#20 Waves Attack

28.3K 3.1K 23
                                        

Lara baru menyadari kesalahannya yang selalu menyepelekan Kelas Filosofi dari awal. Dia baru menyadari keuntungan belajar berpikir kritis, seperti cara bagaimana memecahkan masalah pembunuhan misterius yang meneror warga di Buitenville.

Dan juga saat Lara membaca buku The Theory of Water, bahasa yang sangat ilmiah membuat Lara sedikit kesulitan untuk memahaminya. Teori dan teori.

"Bagaimana? Kau sudah menyelesaikan membaca bukunya?" tanya Grant dengan tangan yang melipat dan menyenderkan punggungnya pada senderan kursi, memandangi Lara yang serius membaca bukunya.

Lara mengangkat bahunya dengan tidak antusias. "Aku bahkan belum sampai di pertengahannya, susah sekali memahami setiap katanya."

Grant terkekeh mendengar suara parau yang keluar dari mulut Lara. "Sebenarnya aku sependapat denganmu,"

"Tapi?" Lara menumpu dagunya dengan tangan kanannya, menunggu ucapan lelaki di hadapannya.

"Tapi kau akan merasa beruntung telah membaca buku itu saat selesai membacanya. Banyak hal tentang sifat air yang tidak semua orang atau bahkan semua pengendali air yang tahu."

"Oke, aku akan membacanya sampai habis." Lara memasukkan buku itu ke dalam ranselnya. "Ayo, katanya kau mau memberiku tantangan lagi? Kau tahu, kemarin aku berlatih dengan ayahku dan itu luar biasa!"

"Oh, aku tidak meragukannya. Kau dan ayahmu adalah tim yang solid," ujar Grant sembari mengotak-atik komputer di mejanya.

Lara bangkit dari duduknya dan berjalan ke dalam ruang dimensi yang gelap gulita.

"Siap?" terdengar suara Grant dari ... entah-dari-mana.

"Siap." jawab Lara dengan sangat yakin.

Lara mengetuk-ngetukan kakinya pada lantai ruang dimensi. Biasanya, proses pengalihan ke 'arena' pusaka tidak selama ini. Hanya membutuhkan waktu beberapa detik.

Lama kelamaan suara ketukan kaki Lara berubah seperti dia mengetukan pada sebuah batu yang keras. Lara juga mendengar suara semilir angin yang menyapu rambutnya.

Lara yang tadinya tidak dapat melihat apapun karena ruangan dimensi yang gelap, kini dia dapat melihat keadaan di sekelilingnya.

Bukan sebuah ruangan dimensi lagi, melainkan Lara sedang berdiri di atas tebing batu berukuran sedang di tengah ombak laut yang ganas.

"Grant, sudah berapa kali kau mencoba membunuhku, huh?" suara Lara memang kalah dengan suara ombak, tapi dia yakin Grant dapat mendengarnya dan sedang tertawa sadis menyaksikan Lara yang lagi-lagi nyawanya berada di ujung tanduk.

Awan putih yang tadinya berkumpul di langit dengan cuaca yang cerah kini berubah menjadi awan mendung yang gelap disertai petir yang mendominasi hiasan langit dan hujan deras yang membasahi tubuh Lara.

Lara yang masih bingung dan setengah sadar harus merasakan ombah ganas menghempaskan tubuhnya. Beruntung kedua tangannya sempat memegangi tebing berbatu sehingga dia tidak jatuh ke laut.

Dan, tubuhnya sekarang menggantung di sisi tebing. Lara menarik dirinya ke atas tebing dengan sekuat tenaga.

Tunggu, ada sesuatu yang aneh, pikir Lara memegangi pinggangnya. Sebuah tali tambang melingkar di pinggangnya. Segera Lara mengaitkan ujung tali pada tebing.

Dengan begini, pasti meminimalisir kemungkinan aku terjatuh, pikir Lara tersenyum tipis. "Grant, sekarang beritahu apa yang harus kulakukan karena aku bersumpah tidak memiliki ide apapun." Lara berteriak ke arah langit.

Tidak ada jawaban.

Lara berdecak kesal, sudah pasti Grant tidak akan memberitahunya. Dia harus mencari tahu sendiri.

Mystique ForestTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang