padahal ini baru pertama kali mereka menatap satu sama lain secara langsung. Tapi memang benar, mata Zehel tak bisa ditipu, walaupun itu hanya kebohongan kecil.

Ketika memasuki ruang rapat, terlihat banyak sekali malaikat dengan karakteristik yang berbeda, duduk sesuai nama yang terukir di kursi itu. Seperti biasa, Michael dan Gabriel duduk tepat di kanan kiri sang Raja Langit. Ngomong-ngomong, meja yang digunakan adalah meja persegi panjang. Jadi mirip seperti meja makan. Susunan tempat duduknya pun zig-zag. Tempat dudukku tepat di hadapan Raphael. Ia hanya tersenyum kepadaku ketika aku meliriknya. Ia tak tahu kalau aku mengetahui semuanya. Sedangkan Ramiel, tempat duduknya sedikit jauh di ujung, hampir dekat dengan Raja Kematian. Raja Langit dan Raja Kematian duduk di ujung-ujung meja dan berhadapan satu sama lain. Keadaan pun mulai terlihat lebih menegangkan dari sebelumnya.

The Beauty ArchangelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang