MWIML CHAP 11

48.3K 2.1K 21
                                    

REVISI

"Karena," Prilly menggantung kalimatnya menatap Ali tak yakin dengan jawaban yang akan ia keluarkan.

Sementara Ali menaikkan sebelah alisnya menunggu jawaban Prilly.
"Kenapa, hem?" Ali dengan lembut menghapus air mata Prilly.

"Aku nangis karena sedih dengar cerita kamu," jawab Prilly serak.

Ali tersenyum lembut mendengar penuturan gadis mungil di sampingnya ini, "Aku yang cerita kok kamu yang nangis?"

"Bukan masalah kamu yang cerita, tapi cerita hidup kamu kayak di sinetron ya Li," gumam prilly polos.

"Huh iya kayak di sinetron yang panjang dan enggak ada tamatnya."

Prilly tersenyum meski matanya sudah membengkak karena menangis tadi, "Kamu yang sabar ya, Li. Hidup itu penuh cobaan dan kalau kamu sudah merasa enggak kuat, kamu mengadu pada yang di atas."

"Pasti. Makasih sudah mau dengar cerita aku," ucap Ali dengan senyum tulus.

^^^^

"Apa?!"
Suara teriakan Kelvin menggema di ruangan Ali. Beruntung ruangan Ali kedap suara. jika tidak, pasti suara Kelvin sudah menggelegar sampai di lantai 1 karena kuatnya prekwensi suara yang di hasilkan Kelvin.

"Lo biasa saja, bisa?" ucap Ali gemas dengan kelakuan ajaib sahabatnya ini.

"Li, lo serius mau di jodohin sama bokap lo?" Kelvin mulai serius kali ini, berbeda dengan Ali yang masih terlihat santai.

"Iya, gue serius."

"Terus lo terima?" tanya kelvin penasaran.

"Eggak."

"Lo tolak, kenapa?"

"Karena udah ada seseorang yang mengisi hati gue," balas Ali dengan senyum lebar. Kali pertama Kelvin melihat senyuman selebar itu sejak ia mengenal Ali.

"Oh pasti Prilly,"  goda Kelvin dan langsung mendapat tanggapan terkejut dari Ali

"Lo tahu?" Ali tanpa sengaja menyuarakan isi hatinya. Sedangkan Kelvin menyeringai lebar.

"Tahu. Gue bisa lihat itu."

"Tapi mungkin enggak ya gue …." suara ketukan pintu menginterupsi ucapan Ali yang akan terlontar keluar.

"Masuk!"

"Permisi Pak, ada yang ingin bertemu dengan bapak." sekretaris Ali yang bernama Lena masuk melaporkan tentang kedatangan tamu yang mungkin saja Ali kenal.

"Siapa? Apa sudah membuat janji?"

"Belum Pak. Tapi, beliau memaksa masuk dan mengaku jika beliau adalah Ibu anda," ucap Lena gugup. Ali yang mendengar hal tersebut kontan saja berdiri dengan rahang mengeras dan tangan terkepal.

"Di mana dia sekarang?"

"Di lobby Pak."

Ali melangkah keluar ruangan, Kelvin yang melihat itu kontan saja ikut berdiri dan keluar. Dia takut Ali melakukan kesalahan yang bisa merugikan dirinya sendiri.

"Ada perlu apa Anda kemari?" ujar Ali dingin saat melihat wanita paru baya yang sedang mengamati interior gedung kantor Ali yang memang terlihat sangat elegant.

Wanita paru baya yang tak lain adalah Sonya tersenyum lebar dan melangkah mendekat ke arah Ali. Tapi, sebelum jaraknya mendekat Sonya menghentikan langkahnya. Ketika mendengar seruan Ali.  Wanita tua yang masih terlihat cantik itu menatap sendu pada Ali.  Tapi, Ali tidak peduli karena ia membenci wanita itu dengan suatu alasan.

"Berhenti di situ dan jangan dekat-dekat dengan saya dalam jarak kurang dari dua meter," ucap Ali dingin.
Sementara karyawan yang lain menatap bingung pada arah Ali dan Sonya.

"Ali, kenapa kamu begini nak, ini mamamu." Sonya dengan ekspressi sedih menatap Ali.
Karyawan yang mendengarkan hal tersebut kontan saja terkejut, pasalnya mereka memang tak tahu menahu tentang kehidupan Ali yang sangat tertutup. Dan melihat seorang perempuan yang mengaku sebagai ibunya membuat para karyawan bertanya-tanya mengapa bos besar mereka ini terlihat memusuhi ibunya sendiri.

"Ibuku? Anda pasti tahu jika ibuku sudah meninggal dan Anda adalah penyebabnya," ucap Ali lantang, biar saja orang lain tahu, memang apa pedulinya.

"Ibuku meninggal karena Anda. Anda wanita murahan yang menjajakan tubuh Anda pada pria beristri. Anda tahu, Anda sangat tega menghancurkan hati seorang wanita yang dengan baik hati menampung Anda yang miskin itu di rumahnya," tutur Ali dengan emosi yang coba ia tahan. "tapi apa balasan Anda? Anda menggoda suaminya sampai memfitnah Ibu saya. Jadi, Anda itu hanya wanita sampah yang sudah merusak keluarga orang lain." lanjut Ali membuat seluruh orang di sekitarnya terkesiap dengan jalan cerita hidup Ali.

"Nak, mama ke sini hanya ingin mengantarkan makan siang untuk kamu dan membicarakan tentang pertunanganmu, mama ke sini juga mau memperbaiki hubungan kita yang renggang." Sonya menyampaikan tujuannya kemari tanpa menghiraukan ujaran Ali.

"Cih! Benar-benar tak tahu malu Anda, setelah merusak hidup keluargaku Anda juga berniat merusak hidupku." Ali mencibir dengan senyum sinis. "Dan hubungan mana yang Anda maksud hm? Kita tidak pernah punya hubungan apa pun. Karena saya bukan mama saya yang mau memungut sampah seperti anda."

Sonya menunduk kepalanya mendengar ucapan pedas Ali. "Satpam!" teriak Ali. Tak lama satpam pun datang dan menghampiri Ali dengan posisi siaga.

"Bawa wanita ini keluar dan ingat baik-baik wajahnya, jangan sampai dia menginjakkan kakinya disini lagi, kalian mengerti?"

"Mengerti Pak!" sahut ke dua satpam itu.

"Tapi Li …."

"Seret dia keluar!"  Sonya di seret paksa oleh dua satpam tersebut untuk keluar dari gedung perusahaan Pamous Group.

"Suruh OB pell lantai tempat dia berdiri tadi," suruh ali pada siapa pun karyawan yang mendengarnya. Kemudian ia melangkah masuk ke dalam lift yang akan membawanya ke ruangan tempat ia biasa menghabiskan hari dengan bekerja dan bekerja.

♥♥♥♥♥♥♥♥♥

2 bulan kemudian Ali dan Prilly semakin dekat, Ali selalu memberi perhatian lebih pada Prilly begitu pula sebaliknya. Dia akan menyuruh Ali tidur di pahanya jika Ali terlihat kelelahan sembari memijat kepala pria itu.

Prilly pun sudah bekerja sebagai kasir di toko buku begitupun dengan Ifyy, karena sudah kesepakatan Milla dan Ifyy jika salah satu dari mereka harus ada yang satu tempat kerja denggn Prilly. Mereka tidak mau jika Prilly nanti tertipu oleh orang lain dan memanfaatkan kepolosan gadis itu untuk kepentingan yang merugikan Prilly nantinya.

Hari ini Ali mengunjungi toko buku tempat Prilly bekerja. Dia ingin melihat suasana tempat gadisnya bekerja. Gadisnya? Iya, Ali seenak jidad mengakui Prilly gadisnya. Ali mencintai Prilly, begitupun dengan prilly yang mencintai Ali.

Mereka tidak pacaran, tapi mereka sudah sangat dekat dan mengetahui sifat masing-masing. Ali berjanji di dalam hatinya jika Ali akan menjadikan Prilly sebagai istri dan orang yang Ali prioritaskan dalam hal apa pun.

"Ali, kamu kok senyum-senyum gitu?" tegur Prilly heran. Pasalnya saat Ali sampai di hadapan Prilly, bukannya menyapa Ali justru asiik melamun dan tersenyum tidak jelas.

"Eh … enggak apa-apa. Aku kesini mau ajakin kamu dinner entar malam."

"Dinner?"

"Iya Sayang. Aku jemput jam tuju ya?" Prilly mengangguk malu dengan rona merah di pipinya karena Ali sering menyebutnya dengan panggilan sayang.
"Oke, aku balik dulu. Ingat jam tuju."

"Iya Ali bawel."


My Wife Is My Life. [ COMPLETED ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang