Seorang pria jangkung berdiri membelakangi Lara yang berada di ambang pintu. Mungkin dia pelatih pusakanya, pikir Lara. Dia sedang fokus dengan tab yang berisi identitas para peserta tes pusaka tahun ini.
"M-mm ... Hai? Selamat pagi," ujar Lara canggung, pria jangkung itu membalikkan tubuhnya menghadap Lara.
"Grant Daniello," katanya memperkenalkan diri dengan mengulurkan tangan kanannya pada Lara. Lara menyambut jabatan tangan dengan ragu. "Kau pasti Lara Arletta?"
"Sebaiknya kau menaruh jaket dan tasmu di kursi itu," kata Grant yang lebih menunjukan ke sebuah perintah untuk Lara dan dia hanya menurutinya. "Silakan masuk ke ruang dimensi."
"Apa?"
Grant menunjuk dengan sopan sebuah pintu yang terbuat dari besi atau semacamnya yang dicat berwarna putih. Lara mengira pintu itu akan mengantarkannya ke toilet karena letaknya yang berada di pojok ruangan.
Lara memasuki ruang dimensi—sebuah ruangan yang gelap gulita tanpa penerangan sedikit pun—dan dia mendapati bahwa dirinya pusing dan mual setelah memasuki ruangan ini, Lara menahan dirinya agar tidak muntah yang akan menggagalkan tes pusaka pertamanya.
"Apa yang harus kula—"
Pintu ruang dimensi tertutup. Lebih tepatnya ditutup oleh Grant atau mesin yang dikendalikannya.
"Oh, sial," umpat Lara begitu menyadari jika dirinya sendirian di ruangan ini, tentu saja, pikirnya. "Pelatih macam apa itu? Meninggalkan anak didiknya sendirian."
"Sebaiknya kau tidak berbicara kasar karena aku dapat mendengar dan melihatmu dengan jelas dari monitor." Entah berasal dari mana suara itu, tetapi Lara tahu siapa sumber suaranya.
Sialan!
"Dan juga jangan mengumpat dalam hati. Aku tahu isi pikiranmu."
Grant benar-benar membuat Lara diam tak berkutik, dia hanya berdiri di ruangan gelap itu. Sendirian.
Kemudian, segalanya berubah dengan cepat sehingga sulit untuk ditangkap mata manusia. Lara sudah berada di tengah tanah lapang tandus—yang sangat kering sehingga permukaan tanahnya pecah-pecah—dalam sekejap.
"Lho? Aku berada di mana?" Lara tidak tahu mengajukan pertanyaan itu pada siapa, mungkin lebih ke dirinya sendiri. "Grant? Grant Daniello?"
Tak ada suara.
"Apa aku harus berkata kasar dulu baru kau akan muncul?"
Tetap tak ada suara, Lara masih berada di tanah tandus. Sekali lagi ... sendirian.
Sial, dia tidak terpancing!
Lara melihat ke sekitarnya; tetap sebuah tanah tandus yang sangat kering, membuat Lara berpikir jika tidak pernah turun hujan di tempat ini. Tidak ada awan yang menggumpal di langit, hanya matahari yang sinarnya sangat terik dan mampu membakar kulit Lara.
Tanah tandus ini tak berujung, tak ada air, tak ada pohon, tak ada tanda-tanda kehidupan. Sial, aku akan mati muda kalau seperti ini, pikirnya.
Lara bergeming saat sebuah badai katrina muncul dari kejauhan. Jantungnya berdetak lebih cepat dari seharusnya, mungkin sebentar lagi akan melompat ke luar dari tubuh Lara.
Ini pasti bukan Nico, dia tidak ada di sini. Ini pasti ulah Grant!
Badai katrina itu semakin dekat dan dekat hingga hanya berjarak sepuluh meter dari tempat Lara berdiri dan dia melangkahkan kakinya ke belakang—menjauhi badai—tetapi Lara tidak bisa melawan badai itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mystique Forest
Fantascienza[SUDAH DITERBITKAN] Di masa depan, teknologi semakin maju. Para ilmuwan menciptakan penemuan baru yang barangkali dinilai mustahil oleh peradaban manusia terdahulu. Salah satunya adalah manusia yang dapat hidup berdampingan dengan makhluk penghisap...