#34 Awake

21.9K 2.7K 29
                                        

"Lara," rintih seorang cowok yang memegangi tangan gadis yang tengah terbaring lemah di pangkuannya. "Aku tahu ini terdengar dramatis ... tapi aku belum siap kehilanganmu, Kakak."

"Ah, kuharap kau terbangun setelah kupanggil 'kakak'," lanjutnya. Dia mengusap tangan gadis itu lembut.

Antara sadar dan tak sadar, gadis itu terbatuk-batuk hingga menarik perhatian sebagian orang di sekitarnya.

"Lara, syukurlah." Cowok itu yang tak lain dan tak bukan adalah Nico menarik lembut Lara ke dalam dekapannya. Semua orang yang ada di sekitarnya tersenyum lega.

Tak lama kemudian, Lara menarik dirinya dari pelukan Nico. Kedua alisnya bertaut menatap Nico dengan kebingungan. "Jangan panggil aku 'Kakak'!" Lara meninju pelan bahu Nico sambil tertawa kecil. "Kenapa kalian menatapku seolah aku baru saja bangkit dari mati suri?"

Beberapa orang di sekitarnya menatap satu sama lain, namun mereka tidak bersuara. Stella menjadi gemas dibuatnya. "Tadi kau pingsan, Lara," sahutnya.

Otak Lara memutar keras, mencoba menerka hal apa yang membuatnya jatuh pingsan. Padahal, Lara tidak pernah pingsan sebelumnya. Kecuali saat di ruang tes pusaka.

Lara mengingatnya.

Masih dalam genggaman Nico, Lara mengedarkan pandangannya. Ditangkapnya sesosok lelaki yang tengah duduk memunggunginya. Theo.

Udara tidak sedingin sebelumnya hingga membuatnya pingsan, tetapi Lara dapat merasakan aura yang tetap dingin dari Theo. Hati kecilnya yang egois berteriak bahwa dia tidak mau kehilangan Theo untuk kedua kalinya.

"STEVE!" Suara teriakan seorang cowok terdengar dari arah timur. Hugo berlari dalam wujud manusia. Begitu sampai di sisi kanan Steve, dia berhenti dan megangi lututnya. Dengan napas yang masih terengah-engah, dia berkata, "Scarlett dia—"

"Scarlett kenapa?" potong Lara, tak peduli tatapan aneh dari para werewolf yang tidak menyukai Scarlett. Faktanya, memang Lara satu-satunya yang benar-benar peduli dengan Scarlett. Dia juga yang membawanya ikut serta ke dalam petualangannya ini.

Hugo menatap Lara sejenak, lalu kembali pada Steve. "Scarlett dan aku telah menemukan Mystique Forest," ujarnya.

Dahi Steve berkerut, menyadari tanda-tanda bahwa Steve--dan hampir semuanya--menuntut banyak penjelasannya, Hugo buru-buru melanjutkan, "Ceritanya panjang. Sebaiknya kita bergegas."

Steve mengangguk mengerti. Tanpa berkata apa-apa, dia memerintahkan semuanya untuk mengikuti Hugo yang mau tidak mau mengantarkan mereka ke tempat yang dimaksudnya.

Nico dan Stella membantu Lara berdiri dan memastikan keadaannya sudah pulih. Walau Nico sempat menunjukan kepeduliannya pada kakaknya, dia tetap saja tidak dapat menahan tawa saat Lara berjalan oleng dan hampir terjatuh.

Lara sangsi apakah dia harus mengajak Theo atau tidak. Hanya dirinya sendiri yang tahu alasan mengapa dia pingsan: karena es atau segala sesuatu yang dingin merupakan titik kelemahannya. Itulah sebabnya yang lain tidak ada yang menyalahkan Theo.

Dan pada akhirnya Lara memilih untuk bungkam.

Merasa dirinya yang paling kenal Theo setelah Lara, Nico berinisiatif mengajak Theo ikut dan tidak seperti dugaan Lara, Theo menuruti Nico.

Lara menoleh ke belakang dan mendapati Theo berjalan paling akhir beriringan dengan Nico. Dengan keadaan seperti ini, Lara mendapat dua kesimpulan. Baik dan buruk.

Mungkin Theo tidak berubah pikiran dam akan terus berada di pihaknya, setidaknya sampai misteri pembunuhan di Buitenville terbongkar. Lara cukup bersyukur dengan itu.

Mystique ForestTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang