"Prilly!" seru Dera saat melihat Prilly yang berjalan santai melewati pantry dapur dimana tempat para koki sedang memasak.
"Iya mbak? Mbak manggil saya ya?" tanya Prilly buru-buru menghampiri Dera yang tengah berkacak pinggang di pintu dapur.
"Bukan. Gue manggil arwah lo," ketus Dera dengan wajah jutek membuat Prilly membulat matanya terkejut.
"Mbak bisa lihat hantu?"
"Terserah lo. Gue manggil lo di sini buat nyuruh lo anterin makanan ini di meja nomor delapan, dan lo harus inget jangan sampe lo berbuat ulah karena meja nomer delapan itu tamu VVIP."
"Iya mbak. Memang kapan sih aku berbuat ulah? Aku ini anak baik-baik kok," ujar Prilly santai tanpa memperdulikan tatapan tajam Dera. Prilly dengan segera meraih nampan yang berisi pesanan orang di atas meja pantry dan membawanya ke meja nomor delapan.
"Permisi Mas, mMbak. Ini pesanannya." Prilly meletakan piring-piring yang berada di dalam nampan besar tersebut di atas meja dan tak lama Ifyy datang meletakan minuman di hadapan satu per satu orang yang berada di meja tersebut.
Ada empat orang yang duduk melingkari meja dengan dua orang berjenis kelamin laki-laki dan dua orang berjenis kelamin perempuan.
"Selamat menikmati makanannya," ujar Alify dan Prilly dengan kompak.
"Kalau begitu kami permisi dulu," ujar Prilly melangkah pergi dengan di ikuti oleh Ifyy di belakangnya.
"Silakan di makan Sir Ali makanannya." Mr. Denis mempersilakan Ali untuk memakan makan siangnya. Ali mengangguk sebagai jawabannya.
Di tengah keheningan makan siang mereka, Ali sesekali melirik Prilly tanpa di sadari oleh tiga orang yang makan satu meja dengannya.
Prilly yang sedang di perhatikan oleh Ali pun sepertinya tidak menyadari jika ia tengah di perhatikan, karena gadis itu tengah sibuk mondar-mandir dengan membawa pesanan para pengunjung.
Mr. Denis adalah klien Ali yang tengah membahas soal proposal kerja sama yang akan ia ajukan pada perusahaan Ali. Dia datang bersama sekretarisnya yang bernama Dita, sementara Ali datang bersama Lena.
"Mr.Denis, menurut saya kerja sama yang akan kita lakukan memang benar-benar menguntungkan dua perusahaan. Jadic saya terima kerja sama yang Anda ajukan dan urusan kontrak kerja nanti di urus oleh sekretaris saya," ucap Ali setelah mereka menyelesaikan makan siang mereka yang tertunda karena tengah membahas tentang kerja sama tadi.
Mr. Denis tersenyum lega karena ia berhasil bekerja sama dengan perusahaan yang sudah terkenal di Indonesia.
"Terima kasih Pak. Saya sangat senang jika Anda mau menerima perusahaan saya untuk bekerja sama," jeda sejenak Mr. Denis berdeham. "Mudah-mudahan kerja sama kita kali ini sama-sama menguntungkan Sir Ali," Ali hanya mengangguk mendengar harapan Mr. Denis dan ia juga berharap agar perusahaannya semakin berkembang."Kalau begitu terima kasih atas kerja samanya Sir Ali. Kami permisi dulu." setelah menjabat tangan Ali dan Lena, Mr. Denis dan Dita berlalu dari meja meninggalkan Lena dan Ali yang masih duduk di tempat mereka semula.
Ali mengalihkan perhatiannya pada Lena yang masih duduk tenang di kursi.
"Kamu bisa langsung kembali ke kantor," perintah Ali dengan wajah datar membuat Lena yang tengah duduk sembari mengaduk minumannya mendongak seketika."Tapi Sir …." Ali menatap tajam tepat di manik mata Lena membuat Lena tidak jadi untuk mengeluarkan suara protesnya. Ali adalah Boss yang tidak mau segala ucapannya di bantah oleh karyawan.
Lena bangkit berdiri, membereskan semua berkas-berkas yang tergeletak di atas meja dan mengambil tasnya, kemudian ia pamit pada Ali lalu melangkahkan kaki jenjangnya menuju pintu keluar restoran dengan wajah tertekuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Wife Is My Life. [ COMPLETED ]
FanfictionDia seorang gadis yg cantik, baik, ramah, humble dan polos-polos lemot. Banyak hal istimewa yg tersembunyi di kehidupan nya. Yg siap ia bongkar jika waktu nya sudah tepat. " derajat tinggi bukan dari harta yg kita miliki, tapi kesopanan, dan tutur...