Jika dua hari yang lalu Lara berpikir tidak ada yang membuatnya merasa kecewa dan payah pada dirinya sendiri karena gagal menyelesaikan tes pusaka pertamanya, maka hari ini dia berpikir tidak ada yang membuatnya merasa bangga dan puas akan hasil tesnya yang diperolehnya.
Lara tersenyum melihat tumbuhan di sekitar area sekolahnya, mereka semua berwarna dan berseri seperti suasana hatinya saat ini.
Dan orang pertama yang ingin Lara beritahu tentang hasil pusakanya adalah Nico, dia pasti akan tercengang mendengarnya, pikir Lara. Dia tidak peduli tentang peraturan dilarang memberitahukan orang lain hasil tes pusaka. Toh, hasilnya akan keluar secepatnya. Cepat atau lambat Nico akan mengetahuinya.
"Hai, Lara." Natasha datang dengan wajah yang sumringah. "Sudah lama kita tidak berbicara. Apa kabar?"
"Aku baik, baik sekali, sangat baik."
Alis Natasha berkerut dan dia tersenyum ingin tahu. "Kau terlihat sangat ... senang."
Lara membuka mulutnya dan berniat untuk memberitahu Natasha tentang hasil tes pusakanya, tetapi dia langsung mencari jawaban yang lain--Lara tidak boleh memberitahu Natasha, dia tidak dapat dipercaya. "Aku senang karena cuaca hari ini cukup cerah, tidak seperti kemarin."
"Oh, aku juga." Sorot mata Natasha menunjukkan tanda kekecewaan, dia memeluk buku-buku tebal yang dibawanya. "Sepertinya aku harus ke perpustakaan untuk mengembalikan buku-buku ini." Natasha menginggit bibir bawahnya dan tersenyum tipis. "Sampai jumpa, Lara."
Lara membalas senyuman Natasha. Dia aneh, pikirnya.
Melihat cuaca yang cerah dan tumbuhan yang berseri membuat Lara ingat dengan pusakanya. "Mengapa aku tidak ke pantai saja? Aku bisa mencoba pusakaku," gumam Lara pelan.
Tanpa pikir panjang lagi, dia melangkahkan kakinya menuju Pantai Stellian, pantai terdekat di pusat kota yang terkenal dengan ombak ganasnya.
°°°
Seperti dugaan dan insting Lara, ombak di Pantai Stellian tidak seganas biasanya saat matahari bersinar terik.
Mungkin instingku mulai bekerja dengan baik dan aku bisa mengandalkannya, pikirnya kemudian Lara melemparkan pandangannya ke sekelilingnya, beberapa orang hanya berjemur santai, membuat rumah pasir yang klise, membuat tattoo, mengepang rambut, meminum kelapa, dan masih banyak kegiatan lainnya yang tidak menarik minatnya.
Lara bukan tipikal cewek yang suka berjemur; menurutnya membosankan harus diam di tempat sambil menikmati sinar matahari.
Membuat pasir? Oh, tidak. Aneh. Mungkin seru saat Lara masih kecil, tetapi dia sudah besar sekarang. Sudah tujuh belas tahun.
Membuat tattoo? Lara bergidik melihat tampang seorang cowok yang kesakitan ketika pergelangan tangan kanannya ditusuk jarum. Lagipula, Lara yakin ayahnya akan mengulitinya jika ada tattoo yang terukir di kulitnya.
Mengepang rambut? Boleh juga. Tetapi Lara ingat tujuannya ke pantai bukanlah untuk bersantai menikmati menikmati angin sepoi-sepoi dan suara ombak.
Ombak.
Lara tersenyum lebar saat melihat beberapa orang berselancar di atas ombak yang sedang, tidak seganas hari-hari biasanya atau ombak buatan di ruangan dimensi.
Berselancar asik juga.
Lara menitipkan tas, sepatu, dan jaketnya pada tempat penyewaan papan selancar yang tersedia di Pantai Stellian. Dia harus merogoh kocek yang lumayan dalam untuk menyewa sebuah papan selancar bercorak ombak biru dan putih.
Sebenarnya Lara tidak pernah berselancar dan tidak tahu cara berselancar, jadi dia hanya mengikuti orang-orang di sekitarnya yang sedang berselancar.
![](https://img.wattpad.com/cover/73183257-288-k728963.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Mystique Forest
Science Fiction[SUDAH DITERBITKAN] Di masa depan, teknologi semakin maju. Para ilmuwan menciptakan penemuan baru yang barangkali dinilai mustahil oleh peradaban manusia terdahulu. Salah satunya adalah manusia yang dapat hidup berdampingan dengan makhluk penghisap...