Vampir. Manusia. Manusia lagi. Anak dewa? Oh, Demigod? Tidak, itu vampir. Vampir lagi dan lagi. Manusia dan vampir. Itulah hobi seorang gadis berusia tujuh belas tahun bernama Lara Arletta--menebak spesies apa yang ada di sekitarnya.
"Aku tidak bisa membayangkan ada demigod di dunia ini. Kemungkinan terbesar yang akan terjadi padaku adalah: dikutuk oleh Dewa Zeus karena membuat onar dengan anak para dewa dan dewi," ucap Lara pada dirinya sendiri ketika melewati seorang gadis seusianya yang dia sebut anak dewa garis miring demigod.
"LARA!" Seseorang memanggilnya, dia menoleh ke belakang untuk melihat siapa yang memanggilnya. Orang itu adalah Natasha, tetangga sekaligus satu-satunya orang yang mau berteman dengan Lara. Natasha memanggilnya dari dalam mobil yang dikendarai oleh kakaknya.
Mereka sudah saling mengenal sejak masih kecil; rumah Natasha berada di seberang rumah Lara. Keluarga mereka termasuk aneh di mata orang kebanyakan karena tidak suka bersosialisasi dengan orang lain, terutama Mrs. Delova dan Theo, ibu dan kakaknya Natasha.
Natasha di mata Lara adalah seorang gadis baik, ramah, dan mudah bergaul. Dia juga sangat cantik dengan rambut pirangnya yang panjang. Sedangkan kakaknya--Theo--dingin, cuek, susah bergaul, berbanding terbalik dengan Natasha. Theo juga lumayan tampan dengan rambut hitam kecokelatannya.
Awal mereka bertemu, Lara mengira keluarga Delovo adalah keluarga vampir yang entah bagaimana caranya bisa tinggal di komplek perumahan manusia. Dan ternyata dia salah; keluarga Delovo adalah manusia, bukan vampir.
Sistem nama di sini berbeda dan unik; untuk manusia dan vampir ada perbedaan pada nama marganya.
Vampir memiliki marga yang berakhiran dengan huruf konsonan atau huruf vokal selain A dan O, seperti Moretz, Januzaj, Gomez, Dobrev, dan masih banyak lagi.
Manusia memiliki marga yang berbeda untuk pria dan wanita pada akhir marganya. Huruf O untuk pria dan huruf A untuk wanita. Seperti Arletta dan Arletto, Delova dan Delovo.
"Kau ingin ikut? Satu kursi kosong tersedia untukmu," tawar Natasha dengan ramah seperti biasanya.
Meskipun ayahnya adalah seorang guru, Lara lebih suka berangkat ke sekolahnya dengan sepatu roda kesayangannya. Well, tidak seperti namanya "sepatu roda", sepasang sepatu ini tidak memiliki roda, lapisan bawahnya datar dan cara menggunakannya adalah dengan menyeretnya. Lalu, sepatunya akan berjalan dengan mulus.
Sebenarnya Lara mau saja menerima tawaran dari Natasha, tetapi melihat sikap Theo yang hanya memandang ke depan dengan tatapan kosong membuat Lara enggan untuk menerimanya.
"Tidak, deh, terima kasih. Aku sedang menikmati waktu berdua dengan sepatu kesayanganku."
"Oh, oke." Natasha tertawa mendengarnya, tawa yang menghiasi wajahnya membuat Natasha lebih dari sekedar cantik. "Sampai bertemu di sekolah."
Belum sempat Lara membalas lambaian tangan Natasha, mobil yang dikemudikan oleh Theo langsung melaju dengan cepat meninggalkan Lara hanya berdiam diri di tempat.
"Orang itu ..." Lara bergumam dengan lumayan keras karena geram dengan Theo dan sikapnya yang dingin.
Jarak antara perumahan yang Lara tinggali dengan sekolahnya yang terletak di pusat kota memang lumayan jauh, oleh karena itu beberapa orang--manusia dan vampir--memilih untuk mengendarai kendaraan pribadi mereka atau dengan trem, bus, dan kereta api yang melaju secepat kilat.
Tetapi tidak berlaku bagi Lara. Walaupun selalu diajak Mr. Arletto (as known as her father) untuk berangkat bersama dengan Nico-adiknya-menggunakan mobil mereka, Lara selalu menolaknya dan memilih berangkat sendiri dengan sepatu roda-tanpa-roda.

KAMU SEDANG MEMBACA
Mystique Forest
Bilim Kurgu[SUDAH DITERBITKAN] Di masa depan, teknologi semakin maju. Para ilmuwan menciptakan penemuan baru yang barangkali dinilai mustahil oleh peradaban manusia terdahulu. Salah satunya adalah manusia yang dapat hidup berdampingan dengan makhluk penghisap...