PART 10 :

42.3K 1.9K 12
                                    

REVISI

♥♥♥♥♥♥♥

"Li, lo di minta Sir Alex buat makan malam di rumah karena ada hal penting yang mau di bicarain sama lo." ucapan Kelvin seketika membuat Ali nenghentikan suapannya. Ali sudah tidak bernafsu makan lagi jika sudah mendengar nama Alex.

Alex Dirgantara adalah ayah kandung Ali yang tak pernah menganggapnya ada dan Ali pun menganggap ayahnya sudah mati. Tak tanggung-tanggung Ali membuat makam yg terisi foto ayahnya yang ia kubur di samping makam sang bunda. Dan batu nisan dengan nama Alex Dirgantara.

Anak durhaka memang, tapi, apa pedulinya toh bukan hanya anak yang durhaka pada orang tua tapi juga orang tua bisa durhaka terhadap anaknya.

"Mau ngapain lagi dia?"

"Entan lah gue enggak tahu katanya penting."

"Gue enggak mau dateng, sudi amat gue mau liat mukanya," ucap Ali dengan wajah super dingin.

"Tapi katanya ini tentang hidup lo," beritahu Kelvin hati-hati.

Ali hanya diam tak menanggapi ucapan kelvin.

Malam ini Ali berniat mendatangi kediaman Alex Dirgantara demi memenuhi undangan makan malam dari ayah kandungnya.

Sesampainya di rumah mewah itu Ali langsung mengetuk pintu dan di buka oleh maid yang bekerja di rumah Alex

"Den Ali sudah datang, mari silakan masuk den," sapa maid tersebut dan di tanggapi Ali dengan wajah datar. Tanpa menjawab Ali melangkah ke ruang tamu dan telinga Ali menangkap suara ramai-ramai dari ruang tamu.
"-Sepertinya ada tamu-" Ali membatin.

Ketika Ali sampai keruang tamu, di sana ia melihat Alex dan istrinya Sonya serta anak sonya Tirra daevea adik tiri Ali yang tidak pernah Ali akui. Tapi, lain halnya dengan Tirra gadis sombong dan angkuh itu malah dengan bangga mengakui Ali sebagai kakak di depan teman- temannya.

"Oh, Nak Ali sudah datang, ayo duduk dulu nak," ajak Sonya pada Ali yang tak di dengar bahkan di lirik oleh Ali. Sonya yang tak di tanggapi oleh Ali hanya tersenyum masam, ia sudah biasa di abaikan Ali. Sedangkan 3 pasang mata tamu memperhatikan ali dengan seksama.

" to the point saja ada perlu apa Anda menyuruh saya kemari?" tanya ali tanpa basa basi. Dia ingin cepat-cepat pergi dari sini karena ia sudah muak melihat Alex, Sonya, dan Tirra dalam satu ruangan dengannya.

"Duduk dulu lah Li, kita mau berbicara serius di sini," ucap Alex tenang tanpa merasa teriintimidasi dengan sikap Ali.

Ali pun duduk di single sofa yang berhadapan langsung dengan Alex, sementara Tirra dan Sonya duduk di samping kanan Ali walau berjarak cukup jauh. Dan 3 orang lainnya yang tak dikenal Ali duduk di sofa panjang sebelah kiri.

"Begini Li, niat kami mau menjodohkan kanu dengan putri Pak Brata yaitu Tessa. Nah Tessa kenalin ini Ali calon suami kamu," ucap Alex santai memperkenalkan Tessa pada Ali. Sedangkan wajah Ali bertambah kaku dengan tangan terkepal kuat, tapi, itu hanya beberapa detik saja setelah itu ekspressinya berubah kembali menjadi datar.

"Hay, aku Tessa." Tessa nenyodorkan tangannya namun, Ali tidak membalasnya melainkan menatap Tessa dari bawah hingga atas dengan tatapan dingin.

Kemudian ia menatap sang ayah dengan wajah datar tanpa ekspressi.

"Saya tidak mau di jodohkan apa lagi sama dia," tunjuk ali melalui lirikan mata tajamnya ke arah Tessa.

"Kamu harus mau Li, ini demi kamu," ucap Alex santai.

"Saya tetap tidak mau. Lagian ini bukan demi kebaikan saya, tapi kebaikan perusahaan Anda dan keluarga Anda bukan saya," ucap Ali tenang tanpa memerdulikan Alex yang tengah menatapnya penuh emosi.

"Jaga ucapanmu Li, aku tidak pernah mengajarkan kamu untuk berbuat kurang ajar pada orang tua."

Ali tersenyum miring kemudian ia berdiri dari duduknya,
"Wow, Anda baru sadar jika Anda memang tidak pernah mengajarkan saya bagaimana cara bersikap sopan pada orang tua." Alex terdiam membeku di tampatnya

"Apa Anda lupa jika selama ini yang mendidik saya adalah diri saya sendiri karena Anda yang terlalu sibuk dengan wanita murahan dan anak haram itu," lanjut Ali tenang.

"Kamu!" teriak Alex geram. Dia ingin memberi pelajaran pada Ali tapi, sebelum sampai di hadapan Ali, Alex kembali membeku mendengar ucapan Ali yang tanpa ragu-ragu menggoreskan  luka di hati Alex.

"Dan ya, saya lupa memberi tahu kalian kalau ayah saya sudah meninggal. Jika Anda tidak percaya datang saja ke makam mama saya, karena makam ayah saya terletak di samping makam mama saya. Kalau begitu saya permisi. Dan untuk kamu, saya nggak tertarik mau di jodohin sama kamu," Ucap Ali berlalu dari hadapan orang-orang yang masih shock dengan ucapan Ali.

Pikiran Alex kosong mendengar ucapan Ali yang menyayat hatinya. Orangtua mana yang tidak sedih melihat anaknya ada di depan mata tapi terasa sangat jauh untuk di gapai.

"Om, aku enggak mau tahu pokoknya aku harus nikah dengan Ali bagaimanapun caranya, titik. Papa aku mau Ali," paksa Tessa pada Alex dan orang tuanya.

"Iya sayang, kamu pasti nikah sama Ali. Tenang saja ya," bujuk Sonya pada Tessa. "Pa, kita harus paksa Ali untuk nikah sama Tessa ya." Sonya menatap  Alex sambil mengelus punggung suaminya itu.

"Tapi Ali enggak mau. Ma," jawab Alex lemah.

"Ya kita usaha lah, Pa. Buat Tessa dekat sama Ali lama-lama pasti dia jatuh cinta sama Tessa."

"Iya, om. Aku pasti bisa buat Ali suka sama aku. Om tenang saja," imbuh Tessa penuh kepercayaan diri.

Sementara Ali dengan pikiran kacau tanpa sadar melajukan mobilnya menuju kontrakan Prilly hingga pria itu tiba dan terduduk di halaman kontrak dengan pikiran yang berkelana entah kemana.

"Ali, kamu ngapain malam-malam di depan kontrakkan?" tanya Prilly kaget saat melihat Ali duduk di kap mobil dengan kepala tertunduk. Saat prilly keluar rumah ingin mencari angin ia dikejutkan dengan keberadaan Ali.

Ali yang mendengar suara Prilly mendongak dan ia turun dari kap mobil  menghampiri Prilly serta memeluk gadis itu dengan erat sembari menghirup aroma shampo bayi yang tercium di surai hitam Prilly.

"_Pantes rambutnya lembut shamponya shampo bayi_" pikir Ali geli. Karena ia masih sempat mengomentari shampo yang di gunakan Prilly.

"Ali," ujar Prilly terkejut.

"Aku kangen sama kamu," bisik Ali di telinga prilly. Membuat gadis itu kembali merinding geli. Tapi Prilly ikut membalas pelukan Ali dan mengelus rambut dan punggung pria yang terlihat dingin dan kejam tapi, yang sebenarnya adalah Ali hanyalah sosok yang rapuh.

Ali melepaskan pelukannya tapi masih tak menyisakan jarak diantara mereka membuat jantung Prilly berdetak kencang.
"_Aku kenapa ya, apa aku punya penyakit jantung? Oh tidak! besok aku harus periksa ke dokter … harus_," batin Prilly berujar.

"Aku boleh cerita sesuatu sama kamu?" tanya Ali dengan tampang polos yang tentu saja di angguki Prilly.

"Ya sudah duduk di teras saja yuk," ajak Prilly.

Kemudian Ali menceritakan apa yang ia alami dari kecil di mana sang ayah yang tidak pernah memberikan kasih sayangnya, di mana ayahnya menikah lagi dengan perempuan lain bahkan memiliki anak dengan perempuan itu dan terlebih lagi mamanya meninggal dunia di saat ia berumur 10 tahun. Dia di rawat oleh seorang pembantu yang tidak seberapa memperhatikanya, sampai saat umur 14 tahun ia keluar dari rumah tersebut dan hidup dengan uang peninggalan sang mama. Bahkan mamanya juga mewarisi perusahaan yang ia kelola saat ini. Mulai saat itu Ali hidup mandiri dan di bantu kelvin yang memang mengikuti Ali kemana pun Ali pergi.

Semua Ali ceritakan tidak ada yang ia tutupi dari Prilly. Setelah ia menceritakan pada Prilly termasuk perjodohan itu. Ali merasa lega. Numun, tak lama terdengar isakan dari sampingnya

Ali menoleh dan terkejut ternya suara isakan itu berasal dari Prilly.

"Hei, kamu kenapa kok nangis?" tanya Ali cemas. Dia menghapus air mata Prilly dengan lembut. Prilly menatap mata Ali dengan uraian air mata yg makin deras.

My Wife Is My Life. [ COMPLETED ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang