#27 Return

23.9K 2.9K 53
                                    

"AWAS!" pekik Scarlett ketika petir menyambar sebuah pohon pinus yang men julang tinggi. Nico yang tengah berlutut segera menghindar dari tumbangnya pohon pinus tersebut. Nasib baik masih berpihak padanya.

Dari kejauhan Lara mendapati dua orang wanita berpakai serba hitam berjalan ke arah tempatnya berdiri. “Siapa mereka?” Theo, Nico, dan Scarlett mengikuti arah pandang Lara.

Mata Lara menyipit agar dapat melihat dengan jelas dua orang wanita itu dan yang didapatinya adalah rona tidak bersahabat yang terlukis pada waja mereka. Dalam hati dia mengumpat, ini semua belum selesai. Langit menjadi semakin gelap dan dilengkapi dengan sambaran petir ke bumi.

“Stella ….” lirih Lara pelan nyaris seperti sebuah bisikan sehinga hanya Theo yang dapat mendengarnya. “Stella ….” ucapnya lagi dan memberanikan diri melangkah maju ketika dua wanita itu hanya sejauh tiga meter dari tempatnya berpijak.

“Lar—” Scarlett mencoba menahan lengan Lara, tetapi bahunya lebih dulu ditahan oleh Theo. Scarlett memandanginya dengan penuh tanda tanya, sedangkan Nico mengerti apa yang dimaksud Theo sebab dia merasakan hal yang sama seperti Lara. Namun, tidak sedalam itu.

Semuanya memperhatikan gerak-gerik Lara yang melangkah kakinya dengan ragu.

“Stella?”

Air wajah yang tadinya dipenuhi oleh amarah dan kebencian telah mencair dan langit berubah menjadi tidak segelap sebelumnya. Salah satu wanita misterius itu mendekat, lebih dekat dengan langkah yang tak kalah ragunya dari Lara.

“Lara?”

Mereka berdua saling berpelukan erat. Lara merasa ini semua hanyalah sebuah mimpi yang menjadi bunga tidurnya di hampir setiap malamnya. Dia tidak percaya pada kenyataan bahwa Stella masih hidup, tidak mati tenggelam seperti apa yang dikatakan orang-orang.

“Bagaimana kau bisa di sini?” Stella menarik tubuhnya dari pelukan Lara dengan lembut. Dia menghapus air matanya yang hanya keluar sedikit. Sudah lama dia tidak menangis.

Begitu Lara hendak membuka suara untuk menjawab pertanyaan Stella, terdengar sebuah longlongan yang melengking.

Stella meringis memandangi para serigala yang malang itu. “Bisakah kau melepaskan mereka? Mereka adalah teman-temanku.”

Lara mengangguk dan menggerakan tangannya ke arah bawah. Akar yang meliliti para serigala itu terlepas dan entah bagaimana caranya serigala itu berubah wujud menjadi manusia (dengan pakaian lengkap).

Werewolf?” tanya Lara tak percaya melihat sekumpulan manusia yang penampilannya mengkhawatirkan.

Scarlett tak bisa menahan tawanya begitu melihat salah satu dari mereka dengan luka bakar di leher, lalu pada seorang lelaki yang tengah berjalan pincang mendekati Stella dan seorang wanita lainnya.

Sekarang semua manusia serigala tengah berdiri di belakang Stella dan temannya. Lara membalikkan tubuhnya dan mengisyaratkan pada Scarlett, Theo, dan Nico agar mendekat juga ke arahnya.

“Kau membawa vampir,” dari nada suaranya, Stella lebih melontarkan pada sebuah pernyataan bukan pertanyaan. Wajahnya menjadi keras lagi dan langit kembali gelap. Namun, tanpa petir yang bergemuruh.

“Hm … ya. Scarlett Allen; dia telah membantuku dan—”

“KUKIRA KAU SUDAH MATI!” ujar Stella dengan suara yang meninggi seraya menunjuk Scarlett tepat di depan wajahnya. “Steve …” suaranya bergetar.

Salah satu werewolf yang berdiri di sisi kiri Stella mengangkat bahunya. “Aku yakin telah mengoyak lehernya hingga terputus, lalu jasadnya kami bakar.” Mendengar kata “mengoyak” lantas membuat urat Lara terasa mengilu—dia membenci kata itu.

Mystique ForestTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang