"Kautahu...," ujar Scarlett memandangi sungai di depannya. Saat ini dia dan Lara sedang berada di sisi Jembatan Holobridge. "... mengapa jarang sekali orang—maksudku, manusia—melewati jembatan ini kecuali untuk menyebrang ke luar kota?"
Lara menggelengkan kepalanya dan menatap Scarlett dengan tatapan penasaran. "Kenapa?"
"Konon, beberapa tahun yang lalu terdapat pembunuhan di sini. Satu orang tewas dan vampir adalah pembunuhnya. Aku sendiri tidak tahu siapa, yang pasti peristiwa itu berhasil membuat kerenggangan di antara vampir dan manusia.
"Itu sebabnya jembatan ini sangat sepi. Manusia menjadi takut melewati jembatan ini. Mereka lebih memilih menggunakan kapal." Scarlett menutup matanya dan Lara memandangnya seolah Scarlett bukanlah seorang vampir, melainkan manusia normal.
Lara mengajak Scarlett ke Holobridge karena di sini selalu sepi dan jarang sekali ada kendaraan yang lewat. Namun kini Lara menyesal, jembatan ini memang sepi seperti alasannya memilih tempat ini. Tapi, penyebab sepinya jembatan ini membuat bulu kuduknya berdiri.
Lara hanya berdua dengan Scarlett. Seorang vampir.
Segera ditepisnya pikiran buruk yang selalu berada di benaknya. Scarlett adalah vampir yang bisa dibilang baik. Dia tidak mungkin menyakitiku, pikir Lara kalut.
"Scarlett," kata Lara, perlahan. "Keberatan jika aku bertanya bagaimana kau bisa menjadi seorang vampir?"
Scarlett menoleh dan tersenyum pada Lara, lalu pandangannya kembali pada sungai yang membelah Buitenville. "Tentu saja tidak," jawabnya dengan tenang.
"Aku terlahir dari keluarga asli vampir," tambahnya, "uhm ... kau sudah melihat identitasku di Kantor Pusat Vampir, 'kan?"
"Ya, itulah satu-satunya cara agar aku bisa menemuimu."
Scarlett merapatkan jaketnya, bukan berarti dia kedingingan; hanya gerakan refleks. "Ibu dan ayahku masih memiliki garis keturunan dengan kerajaan."
"Maksudmu dengan Ratu Victoria?" sahut Lara dengan antusias. Dia sangat ingin bertemu dengan Ratu Victoria yang sangat cantik.
"Bisa dibilang begitu, kami memiliki ikatan darah."—dalam artian persaudaraan bukan darah asli, karena vampir tidak memiliki darah—"jadi, aku dan keluargaku tidak pernah menjadi manusia. Tapi, terkadang aku ingin menjadi manusia."
"Kenapa?"
"Aku lelah hidup."
Aku lelah hidup. Tiga kata yang berhasil membuat alirah darahnya berhenti sejenak. Dengan terburu-buru, Lara mencari ide yang pas dan mengalihkan topik pembicaraan ini. Lara tidak suka membahas tentang kematian. "Kenapa kau tidak bersekolah?"
Scarlett tertawa, namun tawanya terdengar menyedihkan. "Seharusnya kau bertanya, 'Apakah kau bosan bersekolah?' karena jawabannya, 'Ya, aku sangat bosan bersekolah atau apapun itu.' Aku bosan dengan materi yang telah kupelajari selama berpuluh-puluh tahun dan akhirnya tidak berguna."
Lara baru teringat bahwa Scarlett telah berusia 119 tahun, sedangkan dirinya baru 17 tahun. Selisih usia mereka sangatlah jauh. Bahkan, Lara yakin Scarlett lebih tua dari nenek dan kakeknya. Meskipun dia tidak tahu siapa nenek dan kakeknya (mereka tidak pernah bertemu).
Setelah Lara pikir, hidup selamanya atau immortal memang enak; tidak akan pernah menua. Tetapi apa enaknya hidup selamanya jika tidak bahagia? Dan Lara tersadar bahwa Scarlett tidak bahagia. Lara tidak tahu di mana orangtua atau saudara kandung Scarlett.
Lara juga tidak akan berkata, "Hei, Scarlett, pasti hidupmu tidak bahagia, ya?" Karena Lara yakin Scarlett akan membunuhnya di tempat, kemudian membuang jasadnya ke sungai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mystique Forest
Science Fiction[SUDAH DITERBITKAN] Di masa depan, teknologi semakin maju. Para ilmuwan menciptakan penemuan baru yang barangkali dinilai mustahil oleh peradaban manusia terdahulu. Salah satunya adalah manusia yang dapat hidup berdampingan dengan makhluk penghisap...