Kurang Bersyukur.
Rasa yang kadang suka kita lupakan karena terlalu sibuk meratapi keberuntungan orang lain.
Sering kali kita selalu mengharapkan lebih dari apa yang kita sudah dapat dan selalu menduga bahwa apa yang sudah kita punya itu selalu kurang dan tidak pernah cukup.
Padahal yang menurut kita itu kekurangan justru adalah kelebihan untuk orang lain.
Jadi, bersyukurlah kamu terhadap apa yang sudah kamu dapat. Banyak orang diluar sana yang ingin menjadi seperti kamu.
**
Ana dan Marsel berdiam ditempatnya. Dengan keadaan yang sudah basah kuyup karna arus air dari dalam goa, keringat karna udara dalam goa yang sedikit kurang angin dan keadaan gelap yang mencekam.
Mereka terkejut melihat banyaknya bapak-bapak tua yang sudah renta mengangkat batu-batu besar yang baru mereka pecahkan dari atas goa.
Tubuh mereka tak banyak daging. Ketika mereka mengangkat batu saja terlihat jelas tulang-tulang tangan mereka yang kencang. Dengan perlengkapan yang seadanya, penerangan yang hanya mengandalkan lampu berbahan minyak tanah, helm proyek dan beberapa palu bermacam ukuran mereka meruntuhkan batu-batu yang menggantung di atas goa untuk di jadikan sesuatu yang bernilai.
Ana dan Marsel menghampiri kumpulan bapak-bapak tua itu yang asik mengetuk-ngetuk batu di dinding goa. Dan ternyata bunyi ketukan yang mereka dengar tadi itu berasal dari bapak-bapak ini yang sedang bekerja. Para bapak-bapak itu yang bekerja memberhentikan ketukan nya ketika melihat Marsel dan Ana berdiri tidak jauh dari mereka. Marsel dan Ana tersenyum sopan.
"Permisi, pak.."
"Iya, Adek siapa?" Tanya dari salah satu bapak-bapak itu. "Tau dari mana tempat ini??" Bapak itu tampak memicingkan matanya. Mungkin mereka heran melihat dua anak muda masuk ke dalam goa ini tanpa ada seorang ahli atau guide.
Ana menarik ujung baju Marsel, dia takut ditatap seserius itu oleh para bapak pekerja itu.
Marsel mendekati bapak itu dan menyalaminya. "Saya lagi liburan pak, saya nginep di hotel depan sana. Terus pacar saya penasaran sama tempat ini. Makanya kita coba-coba masuk sini." Bapak itu tampak menyelidik. "Terus kita denger suara ketukan dari arah sini. Makanya kita jalan sampai sini pak. Kalo boleh tau bapak-bapak lagi apa ya?" Marsel melirik bapak-bapak yang lainnya yang sudah melanjutkan kegiatannya. Dia tidak merasa terindimidasi sama sekali.
"Sini dek. Duduk dulu." Ajak bapak itu mulai ramah untuk duduk di salah satu batu yang tinggi tidak terkena air. Di atas batu itu ada beberapa rantang makanan yang bisa dipastikan itu makanan bapak-bapak itu dan beberapa gelas plastik. Marsel membantu Ana untuk naik ke atas batu itu.
"Kita lagi ambil batu buat di jadikan batu berlian, dek." Marsel dan Ana hanya mengangguk. "Disini batunya jika di olah bisa jadi berlian mahal dek. Lumayan uang nya buat makan sehari-hari." Bapak itu tersenyum ramah sekali. "Adek namanya siapa? Ini pacarnya?" tanya bapak itu menunjuk ke arah Ana.
"Nama saya Marsel pak. Iya, ini pacar saya, namanya Ana." Marsel memperkenalkan dirinya juga Ana.
"Nama saya Pak Wajiman."
"Ana."
"Bapak udah berapa lama kerja kayak gini?" Marsel tampak menarik dengan salah satu pekerjaan ini. "Bapak kalo ambil batu dari goa ini aja atau ada tempat lain?"
Bapak itu mulai bercerita tentang pekerjaan nya yang cukup berat. Bapak-bapak ini sudah 16 tahun bekerja sebagai pengetuk batu ini. Batu-batu yang habis mereka ketuki itu nantinya akan di kumpulkan dan di taruh di dalam karung besar. Setelah itu, mereka akan memapah karung-karung besar itu ke luar goa dan akan mereka setorkan ke pengolah batu untuk di jadikan berlian lalu di jual.
KAMU SEDANG MEMBACA
[#2] AKU KAMU DAN ALAM
Adventure[SEQUEL OF SAHABAT GUNUNG] ------------------------------------- Ini bukan impian gue dalam pacaran. Dulu gue selalu mimpiin kalau kisah pacaran gue akan berjalan manis seperti es teh manis warung pinggiran. Seperti apa yang manis? Seperti jalan...