#26 Wolves

25.5K 2.9K 28
                                        

Setelah satu jam lebih perjalanan dari pusat kota menuju Mystique Forest, akhirnya mereka sampai di Delirium Hill--pegunungan di Buitenville.

Theo terus mempelajari isi buku tentang bunga franklina dan mencoba memahaminya meskipun dia mengalami kesulitan.

Scarlett tak bersuara dan tetap fokus pada kendali pesawat.

Lara yang tertidur pulas di pundak Nico terbangun begitu merasakan pesawat terguncang. Nico pun ikut terbangun dan menatap kakaknya bingung.

"Ada apa ini?" ujarnya dengan suara yang serak. "Scarlett?" dia merangkak ke arah kendali depan. "AWAS!"

Pesawat yang mereka tumpangi menabrak pohon pinus besar, sayap kirinya patah dan membuat pesawat menjadi oleng. Scarlett kehilangan kendali.

"Astaga, apa yang kulakukan?!" pekik Scarlett panik, begitupun dengan Theo dam Nico. Apalagi Lara. Mereka bertiga--kecuali Scarlett--berpegangan pada apapun yang dapat menahan tubuh mereka ketika pesawat terguncang.

Scalett menarik pedal pesawat dengan kuat dan pesawat berhasil mendarat dengan perlahan tanpa menimbulkan percikan api, hanya suara bising yang menyakiti pendengaran.

Scarlett menekan salah satu tombol darurat dan pintu pesawat terbuka. "Cepat keluar!" perintahnya pada Lara, Theo, dan Nico.

Theo memasukkan peta blanco-gris dan buku franklina ke dalam ransel dan merangkulnya, Nico membantu Lara mengambil senapan LV-24 dan panah milik Theo.

Mereka bertiga keluar pesawat secara bergantian. Kemudian, Scarlett keluar sambil menggendong tas senjatanya dan pintu pesawat tertutup otomatis. "Aku sudah menguncinya, tidak ada yang bisa membukanya, dan pesawat itu anti peluru."

Terjadi keheningan untuk beberapa saat, mereka hanya saling memandangi hutan di sekitar mereka dan sesekali melirik satu sama lain tanpa berkata-kata.

Hingga akhirnya Nico merasa mual dan membuka suara. "Oke, jadi apa yang harus kita lakukan di sini sebelum gelap tanpa pesawat yang tidak bisa terbang itu lagi?"

Scarlett mendengus kesal pada Nico, dia merasa tersinggung dengan ucapannya. Bagaimanapun juga dialah penyebab pesawatnya hilang kendali.

"Lihat petanya," pinta Lara cepat pada Theo begitu menyadari perang dingin yang mulai muncul di antara Scarlett dan Nico.

Theo mengambil peta dan senter dari dalam ransel dan menyinari peta itu dari bawah seperti yang dilakukannya di pesawat. Butuh waktu yang cukup lama untuk membuat garis petanya timbul.

"Ke arah barat," Theo mematikan senter, memasukkan kembali peta dan senter ke dalam ranselnya.

"Oke. Lara, berikan panah itu pada Theo," perintah Scarlett yang langsung dituruti Lara. "Kau butuh senjata, huh?" Scarlett melirik Nico dengan jengkel.

"Terserah,"

Scarlett memutar bolanya dan melemparkan sebuah senapan jenis SD-22 yang pelurunya dapat menembus baja.

"Ayo, sebelum gelap," Scarlett memimpin ekspedisi menuju Mystique Forest yang diikuti Theo, lalu Lara dan Nico yang berjalan berdampingan sambil memegang senjata masing-masing.

Lara menatap punggung Theo yang menggendong ranselnya dengan tegap dan panah yang berat di tangannya. Rasa kagum pada Theo yangmenyelimuti hati Lara sejak kecil kini semakin membesar.

Sebab Theo-nya yang dulu telah kembali.

Nico berdeham yang membuat Lara salah tingkah sendiri. "Aku masih ingat dengan jelas, fyi," bisiknya yang terdengar ambigu

"Apa?" sahut Lara tanpa melirik sedikit pun ke arah Nico.

"Sssttt ..." Desis Scarlett yang mendadak berhenti jalan dan merentangkan tangannya.

Mystique ForestTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang