"Kau tidak akan mengulangi semuanya dari awal lagi, kok." suara Grant terdengar lantang di ruang dimensi, dia sedang menenangkan Lara yang berharap tes pusaka keduanya tidak terlalu ekstrem seperti yang pertama.
Lara menarik napas dan menghembuskannya secara perlahan--mencoba tenang menghadapi apapun yang akan datang. Bayang-bayang tsunami, banjir, kebakaran, gunung meletus, segala macam badai, dan banyak bencana alam lainnya muncul di benak Lara.
Lara mengangguk pasrah, demi pusakaku, pikirnya. Grant mengusap pundak kiri Lara dan keluar ruang dimensi.
Dan tesnya pun dimulai dari hal yang paling tidak disukainya; hutan bersalju. Namun bedanya tanpa badai dan Lara masih bisa berdiri dengan baik. Cahaya matahari merangkak dari ufuk timur dan menyinari hutan bersalju yang ternyata indah ini.
Lara merasa lebih hangat.
Tak lama kemudian, saljunya mencair dan meresap ke dalam tanah. Muncullah rerumputan dari dalam tanah. Lara melihat ke belakangnya dan hamparan padang rumput dengan bunga yang berwarna-warni mengelilinginya.
Lara tersenyum lebar, merasa kebahagiaan di sini. Hamparan bunga dan rumput membuat pikirannya segar dan dia tidak bisa berhenti tersenyum. Lara berlarian mengejar kupu-kupu cantik layaknya seorang anak kecil.
Hamparan ini tidak ada ujungnya ... lagi, pikirnya. Lara tidak merasa pusing dan pening.
Entah telah berapa jauhnya jarak Lara dari titik berdiri pertamanya. Dia terbuai oleh keindahan alam di depan matanya.
Namun, senyum yang terukir indah di wajahnya surut ketika dia mendengar suara geraman yang muncul dari semak-semak. Lara melangkahkan kakinya mundur dengan perlahan, lalu semakin cepat, hingga dirinya berbalik dan berlari secepatnya ketika seekor serigala berwarna abu-abu putih muncul dari semak-semak.
Suara pijakan kaki serigala sudah tidak terdengar. Ini aku yang memang jago berlari atau serigalanya yang lambat? Pikir Lara. Kemudian dia melirik sebuah pohon yang besar, tinggi, dan kuat berada beberapa meter darinya. Dia segera berlari ke arah pohon itu dan memanjatnya setinggi yang dia bisa hingga ke dahan yang kuat.
Serigala itu tidak muncul lagi, mungkin sudah hilang ditelan badai api, pikirnya menebak. Lara melemparkan pandangannya ke sekitar, hutan ini tidak berujung juga. Dan mata hazel Lara menangkap sebuah tebing yang jaraknya lumayan jauh darinya. Tebing itu seperti mengelilingi hutan yang Lara pikir tidak berujung.
Aku harus melihat apa dibalik tebing itu.
Tekadnya yang kuat membuat Lara menuruni pohonnya tanpa peduli akan adanya risiko serigala yang mungkin muncul secara tiba-tiba.
Lara terus berlari mengikuti instingnya, meskipun dia tahu jika instingnya lebih sering salah dibanding benar. Tetapi Lara tidak peduli, dia harus mencapai ke tebing itu bagaimanapun caranya.
Setelah melakukan perjalanan yang panjang dan memakan waktu selama berjam-jam, akhirnya Lara tiba di tempat tujuannya berkat instingnya yang payah.
Sebuah tebing yang terbuat dari beton menjulang tinggi di atas permukaan tanah. Lara berpikir keras bagaimana dirinya dapat memanjat tebing ini dan dia melihat sebuah akar pohon menempel pada dinding tebing. Lara menarik akar itu untuk memastikan bahwa akarnya kuat sehingga tidak akan terputus dan mematahkan tulangnya jika dia terjatuh nanti.
Dengan sekuat tenaga Lara memanjat tebing itu, kedua tangannya mencengkeram akar pohon dengan kuat, dan kedua kakinya bertumpu pada dinding tebing.
Dinding yang menjulang tinggi dan tangannya yang memerah karena mencengkeram akar pohon terlalu kuat tidak menjadi penghalangnya untuk terus memanjat hingga sampai di puncaknya.
"Jadi ini adalah sebuah ...bendungan?"
Lara berdiri dan mengelilingi bibir tebing dengan hati-hati. Air yang ditampung bendungan ini terlihat bersih, mungkin air laut karena tebing ini menjadi penghalang masuknya air laut ke hutan.
"Lalu, apa yang harus kulakukan?"
Lara merasa tebingnya bergetar dan ... retak. Tebingnya retak! Pikir Lara panik, kelemahan terbesar Lara adalah ketika dia panik, maka pikirannya akan dibanjiri dengan kemungkinan-kemungkinan terburuk.
Dan salah satu kemungkinan terburuknya benar-benar terjadi, tebing itu runtuh seketika dan air laut langsung menghantam tubuh Lara.
Lara tidak peduli dengan serigala yang akan mati tenggelam, yang Lara pedulikan adalah bagaimana caranya bertahan dari arus air laut ini. Mengapa aku harus selalu berhadapan dengan air? Pikirnya kalut. Lara mencoba berenang ke permukaan air, namun merasakan dirinya terbawa arus yang kencang.
Kupikir aku ada di hutan tadi, ternyata di sungai. Oh, sungai di atas tebing? Sungai di atas bukit? Sungai di atas permukaan yang lebih tinggi? Air ... air terjun!
Buru-buru Lara mengumpulkan seluruh jiwanya yang terbawa arus dan berenang melawan arus untuk menjauh dari air terjun.
Namun usahanya nihil, Lara tidak bisa berenang menandingi arus sungai yang sangat kuat. Dia terbawa arus hingga ke mulut air terjun.
°°°
Lara terbangun dan napasnya tidak teratur; persis seperti saat dirinya hampir menjadi hidangan para vampir gelandangan. Grant menyodorkan air hangat kepada Lara seperti dua hari yang lalu.
"Terima kasih."
Grant mengangguk dan melihat tab-nya. "Selamat, hasil tes-mu sudah ada dan--"
"Bagaimana hasilnya?" sambar Lara tak sabar dan seperti biasanya, dia selalu memotong ucapan orang lain.
"Kau memiliki pusaka mengendalikan air dan tumbuhan."
Dahi Lara berkerut tanda tidak mengerti atas apa yang baru didengarnya. "Air dan tumbuhan? Apa maksudnya?"
Grant menunjukan hasil tes Lara dari tab-nya. "Kau bisa mengendalikan air, tandanya kau bisa melakukan apapun dengan air," ungkapnya dengan perlahan. "Dan satu lagi, kau bisa bernapas dan berbicara di dalam air. Tidak semua orang mewarisinya."
Lara tercengang mendengar apa yang baru saja dikatakan Grant.
"Dan mengendalikan tumbuhan. Sama seperti air cara kerjanya. Namun, saat kau sedih, tumbuhan di sekitarmu akan layu, begitupun sebaliknya."
"Jadi tumbuhan di sekitarku akan mengikuti keadaan emosiku?"
Grant mengangukkan kepalanya. "Dan ada lagi."
"Apa?"
"Kau bisa berlari dan memanjat dengan cepat, itu kemampuanmu."
"Ini gila!" Lara tidak percaya pada pusakanya sendiri. "Kalau boleh tahu, apa pusakamu?"
Grant menaruh tab-nya di atas meja kerjanya dan duduk di samping Lara. "Tidak ada."
"Tidak ada?"
"Tidak ada," ulang Grant. "Seorang pelatih pusaka ditakdirkan untuk tidak memiliki pusaka, tetapi masih memiliki kemampuan."
Dan Lara tidak mengerti lagi. Entah mengapa otaknya jadi agak lambat untuk berpikir. "Mengapa kau ingin menjadi pelatih pusaka?"
"Sudah kubilang ini sudah menjadi takdirku. Dilahirkan dari keluarga pelatih pusaka, kemampuan turun menurun. Lagipula tidak memiliki pusaka tidak seburuk yang kaubayangkan."
Lara menunduk malu, dia sempat kesal pada dirinya sendiri karena pusakanya tak kunjung datang. Nyatanya, sekarang dia telah mengetahui pusakanya yang luar biasa. "Apa kemampuanmu kalau begitu, Grant? Kau bilang seorang pelatih pusaka memiliki kemampuan?"
"Aku bisa melihat dalam gelap, membaca segala macam peta buta, dan mengerti hampir semua bahasa."
"Wow, itu keren!" Lara tidak bermaksud untuk pura-pura kagum tetapi kemampuan Grant memang luar biasa.
"Mungkin sebaiknya kau pulang, Lara. Hasil tesmu akan keluar secepatnya. Aku berjanji."
Lara mengambil tasnya dan membuka pintu ruangan Grant.
"Grant."
Grant menoleh.
"Maafkan aku yang pernah berbicara kasar padamu. Terima kasih."[]
![](https://img.wattpad.com/cover/73183257-288-k728963.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Mystique Forest
Ficção Científica[SUDAH DITERBITKAN] Di masa depan, teknologi semakin maju. Para ilmuwan menciptakan penemuan baru yang barangkali dinilai mustahil oleh peradaban manusia terdahulu. Salah satunya adalah manusia yang dapat hidup berdampingan dengan makhluk penghisap...