Grrrrr~
Bunyi suara perutku di pagi hari membangunkanku. Aku lupa kalau aku belum makan malam kemarin akhirnya besok paginya kelaparan. Aku juga berada di rumah Uriel, bukan di rumahku, jadi keadaan sedikit lebih awkward."Ada makanan gak ya?"
Uriel tak ada menjelaskan tentang denah rumah ini, aku hampir tersesat selama 15 menit mengelilingi seisi rumah.
"Salahnya Uriel! Duluan lari sebelum aku nanya! Gini kan jadinya, kesesat gak tau kemana dapurnya," gumamku.
Di koridor tidak ada satu pun orang, padahal pelayannya banyak. Rumah ini, walaupun dibilang luas pun, tidak akan cukup, karena mereka masih memiliki halaman belakang yang seluas lapangan golf. Rumah ini juga memiliki kolam berenang dalam dan luar. Lalu, mereka juga punya kebun bunga yang begitu luas dengan dipenuhi berbagai macam bunga yang berwarna-warni.
"Wow!!"
Mengagumi keindahan rumah ini, aku mendengar beberapa langkah seseorang. Ketika aku menoleh kiri dan kananku, tidak ada siapa-siapa. Aku langsung bergegas ke arah kamarku tanpa menatap jalan.
Bruk...
Tanpa sengaja aku menabrak seseorang, seperti waktu itu."Kenapa serasa deja vu?" Pikirku.
"Kau gak apa-apa?"
Suara seorang lelaki yang terdengar sangat berat ada di depanku, menawarkan tangannya yang besar untuk membantuku berdiri."Kyaa!!"
Seorang lelaki yang berpenampilan telanjang dada membuatku terkejut dengan penampilannya."Kenapa berteriak?" kata pria itu.
"Baju! Bajumu!"
"Ah... gak ada pilihan lagi, kamar mandinya hanya satu, disana," kata pria itu sambil menunjuk arahnya.
"Jadi disitu rupanya!"
"Ada apa? Kau tersesat?"
"Yaa begitulah... sekarang aku mau ke dapur, cari makan, tapi gak tahu dapurnya dimana,"
"Kalau dapur, 'tuh kau lihat belokan disana, belok aja, itu tangga, trus kau jalan ke bawah tangga, belok ke kiri, nah disitu ada tulisan dapurnya," jelas pria itu.
"Ah terima kasih banyak,"
"Tunggu dulu, kalau kau tamu harusnya kau tinggal menunggu pelayan untuk memanggilmu. Untuk apa kau bersusah payah untuk membuatnya?"
"Apa?"
"Disini makanan sudah disediakan, kita tinggal makan saja, bertindaklah sebagai tamu terhormat disini,"
"...."
"Pria ini kenapa sih?" Gumamku.Pria itu langsung menundukkan kepalanya dan kembali pergi. Aku terkejut melihat pria setampan itu hanya berkeliaran dengan baju terbuka, seperti dalam rumahnya.
"Dia gak mungkin kakak Uriel yang lainnya... apa mungkin dia juga tamu?"
Karna kepikiran terus dan malah tambah bingung, akhirnya aku memutuskan untuk kembali ke kamar dan menahan rasa laparku untuk beberapa saat. Aku yang masih bingung, ada berapa banyak lelaki yang ada di rumah ini, sampai mengingat perkataan Uriel waktu itu.
"...banyak serigalanya,"
Untuk sekarang, aku harus bisa jaga diri dulu. Baru jika aku sudah akrab dengan semua, aku boleh bersantai sejenak.
.......................😺😺😺......................
Sarapan pun sudah selesai. Di meja yang seluas 12×5 meter ini, hanya sekitar sepuluh orang yang makan, termasuk aku dan Uriel. Ketika suasana makan, benar-benar sunyi, tak bersuara. Kami pun tak ada yang mau mengungkit suatu topik. Walaupun kakak Uriel, Leo, terlihat sangat friendly, tapi dia juga kelihatan sangat misterius. Pria yang tadi aku tabrak juga ada, makan bersama kami.
"Benarkan... dia tamu," gumamku.
Akhirnya Leo menaikkan suasana hening itu.
"Uriel, hari ini kau belanja bersama kelinci imut ini,"
"Hah? Kau jangan seenaknya ngatur-"
"Anggap saja itu souvenir dari keluarga Rayfold," kata Leo memotong.
"Berbelanja?" tanyaku heran.
"Yap, kau juga akan ditemani Raizen, 'kay?"
"Cih! Terserah!" jawab Uriel yang langsung pergi dengan muka kesal.
"Kuharap kau bersabar saat bersamanya, Rika," kata Leo sambil tersenyum kaku.
"...."Aku hanya terdiam ketika dikata seperti itu. Jika seseorang mengandalkanku, aku tak bisa menolak. Akhirnya dengan muka kesal, Uriel menemaniku berbelanja apa yang aku mau. Tak lupa bersama dengan Raizen yang katanya adalah bodyguard pribadi Uriel.
"Uriel gak pernah bilang kalau dia punya bodyguard pribadi," pikirku heran seraya mengernyitkan dahi.
"Nah, sekarang kau mau beli apa?" tawar Uriel.
"Hmm, mungkin pakaian,"
"Oke, kalo gitu kita ke toko sana aja,"
"Toko sana?"Uriel menunjuk ke sebuah toko yang seperti kastil, itu benar-benar membuatku terkejut. Padahal di daerah ini, jarang ada toko besar. Toko ini pun, bukan sekedar toko pakaian biasa, malah seperti mall khusus pakaian.
"Ini toko atau kastil sih?" kataku terkagum sampai mulutku menganga.
"Hah? Ini? Toko kok, punya keluarga, jadi jangan sungkan-sungkan buat milih,"
"Beneran gak papa nih?"
"Ingat kata Leo? Anggap ini souvenir dari kami, jadi semua barang yang ada di toko ini gratis khusus untukmu,"
"Wah~ emang orang tajir,"
"Apa?"
"Ah... gak papa kok, ayo kita masuk!"Seraya ku memasuki toko, aku teringat satu hal.
"Raizen? Oiya, Raizen mana? Bukannya dia yang mengawalmu?
"Raizen? Dia disana, menunggu kita," tunjuk Uriel."Hmm?"
"Ada apa?"
"Pria itu kan... ah! Yang tadi nabrak aku!"
"Apa?"
"Dia! Cowok yang telanjang dada!"
"Telanjang dada?!"
"Oops!"Lagi-lagi aku keceplosan. Gara-gara itu, aku langsung membenarkan kesalahpahaman Uriel. Awalnya dia tak percaya, tapi mendengar kelanjutan ceritaku akhirnya ia mengerti. Aku juga terkejut ketika mendengar kalau Raizen adalah mantan Yakuza yang jago beladiri. Tak kusangka ia mau bekerja dengan keluarga Rayfold.
"Berjaga-jagalah... salah satu dari ketua penjaga gerbang ada di dunia manusia dan mengincarmu, terlebih lagi, ia berada dekat denganmu, berusahalah untuk bersembunyi darinya,"
Suara itu lagi. Suara yang memberitahuku jika ada hal yang tak berkenan. Kali ini apa yang ia maksud aku tak mengerti.
"Ketua penjaga? Didekatku?" Pikirku.
Aku mencoba untuk berpikir keras dengan apa yang dimaksud bisikan itu. Akal sehatku mulai berjalan tidak baik, aku cemas, dan aku takut. Apa yang mereka ingin cari di diriku?
.........................🐱🐱🐱......................
KAMU SEDANG MEMBACA
The Beauty Archangel
Fantasy"Beautiful...but...dangerous, that's me. Aku tidak terlalu suka dengan keadaan disekitarku, mungkin karena aku sudah tahu semuanya, seperti sudah melihat masa depan" Bercerita tentang seorang siswi SMA yang selalu hidup menyendiri. Namun dalam kesen...