#29 Meet Werewolves

23.7K 2.8K 10
                                    

Lara memerhatikan Theo yang sedang berlatih ketangkasan dengan para werewolf di aula utama dari balkon lantai atas. Rupanya Theo sudah dapat beradaptasi, pikirnya. Selama ini Lara berpikir Theo merupakan tipe orang yang kesulitan untuk beradaptasi dan melihatnya dapat bergabung dengan para werewolf membuatnya senang.

"Theo itu teman kecilmu yang tinggal di seberang rumahmu, ya?" Stella berdiri di samping Lara dan mengikuti arah pandangnya.

"Kau dan Steve?" Lara teringat saat Stella mengamit tangan Steve dan dia dapat melihat ada yang berbeda dari cara Stella menatap Steve dan begitupun sebaliknya.

"Ceritanya panjang...," Stella menghebuskan napas panjang. "Mau mendengarnya?" Lara mengangguk menatap sepasang mata dengan iris coklat milik Stella.

***

Saat itu, Stella yang masih berusia 13 tahun bersama ibunya, Bibi Carissa, baru saja pulang dari rumah keluarga Arletta di Buitenville. Di tengah perjalanan menuju Texado, Bibi Carissa menghentikan mobil mereka karena melihat seorang gadis berdiri di pinggir Jembatan Holobridge.

"Tunggu di dalam mobil, ya," perintah Bibi Carissa pada anak semawatawayangnya, Stella dan ia hanya menurut seraya memerhatikan tiap langkah yang diambil ibunya.

Dengan langkah terburu-buru, Bibi Carissa menghampiri gadis itu. "Kau kenapa?" tanyanya sambil mengusap bahu sang gadis.

Gadis itu tidak menoleh pada Bibi Carissa, pandangannya lurus ke depan, ke arah sungai yang berkelok membelah Buitenville. Tangannya mencengkeram pembatas jembatan yang terbuat dari besi berwarna perak.

Bibi Carissa menoleh ke belakang-memastikan bahwa Stella baik-baik saja di dalam mobil-lalu saat berbalik, dirinya langsung tersentak mendapati gadis yang berdiri di hadapannya kini menatapnya tajam dengan taring yang keluar di antara sudut bibirnya.

Gadis itu memiringkan wajahnyanya dan tersenyum tipis, sorot matanya penuh dengan tatapan meremehkan. Bibi Carissa mundur beberapa langkah, sedangkan gadis itu tetap diam di tempatnya semua. Bibi Carissa kemudian mundur dengan cepat dan hendak membuka pintu mobilnya.

Stella menjerit begitu tubuh ibunya dicengkeram gadis itu dengan kuat. Gadis itu berpindah tempat dengan sangat cepat, bahkan gerakannya tidak dapat ditangkap oleh mata manusia normal. Dengan sekali hentakan, dihempaskannya tubuh Bibi Carissa ke jalanan beraspal tepat di depan mata Stella.

Stella terus menjerit, tidak tahu apa yang harus dilakukannya. Pintu mobilnya terkunci otomatis saat ibunya keluar mobil.

Gadis itu mendekati Bibi Carissa dengan gerakan yang halus tapi mematikan. Tanpa berbasa-basi, ditusuknya leher Bibi Carissa dengan giginya yang tajam.

Stella sadar bahwa menangis bukanlah jalan keluar, sebuah tangisan tidak dapat menyelamatkan nyawa ibunya dari pembunuh itu. Yang Stella lakukan adalah terus membunyikan klakson mobilnya dan berteriak meminta tolong, berharapa sebuah mobil lewat atau ada yang mendengarnya dan menolong mereka.

Di depan mata Stella langsung, gadis yang disebutnya pembunuh itu berdiri dan menghapus noda darah di mulutnya menggunakan lengan bajunya. Matanya membelalak dan air mata Stella menetes saat dia melihat ibunya tergeletak tak berdaya di tengah jalan dengan bekas darah di lehernya.

Stella menelan ludahnya dan berhenti menekan klakson mobil ketika gadis itu meliriknya dengan seringaian khas seorang pembunuh. Dengan santai, gadis berjalan dengan langkah yang bisa dibilang elegan bak model ke arah Stella dan senyuman licik terukir di wajahnya.

Gadis itu terus mendekat dan mendekat ke arahnya, membuat napasnya tercekat melihat maut telah di depan mata. Stella menjerit lagi saat gadis itu membuka pintu dengan satu tarikan hingga terlepas, lalu melemparnya ke laut. Pintu mobilnya terbuka. Dengan sekali gerakan, gadis itu menarik tubuh Stella dengan penuh paksaan dan menyenderkan tubuhnya pada kap mobil.

Mystique ForestTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang